“Kalian jangan mati sebelum mengembalikannya,” ucap Katerine yang tengah duduk di sofa. Wajahnya memerah menatap layar tv.
“Mama benar. Sebelum mati, mereka harus mengembalikan perusahaan keluarga kita!” sahut Angelina, putri Katerina yang duduk di sampingnya. Ia menatap layar tv dengan penuh amarah dengan rahang mengeras. “Sudah cukup mereka menari di atas penderitaan kita!”
“Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan tidak akan membiarkan orang jahat hidup dengan tenang,” ucap Katerine penuh emosinal. Tak terasa air menetes dari sudut matanya. Ia mengingat kejadian masa lalu yang tak terlupakan itu. Hingga saat ini ia masih dihantui rasa bersalah pada kedua orang tuanya.
Angelina memeluk erat tubuh Katerine. Ia tahu Mamanya sudah lama menderita karena perbuatan biadap Frangkie di masa lalu, “Sudah saatnya kita merebut kembali milik kita ... kita harus bergerak cepat sebelum mereka dihukum mati, sebelum mereka mewarisk
Ja-di benar Tuan adalah Tuan Leo?” tanya Rose sekali lagi, memastikan kebenaran ini. Keringat dingin mulai mengalir di wajahnya. Hal itu juga dirasakan Frankie, napas dan detak jantungnya mulai merespon berlebihan. “Menurutmu?” pria bertopeng malah balik bertanya dengan mempertahankan aura istimewanya. “Tuan adalah Tuan Leo.” Rose sangat yakin pria bertopeng di hadapannya adalah Tuan Leo. Dan keyakinannya dibenarkan oleh Sang Penguasa dengan mengangguk. Seketika itu pula Rose dan Frankie mematung, detak jantungnya berpacu cepat seolah melihat setan di hadapannya. Lalu mereka memberanikan diri turun dari tempat duduk dan menghampiri Sang Tuan dengan tubuh terguncang hebat. Rose dan Frankie dengan cepat merangkul kaki Sang Tuan dengan bahu bergetar, bahkan getarannya lebih hebat dari sebelum mengetahui fakta pria bertopeng adalah Tuan Leo. “Kami sangat bodoh! Kami sudah membuat kesalahan besar ...Kami pantas dihukum, Tuan. Tapi jangan berikan hukuman ma
“Siapa? Sebentar lagi kalian akan tahu. Sekarang dia ada di luar dan sudah tidak sabar ingin bertemu dengan kalian,” jawab Tuan Leo mengulas senyuman licik. “aku akan memanggilnya untuk kalian.” Tuan Leo melirik Amelia dan memberi isyarat untuk pergi dari ruangan pertemuan, sedangkan Rose dan Frankie terlihat sangat pucat memikirkan orang yang akan menemuinya. “Siapa orang itu, Pa?” tanya Rose ketika Tuan Leo dan Amelia sudah pergi. “Orang-orang kita?” “Papa tidak tahu,” jawab Frankie sambil memijat pelipisnya, dan di detik berikutnya ia melebarkan mata. “Jangan-jangan orang itu adalah Brandon?” “Ah iya, Papa benar. Mungkin orang itu adalah Brandon. Anak buah Tuan Leo pasti berhasil menangkap Brandon.” Rose sangat yakin tebakan Frankie benar. “Tapi untuk apa Tuan Leo ingin mempertemukan Brandon dengan kita?” tanya Frankie penasaran lebih ke arah cemas. Ia mempunyai firasat buruk yang sebentar lagi akan tejadi. “Mungkin Tuan
“Apa kau benar-benar melakukan apapun untukku, Lev?” tanya Rose melembutkan suaranya sambil mengelus pipi Levon. Levon tersenyum dan mengangguk meski hatinya sudah muak dan jijik melihat wajah manusia iblis di hadapannya. Rose bahkan masih sempat mengarang cerita dengan mengatakan Tuan Leo sangat jahat, licik, dan telah menjebak dirinya dan Frankie. Rose memeluk dan mengusap-ngusap punggung suaminya, “Tuan Leo sangat jahat dan licik. Aku ingin kau membunuhnya secara diam-diam!” Di balik punggung Rose, Levon menahan amarah. wajahnya memerah dengan rahang mengeras dan menunjukkan giginya seolah ingin memangsa. “Apa? Membunuh Tuan Leo?” Levon memilih berpura-pura terkejut sambil melepaskan pelukan Rose. “Kau sudah gila, Rose. Mana mungkin aku melenyapkan—” Belum sempat Levon melanjutkan kalimatnya, jari telunjuk Rose menempel di mulutnya, “Jangan keras-keras, Lev!” ucap Rose penuh penekanan dengan mata melotot. Frankie yang duduk di
