Beberapa saat kemudian Ed sudah kembalii dengan membawa Ester bersamanya,
“Ed bilang kita akan kembali sekarang, apa itu benar?”, tanya Ester kepada Radhis.“Iya, aku bukan bermaksud untuk memakasa kalian, tapi aku akan pulag sekarang”, ucap Radhis, seolah dia memiliki sesuatu firasat yang membuatnya ingin segera pulang.
“Jika kalian masih ingin disini aku juga tidak memaksa”, ucap Radhis yang berbicara dengan Ed dan Ester di Loby hotel itu.
“Tidak Tuan, saya akan mengikuti Tuan, jika tuan ingin kembali sekarnag, saya juga akan ikut”, ucap Ed dengan ntampang yang sangat serius.
Karena Ed seolah melihat raut wajah Radhis begitu kawatir dan cemas, seolah Radhis takut sesuatu akan segera terjadi.
“kalau begitu aku juga akan ikut pulang”, ucap Ester.
“kalau kamu masih mau di Moland, atau kamu masih ingin pergi ke Esfor aku tidak masalah, aku akan mengijinkanmu, dan kamu tenan
“Iya aku sedang memikirkan orang yang aku bilang kepadamu kemarin malam”, ucap Deon mengingatkan Rachel dengan perbincangan mereka berdua semalam.“Iya, bagaimana?”, ucap Rachel dengan sedikit penasaran.“Begini, apa kamu mau menemaniku untuk istirahat makan siang nanti?”, ucap Deon.“Makan siang?” ucap Rachel seolah berpikir, dengan melihat tumpukan berkas yang ada di hadapannya.“Tolonglah”, ucap Deon memohon kepada Rachel.“Tapi”, ucap Rachel yang sebenarnya merasa pekerjaannya masih cukup banyak.“Ayolah..”, ucap Deon yang meskipun dengan tampang coolnya memohon kepada Rachel agar dia mau untuk makan siang berdua bersamanya.“Baiklah, aku akan makan siang bersamamu”, ucap Rachel.“baiklah kalau brgitu karena makan siang kurang sebentar lagi aku akan menunggumu di sana”, ucap Deon dengan menunjuk kearah sofa.
Dengan menatap ke arah luar jendela Radhis menunggu jawaban dari sekretaris Rachel.“Baru saja Tuan Deon bilang dia berada di Restoran dekat sini Tuan,” ucap sekretaris Rachel kepada Radhis.“Dekat sini?” ucap Radhis kepada sekretaris Rachel.“Bukankah di dekat sini banyak Restoran, lantas kemana aku harus menghampiri mereka?” ucap Radhis kepada Sekretarisnya Rachel.“Barusaja dia bilang Restoran cina di sudut perempatan lampu merah tuan,” ucap sekretaris itu kepada Radhis.“Baik kalau begitu, sepertinya aku tahu sekarang”, ucap Radhis lagi yang kemudian melihat keluar jendela dan mobil tadi sudah pergi dan tidak berada disana.“Aku akan kesana dulu”, ucap Radhis kepada Sekretaris Rachel.“Baik Tuan,” ucap Sekretaris Rachel dengan membungkuk kearah Radhis yang pergi meninggalkan Ruangan itu.Sementara itu di restoran tempat Deon dan Rachel berad
“Rachel boleh aku memegang tanganmu?” tanya Deon kepada Rachel, berbeda dari pertama tadi yang dengan langsung memegang tangan Rachel, kini Deon memeinta ijin terlebih dahulu.“Kenapa?” tanya Rachel yang seolah ragu, bamun bagaimanapun juga Deon adalah teman masa kecilnya, dan dia berpikir bahwa ini bukanlah apa-apa untuk Deon memegang tangannya.Bertepatan dengan itu Radhis sudah berada di tepat di depan Restoran, disaat Rachel mengulurkan tangannya untuk dipegang oleh Deon.“Aku sebelumnya berpikir bahwa ini adalah saat yang tepat agar kau tau siapa aku sebenarnya, tapi seertinya ini terlalu cepat, dan sebaiknya aku lihat dulu bagaimana dirimu sepenuhnya” ucap Radhis dalam Hatinya saat uluran tangan Rachel kini sudah di gapai oleh tangan laku-laki lain di dalam restoran itu.Disini Radhis sebenarnya ingin pergi dari restoran itu, dan meninggalkan istrinya, sampai saat tepat sebelumm dia berbalik arah dia meli
Disini Radhis hanya diam mengabaikan perkataan dari pelayan tempat restoran itu, dan bahkan dia malah menarik resleting dari tas itu agar terbuka.“Radhis, tolong letakkan itu kembali, jangan membuat aku malu” ucap Rachel kepada usaminya.“Security!” teriak pelayan itu ke arah keluar.Namun Radhis sama sekali tak bergeming, karena bagaimanapun jika terbukti tas ini bukanlah apa-apa dia bisa dengan bebas menunjukan kartu akses ke seluruh Auckland yang dia miliki. Bahkan dia tinggal menelpon owner dari restoran itu.“Rachel ada apa dengan suamimu?” ucap Deon kepada Rachel yang seolah menghasut agar Rachek ilfil kepada Radhis.“Radhis!” ucap Rachel dengan keras.Namun disini Radhis masih saja membuka tas itu, dan begitutas itu terbuka ada tulisan di dalam sana.“Anak Raymond Zond! Kamu harus menyusul ayahmu!” pada secari kertas dan begitu kertas itu di angkat itu adalah
