“Bagus, Jika memang begitu segera lakukan,” ucap Ester yang kemudian di dengar oleh semua orang.
Sandra disini bingung, dia merasa kenapa Ester melakukan itu, sementara itu Sandra juga masih bingung kenapa ESter bisa begitu kuat sampai-sampai direktur dari perusahaan Properti itu.
“Satu lagi,” ucap Ester yang kemudian segera di sahut oleh sang direktur dari perusahaan itu,
“Apa itu Nona?” tanya sang Direktur.“Sebelum kamu menelepon Manajer disini, aku ingin kau bilang kepadanya jika Bianca menjadi Supervisor yang berada di bawah naunganmu, dan pastikan jika Bianca tidak akan mendapatkan diskriminasi lagi.”
“Siap Nona!” jawab san
Mendengar nama Geneve, Sandra kaget dan seketika kini tahu siapa Ester, yaitu orang kepercayaan dari pemimpin Geneve.Kini Sandra sadar jika tadi dia sudah salah karena mencoba untuk bersaing dengan Ester, belum lagi Sandra tadi berkata kasar kepada Ester. Menyadari itu Sandra seketika semakin ketakutan, dia takut jika karena kesalahan yang dia lakukan akan membuat dirinya mendapatkan masalah.“Nona,” panggil Sandra kepada Ester, karena disaat itu Ester masih telepon dengan direktur perusahaan properti tentu saja Ester tidak menjawab panggilan dari Sandra, namun Ester memberikan kode kepadanya jika dia masih belum bisa berbicara dan mengangkat satu jari telunjuknya.Berbeda dengan sebelumnya kini Sandra tidak berani memprotes sikap Ester, karena kini dia tau tidak mungkin untuk dirinya bertindak se
Setelah Ester mengangkat Bianca untuk berdiri, Ester mencoba untuk menata emosi Bianca.Ester tidak mau jika Bianca membuat dirinya menjadi besar kepala, “Tolong berdirilah.”“Aku sangat-sangat berterimakasih kepada Anda Nona,” ucap Bianca yang kini masih saja berlutut di hadapan Ester.Namun akhirnya Bianca mau diminta berdiri, dan kini Bianca Berdiri tepat di hadapan Ester dan mereka berdiri berdekatan.Disaat itulah Ester membisikan kepada Bianca, “Jika kamu ingin berterima kasih jangan kepadaku.”Merasa Bingung Bianca tanpa bisa menahan lagi langsung bertanya ke
Setelah cukup lama Ester di dalam gedung itu Radhis mencoba untuk meneleponnya, Radhis bertujuan bertanya apa semua tugas yang diberikan olehnya sudah selesai.“Halo Tuan Muda?” ucap Ester saat Radhis meneleponnya dari luar gedung.Radhis menelepon Ester dengan duduk di seberang gedung, di sebuah cafe dengan memegang segelas latte di tangannya. itulah yang dia lakukan kini, sementara itu dalam gedung yang diketahui Radhis, Ester sedang bernegosiasi untuk membayar Sebuah Villa untuk dapat dimiliki oleh Radhis.“Bagaimana hasilnya?” tanya Radhis dengan tenang, karena dia tahu tidak akan ada yang berani untuk menyepelekan Ester, karena dia tahu jika memang tempat ini adalah tempat yang besar maka sudah pasti mereka akan mengenal Ester.“Semuany
Ester yang mendengar ucapan Tuan Mudahnya merasa sedikit takut, dia merasa jika Radhis kecewa dengan dirinya. namun Ester juga menatap ke arah Bianca dia melihat seberapa tulus ekspresi dari Bianca, akhirnya Ester mencoba membujuk Radhis agar mau bertemu dengan Bianca. Ester Tahu jika Bianca tidak bertemu dengan Radhis maka bianca akan merasa sedih akibat dari tidak bisa bertemu dengan orang yang membantu dirinya.“Maaf Tuan Muda,” ucap Ester yang mencoba memberanikan dirinya.“Tolong Tuan Muda temui Dia,” ucap Ester menambahkan.“Kenapa?” Radhis bertanya karena dia merasa jika Ester mencoba untuk memaksa dirinya menemui Bianca.“Saya tahu bagaimana rasanya di bantu oleh seseorang namun tidak bisa mengucapkan terima kasih kepadan