Jauh sebelum kejadian ini, tadinya Pulisic mendapat perintah dari Levon untuk menemui Presiden Amerika, Weston Mckennie di Washington. Tak sulit bagi Pulisic untuk bertemu dengan Presiden karena Pemimpin Amerika itu sudah tahu CEO perusahaan Leo Group pasti datang sebagai utusan dari Tuan Leo. “Bagaimana kabar anda, Tuan Pulisic?” tanya Weston dengan hangat saat sudah berada di ruangan pribadinya di gedung putih. Ia dan Frankie hanya duduk berdua di dalam, sedangkan pengawal Presiden menjaga di luar pintu. “Seperti yang anda lihat, Tuan Weston. Saya baik-baik saja. Lalu bagaimana dengan anda sendiri, Tuan? Apakah tugas anda sebagai presiden berjalan dengan lancar?” tanya balik Pulisic sambil melonggarkan dasi di kerah bajunya. “Sampai saat ini berjalan dengan lancar. Ini juga berkat Tuan Leo yang ikut membantu menjaga keamanan Negara. Tuan Leo juga memberikan sumbangan yang cukup besar pada penduduk yang kurang mampu. Negara ini tak akan pernah
Semua orang menatap ke arah pintu utama. Ada dua perempuan beda generasi masuk dan mendekat. Ekspresi keduanya tidak bisa diartikan, antara sedang sedih atau bahagia. “Selamat sore, Tuan, Nyonya, Nona ....” sapa Angelina ramah sambil membungkukkan badan sebentar. Dari sikapnya ia memang menunjukkan seorang calon pengacara yang handal. “Selamat sore ...” semua orang menjawab dengan ramah dan hangat. Mereka menatap kasihan pada Katerina dan Angelina yang sudah menahan penderitaan bertahun-tahun karena haknya dirampas oleh Frankie. “Kami sangat senang diberikan izin masuk ke dalam. Kami juga merasa terhormat karena bertemu dengan Presiden dan keluarga Tuan Leo ... Maaf kami hampir lupa memperkenalkan diri, saya Angelina seorang pengacara dan dia Mama saya.” ucap Angeline mengulas senyuman terbaiknya, sedangkan Katerine yang berdiri di sampingnya berusaha menerbitkan senyuman meski wajahnya tampak gelisah. “Senang bertemu dengan kalian,” respo
Wajah Angelina memerah. Dengan napas yang saling memburu ia siap meledakkan amarahnya, sedangkan Katerine emosinya lebih terkendali. Ia mengelus punggung anaknya seraya berkata, “Tenangkan dirimu, nak. Jangan biarkan setan merasuki jiwamu.” “Mamamu benar, tenangkan dirimu. Biarkan hukum yang berbicara. Frankie dan Rose pasti akan mendapat hukuman setimpal,” sahut Tuan Leo. Ia memahami perasaan yang sedang Angelina rasakan. Gadis itu menyimpan dendam pada Frankie dan Rose yang telah merenggut kebahagiaan Mamanya. “Jika kau masih belum bisa menahan emosi, aku tidak akan mengizinkanmu masuk menemui mereka. Dan ingat satu hal, bagaimanapun juga Frankie adalah Papa kandungmu.” Angelina menghembus napas panjang, menetralkan emosinya yang sedari tadi berada di ubun-ubun. Ia tahu Frankie adalah Papa kandungnya, tetapi ketika sudah mengingat perlakukan Frankie yang membuat Mamanya menderita, ia melupakan fakta bahwa orang itu mempunyai hubungan biologis dengan dirinya.
