Ryder menceritakan pada Freya tentang kisah hidupnya di masa lalu, perempuan itu menjadi menangis dan mengelus wajah Ryder pelan. Sudah berapa lama Ryder ingin menyembunyikan tentang masa lalunya, tapi melihat Freya yang selama ini begitu menyayangi dirinya.
"Aku akan minta maaf," ucap Ryder."Untuk apa?" tanya Freya."Karena aku tidak bisa menerimamu," jawab Ryder."Aku akan menunggumu kapanpun itu, percayalah padaku Ryder," balas Freya."Jangan berharap terlalu banyak padaku," ucap Ryder.Freya tersenyum tipis, lalu menatap Ryder sendu. Pria itu hanya mengelus kepala Freya, lalu berbalik begitu cepat meninggalkan Freya yang masih menatap dirinya menjauh. Ryder masih tidak ingin membuat orang memiliki perasaan untuknya, pria itu akan mulai melakukan hal yang diluar dari nalar semua orang demi mencapai tujuannya.Ryder berjalan menuju kamarnya, sambil memperkirakan apa yang harus dia lakukan setelah keluar dari akademi nanti. Malam itu Evan menRyder melangkah dengan kesal menuju pintu, saat membukanya Nana tampak terdiam sejenak lalu memberikan sarapan pada Ryder dan segera pergi. Ryder manatap perempuan itu heran, sepertinya penginapan itu memberi makanan secara gratis. Ryder mengemas kembali barang-barangnya, melangkah keluar kamar dan membayar sewa kamar yang dia gunakan. Saar Ryder pergi keluar Nana memberikan sebuah buah apel yang segar, namun pria itu hanya tersenyum sambil menolak pemberian dari Nana.Setelah hujan badai semalam, hari di desa Zisu sangat cerah. Ryder berjalan sambil melihat peta yang diberikan oleh Pak Damian. Letak lembah Zisu berada cukup dekat dengan dermaga, hal itulah yang membuat Ryder harus memilih meninggalkan penginapan dan mencari tempat tinggal setelah tiba di lembah Zisu. Suasana langit yang cerah, tapi terlalu sepi membuat Ryder sangat waspada. Sejak berjalan cukup jauh dari penginapan, Ryder sama sekali tidak bertemu dengan siapapun, baik penjaga yang tiba dengannya
Alan berjalan ke arah Ryder, langkah kakinya terdengar begitu keras. "Kamu pasti telah bertemu Damian, dia salah satu muridku yang sangat kuat tapi lemah terhadap sihir," jelas Alan."Benarkah? Tapi bagaimana bisa tubuh anda berubah?" tanya Ryder bingung."Hahahaha, aku menggunakan sihir perubah wujud untuk mengelabui orang," jawab Alan."Aku sangat terkejut, tapi aku meminta maaf sudah menganggap remeh pada anda guru," seru Ryder sambil membungkuk."Angkat pedangmu, dan lawanlah aku," teriak Alan.Ryder segera berdiri dan mengangkat pedangnya dengan cepat. Postur tubuh Ryder yang sudah terlatih, dan otot keras sudah terbentuk dengan sempurna. Alan memperhatikan aura hitam yang keluar dari tubuh Ryder, sekarang Alan paham mengapa Damian membantu Ryder untuk berlatih aura."Anak yang terlahir dengan kekuatan luar biasa," gumam Alan.Alan meminta salah satu pedang Ryder, mereka berduel di malam yang begitu sunyi. Suara gesekan pedang, dan ser
Malam pun tiba, Alan telah siap dengan 10 pedang kayu yang dipahat sendiri. Sekarang pria muda bertelanjang dada tengah berdiri dan memberi hormat padanya. Ryder, murid ketiga sejak Alan menjadi seorang pengelana. Bulan yang begitu terang, suara angin yang berhembus kencang tidak melunturkan semangat Ryder. Dia telah siap untuk belajar teknik pedang dari Alan sang guru."Selama latihan kau tidak boleh tidur, pakailah 10 pedang itu selama 10 hari tanpa tidur. 1 malam pertama ini kau gunakanlah 1 pedang, begitu seterusnya, ingat malam hari kau tidak boleh tidur sedikitpun hingga fajar. Owh iya, batu itu telah ku berikan sihir pelindung jadi pedang kayu mu itu hanya akan terpental dan tidak hancur karena berbenturan dengan batu," tutur Alan."Ta-tapi guru, bukankah seharusnya malam hari itu sangat baik untuk memulihkan tenaga?" protes Ryder."Apa kau ingin berhenti?" ucap Alan."Tidak, baiklah saya akan lakukan itu semua. Tapi apa yang harus aku perbuat dengan peda