Begitu Rachel memasuki rumah dia di menjumpai orang tuanya yang sedang duduk di kursi ruang tamu, Tania dan Dere langsung memandang ke arah Rachel yang menangis dan kemudian bertanya.“Rachel?” ucap Tania yang seketika berdiri dan mencoba mendekat ke arah Rachel.“Hm?” ucap Rachel dengan menghapus air mata yang mengalir dipipinya.“Kenapa kamu?” tanya Tania kepada putrinya itu.“Tidak apa-apa,” ucap Rachel yang kemudian masih melanjutkan perkataanya lagi.“Aku mau istirahat dulu.” Ucap Rachel yang kemudian pergi meninggalkan Tania meskipun Dere juga berusaha untuk menghentikannya.“Rachel tunggu.” Ucap Dere yang tidak diperdulikan oleh Rachel dan akhirnya Rachel pergi memasuki kamarnya.Sementara itu Radhis yang sedari tadi masih berada didalam mobilnya sampai sekarang masih saja menyesali apa yang sudah terjadi tadi direstoran.Radhis dengan memegang kerta
“Kami percaya kepadamu.” Dere berucap kepada Radhis dengan tatapan yang begitu pengertian. “Kalau begitu aku akan masuk dulu Ayah, Ibu.” Ucap Radhis kepada Tania dan Dere yang kemudian dilanjutkan dengan berdiri dan beranjak meninggalkan mereka di sana. Sementara itu Rachel ayng sedari tadi di kamar hanya menangis dan tegnkurap membenamkan mukanya ke bantalnya. Masih dapat dia dengar pintu kamar dibuka oleh Radhis, setelah itu Radhis masuk dan duduk tepat disebelah Rachel yang sedang tengkurap dan menangis. Radhis hanya diam dan menoleh ke arah Rachel, Radhis hanya terdiam melihat Rachel yang terisak dalam tangisannya. Setelah melihat ke Rachel kini Radhis kembali menatap kelantai dari posisi dia duduk dengan menelangkupkan tangannya dan menyatukan jari-jarinya. Dia berpikir, bagaimana cara agar Rachel tidak sedih lagi dan dia ingin Rachel mengerti apa yang sudah terjadi tanpa harus mengungkap siapa Radhis sebenarnya, karena saat dia m
“Tapi kenapa aku harus dijaga seperti itu?” ucap Rachel dengan mengambil sisirnya yang tadi terjatuh.“Iya, karena aku merasa jika kamu perlu dijaga,”“Aku cuma ingin jika memang aku tidak ada didekatmu, keselamatan kamu tetap terjaga.” Jelas Radhis dengan sangat serius.“Sayang, Aku bisa jaga diri kok, kamu tenang saja, dan lagi tadi juga karena ketidak sengajaan kan?” ucap Rachel yang kembali menyisir rambutnya.“Tidak!” seru Radhis kepada Rachel yang tidak mau menuruti intruksi Radhis.Mendengar Radhis sedikit berteriak Rachel menjadi sedikit tersentak hatinya,Rachel tampak sedikit takut karena dia merasa Radhis membentaknya.“Maafkan aku,” ucap Radhis yang kemudian menunduk untuk berpikir tentang apa yang harus dia bilang kepada Rachel.“Aku Cuma benar-benar kawatir dengan keselamatanmu, karena kita sama-sama tidak bisa memprediksi apa yang akan
“Silahkan jika ada sesuatu yang tuan butuhkan dari saya,” ucap Rocky yang memasang wajah serius dengan menatap ke arah Radhis.“Sebenarnya aku mau meminta tolong kepadamu,” ucap Radhis lagi yang kemudian menoleh ke arah kusri depan rumah dan kemudian berkata lagi kepada Rocky.“Bisa kita duduk?” tanya Radhis yang kembali menatap Rocky.“Silahkan Tuan, biar saya berdiri disini.” Ucap Rocky yang membungkuk kepada Radhis.“Sudah duduk saja dulu, karena ada sesuatu yang benar-benar ingin aku bicarakan denganmu.” Ucap Radhis lagi yang memaksa Rocky untuk duduk disana.“Baik tuan.” Rocky berjalan mengikuti Radhis,Saat Radhis duduk di kursi, Rocky juga duduk di sebelah Radhis duduk dan hanya tersekat oleh sebuah meja kecil.“Bagaimana Tuan Muda?” tanya Rocky tentang apa yang di inginkan oleh Radhis.“Iya, begini, aku ingin kamu menjadi supir pri