Katerine dan Angelina ditemani oleh pengawal, menuju ke ruangan khusus pertemuan.Wajah Katerine dan Angelina langsung memerah ketika melihat dua sosok yang membuat hidupnya menderita.Sedangkan Rose dan Frankie yang mondar-mandir, baru menyadari kehadiran seorang ibu dan anak yang mematung di depan pintu dengan tatapan mata berkilat iblis.“Hai Kate,” Frankie langsung menyapa dengan senyuman sinis. “kemarilah! Dan kau juga Angel, anakku. Kemarilah, peluklah Papa.” Frankie merentangkan kedua tangan.Katerine dan Angelina semakin emosi. Wajahnya memerah dengan napas memburu dan siap meledakkan amarahnya.“Jangan sebut nama itu, bajingan!” Katerine yang tadinya selalu mengingatkan Angelina agar menahan emosi, kini justru ia menghampiri Frankie dengan tatapan penuh kebencian dan dendam karena mantan suaminya menyebut nama Kate. Nama itu adalah nama panggilan kesayangan Frankie pada Katerine sewaktu masih
Frankie tidak sadar dengan apa yang diucapkan. Secara tak langsung, ia sudah membocorkan rahasia siasat liciknya untuk terbebas dari penjara melalui bantuan Levon. Meski tidak diucapkan secara gamblang, itu bisa saja membuat Katerina dan Angelina curiga dan mungkin saja akan melapor pada Tuan Leo.Rose pun baru tersadar jika ucapan Frangkie bisa menggagalkan rencana untuk keluar dari cengkeraman Tuan Leo.“Maksudnya Levonku akan menghubungi pengacara kepercayaan kami. Kami sangat yakin, kami tidak akan mendapatkan hukuman mati,” ucap Rose dengan penuh kepercayaan tinggi sambil menginjak pelan kaki Frankie. Rose tak ingin Katerine dan Angelina curiga dengan ucapan Papanya.Frankie juga tersadar sudah melakukan kesalahan setelah mendengar penjelasan Rose.“Ya benar, menantuku sekarang pasti sudah bertemu dengan pengacara handal kepercayaan kami.” Frankie menyambung dengan senyuman seringai agar Katerine dan Angelina percaya dengan uc
Air mata Angelina mengalir deras, menumpahkan semua kesedihannya. Kalimatnya barusan diucapkan secara sadar. Ia siap mati, Jika dengan nyawanya bisa membuat Amelia kembali ke jalan yang Sementara itu, Amelia sangat terkejut. Tanpa dugaannya sama sekali, Angelina mengetahui identaitasnya. “Nona Amelia? Aku Ketty ... Namaku Ketty, bukan Nona Amelia,” ucap Amelia masih belum mengaku. “Sudahlah, Nona. Buka topengmu. Jika kau ingin membunuhku, silahkan saja. Aku tidak akan melawannnya,” kata Angelina pasrah. Amelia mulai cemas. Ia mulai curiga bahwa Angelina datang bersama dengan Levon dan orang-orang kepercayaannya. “Aku bukan Nona Amelia!” teriak Amelia. “Aku Ketty ... Aku memanggilmu kesini untuk menyelesaikan masalahku. Tapi kau justru berpihak pada wanita itu.” Amelia masih mempertahankan penyamarannya. Lalu ia berjalan cepat ke arah sudut pintu. Ia melihat layar pengintai aktifitas di luar, depan dan sekitar kamarnya. Tidak ada siapa-siapa, batinnya. Lalu ia kembali memutar ba
“Sayang sekali, padahal kue ini sangat enak,” ucap Amelia sambil meletakkan kue itu ke wadahnya“Em kalau begitu, makanlah,” kata Angelina setengah mengetes.“Ah aku sudah kenyang ... aku sudah banyak menghabiskan kue ini,” kilah Amelia tersenyum paksa, menutupi rasa kesalnya.“Ow ya, Ketty. Rumahmu dimana?” tanya Angelina.“Hemmm dekat dengan mansion Tuan Leo,” jawab Amelia.“Apa Tuan Leo mengenalmu?” tanya Angelina memancing.“Emmm tidak ... Tuan Leo tidak mengenalku,” kilah Amelia. “ow ya lanjutkan pembahasan yang tadi ... Jadi bagaimana menurutmu? Apa aku harus mengalah?”“Terkadang kita harus mengalah demi kebahagiaan orang yang kita cintai,” jawab Angelina bijak. “Tapi aku tidak sudi wanita iblis itu merebut orang yang aku cintai ... Hanya aku yang pantas mendampinginya, bukan wanita iblis itu,” respon Amelia sedikit emosi. Tatapan tajamnya mulai diperlihatkan pada Angelina. “tunggu ... Apa itu artinya kau mendukung wanita itu merebut pujaan hatiku?” tanyanya.Angelina menghela