Ryder menatap langit-langit kamar itu, bayangan tentang mimpi buruknya begitu jelas setelah beberapa hari sadar. Mimpi yang menunjukkan dirinya harus membunuh Freya, dan seluruh penyihir yang ada di wilayah selatan. Pria itu menggeleng keras, lalu segera bangkit dari tidurnya. "Ryder, kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Nana."Iya, terima kasih Nana," jawab Ryder."Baiklah, jika kau butuh sesuatu katakan saja," balas Nana."Tentu," Ryder duduk didekat jendela penginapan, Alan sang guru sudah beberapa hari pergi untuk menyelesaikan ritual sang dewi ular setiap bulannya."Apa alasan kau dan guru meneliti sang dewi ular?" tanya Ryder."Lakukan urusanmu saja, aku tidak memiliki hak untuk memberi jawaban atas pertanyaan itu," sahut Nana dingin.Ekspresi Nan berubah, Ryder membuat kesalahan karena mempertanyakan sesuatu yang sensitif bagi Nana. Hari itu, Ryder menjalani pemeriksaan tubuh secara menyeluruh, di usianya yang sebentar lagi mencapa
Pedagang pria itu segera menghampiri Ryder, namun melihat ekspresi wajah Ryder yang begitu menakutlan pria itu tidak berani mengucapkan sepatah katapun."Bawa budak itu," ucap Ryder dingin."Ba-baik tuan," seru pria itu.Ryder berjalan menuju ruangan awal yang mereka kunjungi, Daren menatap malas ke arahnya sejak tadi. "Ini 1 keping emasnya," ucap Ryder."Wahh terima kasih tuan, owh sebagai hadiah bawalah perempuan ini. Saya yakin dia bisa membuat ranjang tuan selalu panas setiap hari," seru Pria itu.Ryder menatap ke arah perempuan itu dengan seksama, warna mata yang biru sangat menenangkan. "Baiklah, aku akan membawanya terima kasih," ucap Ryder. "Tidak, aku tidak ingin ikut dengan pria itu," teriak perempuan itu."Heyy berhentilah bersikap keras kepala begitu," sahut Ryder dingin."Terima kasih tuan," sery pedagang pria itu senang.Daren dan perempuan itu berjalan keluar klinik mengikuti sang master, Ryder memeriksa b
"Apa guru sudah gila? Melakukan pembantaian secara besar-besaran bisa membuat kacau wilayah ini," seru Ryder."Tidak, kita hanya harus memberi mereka sedikit rasa takut dan jera, aku sudah memiliki rencana," gumam Alan."Guru, apa guru yakin?" tanya Ryder."Apakah kau kenal dengan Zane, dia adalah pria yang membantu pasukan sosok bayangan dalam mengungkap Alexiuz sahabatku," jelas Alan."Apa? Zane? Tidak mungkin mereka melkukan hal sebaik itu, mereka itu hanyalah kumoulan orang yang jahat guru," teriak Ryder."Ryder, percayalah padaku, kau akan segera memahami maksudku" sahut Alan.Mereka berdua memutuskan untuk lergi ke penginapan, Ryder terus mengingat perkataan sang guru. Zane bukanlah orang yang mudah berubah, pria itu berbahaya. Tapi, sang guru sepertinya begitu percaya pada Zane. Ryder berjalan menuju kamarnya, Nana sudah memberikan makan malam pada Ryder. Alan menyiapkan beberapa kertas yang penuh dengan bukti penjualan budak, bahkan nama para pen
Setelah kejadian pembantaian yang dilakukan Ryder, seluruh wilayah menjadi gempar. Berita tentang dirinya yang memiliki kekuatan luar biasa dan melakukan pembantaian itu membuat seluruh penduduk wilayah utara ketakutan. Alan begitu puas dengan hasil dari kejadian desa Zisu. Ryder memutuskan untuk pergi ke pusat kota, dan membantu Riko kembali ke kantor pusat penjaga. Saat mereka berpisah, Alan memberikan sebuah petunjuk bagi Ryder untuk menguasai teknik rahasia pedang ilusi, buku yang sudah usang tapi sangat berharga bagi Ryder."Natalia, ayo kita kembali ke pusat kota," ajak Ryder."Baiklah Ryder, sekarang hidupku hanya untukmu," ucap Natalia senang.Ryder membantu Natalia naik ke atas kapal, Riko juga sangat senang dengan bantuan Ryder. Setelah berjam-jam berlayar, akhirnya mereka bertiga sampai di pelabuhan kota."Aku akan pergi lebih dulu, terima kasih Ryder, aku berhutang budi padamu, sampai jumpa," seru Riko yang berlari menjauh dari Ryder.
Ryder menarik Natalia menjauh, melihat wajah Freya membuat Ryder merasa mual. Tidak disangka takdir mempertemukan mereka berdua kembali, setelah Ryder mengetahui kenyataan tentang kejadian yang terjadi padanya, dia sama sekali tidak ingin berbelas kasih lagi pada setiap orang yang ada di wilayah utara, kecuali sahabatnya Norman dan Pedagang yang membantunya bertahan di perbatasan."Ryder, tenanglah kita sudah jauh dari mereka," sahut Natalia.Ryder berhenti tepat di depan penginapan, lalu berjalan dengan kesal menuju kamarnya. Natalia mengikutinya dari belakang sambil tersenyum tipis."Bagus, rencana kami semakin lancar dengan kehadiran Freya tadi, ini bisa mempermudahku memprovokasi Ryder," gumam Natalia."Katakan padaku, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Ryder emosi."Mari kita masuk dulu Ryder, kita bicarakan di dalam," jawab Natalia."Baiklah," balas Ryder.Natalia mengeluarkan peta wilayah utara dan sebuah ramuan kecil, dia sud