“Ada apa?” tanya Dere dengan santai, meskipun Tania sudah membentak dirinya dengan kasar.Dere bukanlah takut kepada Tania, namun dia hanya tidak ingin semuanya semakin rumit, karena dia tahu jika istrinya tidak akan diam saja jika di di Dere berkata kasar kepada dirinya, akhirnya Dere tampak selalu mengalah kepada Tania istrinya.“Aku tadi bertanya kepadamu,” ucap Tania kepada suaminya yang kini sedang memegang koran di tangannya dan duduk bersilah layaknya orang kaya.“Kira-kira hunian seperti apa yang akan kita dapatkan dari Ed Ackerley?” tambah Tania mengulangi pertanyaannya kepada Dere.“Aku tidak Tahu, biarkan semuanya diurus oleh Radhis,” jawab Dere dengan sekenan hatinya.
“Hachhii” Rachel merasakan gatal di hidungnya.“Siapa yang sedang membicarakanku?” ucap Rachel dengan mengusap hidungnya dengan satu jari bergeser kekiri kekanan dengan cepat.Berbeda dengan kedua orang tuanya, kini Rachel sedang bekerja di kantornya.seperti biasa kini dia sedang serius mengerjakan semua pekerjaannya, dia seolah tidak ingin memikirkan hal yang lainnya.Disela-sela dia bekerja dia mendapatkan notif dari ponselnya, yang dimana itu adalah dari Ain Jiang.“Nona, Bisa kita bertemu?” isi pesan dari Alin.Setelahnya mereka berbalas pesan yang intinya Alin ingin datang ke Wish Corp untuk membicaraka
Setelahnya Boas berterima kasih kepada petugas yang berada di Pos tadi untuk setelahnya pergi dan melakukan tugasnya yang semula yaitu mengamankan Rachel. Dalam perjalanannya kembali menuju ke kantor Rachel dengan berjalan kaki sekaligus melihat sekeliling seperti semula Boas menelepon kepada Ed untuk yang kedua kalinya.“Maafkan saya yang sudah mengganggu Tuan,” ucap Boas dalam Telepon itu.“Iya tidak masalah, apa kau dapat sesuatu dari Video rekaman CCTV itu?” Tanya Ed kepada Boas.“Saya mohon maaf saya belum dapat sesuatu selain rekaman dari orang yang menggunakan mantel Hitam dan topi koboi Tuan.Boas tidak berhenti bicara di situ, dia kembali berkata kepada Ed bahwa dirinya sudah mengirimkan potongan Video itu kepada Teman-temannya di d
Disaat kini Rachel bertemu dengan Alin, disaat yang sama juga Radhis sudah didatangi oleh Ester dan Bianca. Begitu Bianca melihat Radhis, seketika Bianca langsung berlari kecil dan membungkuk kepadanya.“Tuan! Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Tuan!” ucap Bianca yang diperhatikan oleh banyak orang di cafe tempat Radhis menunggu, yaitu tepat di depan kantor tempat pelelangan.“Sudah-sudah jangan seperti ini,” ucap Radhis dengan mengangkat bahu Bianca karena dia benar-benar tidak ingin dilihat oleh banyak orang yang berada di cafe itu.Bianca dengan sedikit ragu menuruti ucapan Radhis, kini Bianca berdiri tegak dan menatap dengan penuh rasa terimakasih kepada Radhis.Melihat ketegangan yang ada di raut wajah Bianca, Ester mencoba untuk mered