“Ya, Tuan.” Angelina mengangguk dengan tatapan serius “aku siap kehilangan nyawa asal Nona Amelia kembali menjadi orang baik. Karena aku memang salah.”Mendengar itu, Levon terharu. Ia menatap Angelina dengan tatapan bangga. Jack dan teman-temannya pun merasakan hal yang sama.“Aku tidak salah memilih calon istri ...” ucap Levon dengan tatapan lembut. Lalu ia mengambil ponsel Angelina. “Aku tidak akan membiarkan calon istriku celaka.”Angelina meneteskan air mata, lalu ia spontan memeluk Levon.“Tuan, aku stress. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku ingin sekali menjadi istri Tuan, tapi disisi lain ... aku kasihan pada Nona Amelia. Aku tidak mau merebut Tuan darinya,” kata Angelina menangis dalam pelukan Levon. Lalu ia melepas pelukannya dan mendongak menatap penuh arti pada calon suaminya itu. “Menikahlah saja dengan Nona Amelia, Tuan.”“Aku menyayangi Amelia. Dia adikku, dan selamanya statusnya tidak berubah ... Sementara kau, Angel. Kau adalah calon istriku,” respon Levon tersenyu
Dengan pakaian khas pria bertopeng, Amelia menunggu di salah satu kamar apartemen British, kira-kira jarak tempuhnya sekitar satu jam dari apartemen Hoston. Amelia sudah menyelipkan sebuah pisau di sela-sela lubang sofa. Ia juga mencampurkan racun di makanan ringan berupa kue keju yang ada di atas meja. “Leo sudah berbohong padaku, Angelina tidak pulang ke Washington.” Angelina sangat marah, ia sudah tidak sabar ingin bertemu gadis itu dan segera membunuhnya. “Aku pastikan hari adalah hari terakhirnya bisa bernapas!” Sementara itu, Jack bergerak cepat setelah menerima pesan dari Levon. Ia melacak nomor ponsel yang diberikan Sang Tuan. “kamar nomor 987,” ucap temannya pada Jack setelah berhasil melacak keberadaan pemilik nomor itu. Jack dan teman-temannya menyusuri setiap lorong, menaiki lift untuk sampai ke kamar teratas yang ada di apartemen British. Salah satu di antara mereka menyamar sebagai cleaning service, namanya Sancho. TOK! TOK! Sancho mengetok pintu kamar Amelia, se
Levon tampak duduk di kursi ruangan makan yang ada di apartemen Hoston. Ia sudah janjian dengan Angelina untuk makan bersama.“Hem dia sangat cantik,” gerutu Levon ketika melihat Angelina datang. Ia memandangi penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Kecantikannya sangat natural.“Tuan sudah menunggu lama?” tanya Angelina sambil menarik kursi makan yang menghadap Levon.“Hemm dua menit yang lalu,” jawab Levon. lalu ia memanggil waitress“Mau makan apa, Angel?” tanya Levon, Angelina pun mengamati daftar menu makanan dan minuman yang ada di hadapannya.“Tuna sandwich, terus minumannya emmm ...lemon tea.”“Dua tuna sandwich, dua lemon tea,” ulang Levon pada waitress yang berdiri di samping meja makan mereka.“Baik, mohon ditunggu.”Angelina terkekeh pelan, “Kenapa Tuan memesan menu yang sama?”“Karena sebent
Amelia turun dari atas dan bepura-pura tidak mengetahui apa-apa. Dengan mengenakan pakaian olaharaga, ia menghampiri mereka.“Hai,” sapa Amelia ramah. “Selamat pagi semuanya.”“Pagi,” jawab mereka bersamaan.“Mau kemana, nak?” tanya Emma perhatian. Sebenarnya ia merasa kasihan dan tidak tidak tega mendengar keputusan Levon mengirim sepupunya itu kembali ke Turki.“Mau olahraga, Anne,” jawab Amelia. “Ya udah dulu, lanjutkan obrolan kalian.”Amelia berjalan ke luar mansion. Ia ingin melarikan diri tanpa naik mobil karena orang-orang kepercayaan Levon ada dimana-mana.Pandangannya mengawasi sekitar jalan. Dirasa aman, ia meyetop taksi yang kebetulan lewat.“Nona Amelia?” tanya supir taksi itu setelah tahu siapa penumpangnya.“Hem antarkan aku ke toko pakaian terdekat,” titah Amelia. “cepat, aku terburu-buru.”“B
“Arg! Sial!” teriak Amelia menghempaskan tubuhnya ke kasur sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Lalu ia berdiri lagi dan mulai merusak barang-barang miliknya di kamar itu.“Leo!” teriaknya lagi penuh emosi. Kali ini ia mengacak-acak sprei kasur. “Apa kau menginginkan aku mati? Kenapa kau tak mencegahku, Leo? Kenapa kau malah mengantar wanita iblis itu pulang?”Angelina sangat marah karena setelah mengirim video itu, Levon justru tidak panik dan berusaha datang menemuinya.“Leo!” teriakannya lebih kencang hingga suaranya serak. “gara-gara wanita iblis itu, kau jauh dariku!”Sementara itu Levon sudah sampai di mansion. Kedatangannya ditemui Emma.“Leo kenapa pulang? Dimana Angel? Bukannya kau mengantarkan Angel ke Washington?” tanya Emma cemas.“Tidak, Anne. Leo mengantarnya ke apartemen Hoston. Sementara waktu dia lebih baik tinggal di sana sampai keadaan di mans
Amelia mengirimkan sebuah video yang memperlihatkan dirinya sedang melakukan aksi percobaan bunuh diri dengan cara memakan serbuk sabun cuci.“Ada apa, Leo?” tanya Emma sekilas melihat perubahan ekspresi wajah Levon.“Hem tidak ada apa-apa, Anne,” kilah Levon. Beruntung ia barusan menekan mute suara di ponselnya.“Hem Anne kira ada sesuatu.”Levon menggelengkan kepala. Lalu pandangannya bergeser ke arah Angelina. “Ow ya, Angel. Aku akan mengantarmu pulang.”“Tidak perlu, Tuan. Aku minta bantuan pada Fred saja,” respon Angelina menolak. Ia berusaha menghindar dari Levon.“Biarlah Levon yang mengantarmu pulang, Angel,” kata Emma.“Tidak perlu ....” Angelina berhenti berbicara ketika Emma menatapnya dengan isyarat dirinya tidak boleh menolak dihantar Levon. “Baik, Anne.”Malam ini aja aku menuruti permintaan Anne. Setelah ini aku akan m
“Nona, jangan lakukan itu.” Yang tadinya Angelina diam seribu bahasa, akhirnya bersuara. Tatapannya penuh rasa bersalah. “Aku tidak akan menerima perjodohan ini. Maafkan aku ... aku gadis yang tidak tahu diri. Seharusnya dari dulu aku tidak hadir dalam keluarga Tuan Leo.” “Jika kau menyadari semua kesalahanmu, pergilah sekarang juga!” bentak Amelia pada Angelina dengan sorot mata tajam. “Jika kau tidak ingin melihatku mati, pergilah sejauh mungkin dan jangan perlihatkan wajahmu lagi! Kalau perlu pindah Negara!” Angelina meneteskan air mata, “Baik, Nona. Aku akan pergi dari kehidupan Tuan Leo. Aku akan menjauh dari Tuan Leo ... Maafkan semua kesalahanku. Sejujurnya aku tidak pernah punya niat merebut Tuan Leo dari Nona.” Angelina pun berlari ke kamarnya dengan tangisan, sedangkan sedari tadi tatapan tajam Levon tetap menyorot pada Amelia. “Menikahlah denganku, Leo. Aku janji akan menjadi istri yang baik untukmu,” ucap Amelia dengan buliran tangisan, me