“Levon? Mengapa pria sampah sepertimu ada disini?” Fletcher terkejut melihat Levon berada di mansion milik Tuan Leo. Fletcher melupakan rasa takutnya saat melihat wajah orang yang sangat dibencinya.
“Tuan Fletcher? Benarkah kau adalah Tuan Fletcher? Bukankah Tuan sekarang seharusnya ada di penjara?” tanya Levon berpura-pura terkejut, menampilkan wajah konyol yang biasa Fletcher lihat.
Fletcher tersadar, wajahnya masih di make over agar orang tidak mengenal dirinya. Namun, ia tak peduli lagi. Ia sudah terlanjur emosi melihat orang yang telah membuat hidupnya menderita.
“Hakim berubah pikiran. Seharusnya aku tidak menerima hukuman itu, jadi aku dibebaskan.” Fletcher berdusta. Ia mengeraskan rahang dan menggertakkan gigi menatap Levon dengan tatapan penuh kebencian. Ia mengingat segalanya. “Dan sekarang aku akan menghajarmu. Kau sudah membuat hidupku berantakan!”
“Apakah Tuan berbohong?,” tany
Fletcher, Eric, dan Ethan spontan berdiri. Bola matanya hanya tertuju pada satu titik, yakni keluar masuknya ruangan. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat, bahkan terdengar cukup nyaring. Mereka menggigit bibir, tubuhnya bergetar drngan keringat yang semakin deras mengalir ketika mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.“Dia pasti Tuan Leo!”“Dia datang untuk menghukum kita!”“Kita sudah tamat!”Ethan, Eric, dan Fletcher bergantian berbicara sambil tetap menatap lurus ke depan dengan tatapan pasrah, hidupnya tak akan lama lagi. Napasnya tersengal-sengal, tubuhnya seperti mati rasa, dan jantungnya seperti ingin keluar dari tempatnya dan berlari menjauh sejauh mungkin.Sementara itu, Levon yang berdiri di belakang Fletcher cs,hanya bisa menutup mulut dengan tangan kanannya untuk menahan tawa.Levon menyingkirkan tangan dari mulutnya dan mengulas senyum licik, “Masih mendingan
Fletcher cs tubuhnya membeku ketika menoleh ke arah belakang. Bukan Levon konyol yang biasa mereka lihat, tapi auranya begitu kontras. Levon terlihat sangat berwibawa, sangat istimewa.“Ja-jadi Tu-tuan ada-lah Tuan Leo?” tanya Fletcher dengan suara gemetar. Mendadak dirinya menjadi orang gagap. Tubuhnya terguncang dengan bermandikan keringat.“Tu ...Tu ...” Hanya itu yang bisa dikeluarkan dari mulut Ethan. Napasnya berlarian, detak jantungnya berdetak hebat hingga ia merasakan sakit di dada. Ethan memegangi dadanya yang tak mampu menahan suara detakan dari dalam.“Ma-ma-maafkan saya, Tuan.” Setelah mengucapkan ini, tubuh Eric roboh meskipun tidak pingsan karena tak mampu menahan guncangan yang sangat hebat.Setelah memberikan kesempatan pada Fletcher cs berbicara, Amelia melangkah menghampiri Levon dan memutar tubuhnya kembali. “Apakah kalian tidak malu pada Tuan Leo? Dari awal dia sudah tahu kejahatan
Kota New York, di rumah Rose.Kurang 30 menit lagi, Rose dan yang lainnya masih menyusun strategi untuk menghadapi pria bertopeng. Mereka juga menempatkan anak buahnya di beberapa titik. Ada yang berpura-pura menjadi seorang pelayan, ada juga yang menyamar sebagai orang biasa dan berkeliaran di sekitar rumah.“Kau tenang saja, dia bahkan tidak akan bisa menginjak kaki ke dalam rumahmu. Begitu dia keluar dari mobilnya, aku langsung menembaknya dari atas gedung,” ucap Brandon dengan penuh keyakinan. Ia sendiri mengenakan pakaian badut dan akan menembak pria bertopeng di atas gedung yang cukup tinggi. Letaknya tidak terlalu jauh dan bisa mengarahkan peluru ke sekitar rumah Rose.“Sekarang pergilah ke tempatmu. Waktu semakin mendekat, aku takut pria bertopeng itu datang sebelum waktunya!” titah Rose dengan tatapan serius. Ia ingin rencananya berjalan sempurma, tidak ada kesalahan sedikitpun.“Baiklah,” balas Brandon dengan
Ketika Brandon ingin menarik pelatuknya, ia dikejutkan dengan tiga orang lain yang turun dari mobil, ketiga-tiganya juga memakai topeng. “Hah? Apa-apaan ini? Ada pria bertopeng lainnya yang keluar dari mobil. Mana yang asli?” Brandon mengurungkan niat menarik pelatuk senjata apinya. Ia bingung karena semuanya mengenakan topeng dan dan pakaian serba hitam yang sama, postur tubuhnya juga hampir mirip.Keterkejutan Brandon belum berhenti, banyak mobil lainnya datang menyusul. Dan semua orang yang turun dari mobil itu mengenakan topeng dan pakaian yang sama, meskipun postur tubuhnya berbeda-beda.“Hah sial!” teriak Brandon dengan wajah kesal sambil menggerakkan senjata memukul alas gedung. “Pantas saja Rose terlihat cemas, rupanya pria bertopeng itu memang sangat licik.”“Sekarang mana yang harus aku tembak?” tanya Brandon pada dirinya sendiri sambil mengarahkan senjatanya ke beberapa pria bertopeng
“Jangan coba-coba mempermainkan kami ... kami sudah memberikan apa yang kau minta!” Suara Rose meninggi, mencoba mengusir rasa takut dalam dirinya. Ia memberanikan diri menatap pria bertopeng dengan tatapan menantang. Pria bertopeng malah tertawa keras, dan di detik berikutnya menatap Rose dan Frankie dengan tatapan geli, “Maafkan aku, Nona. Aku hanya ingin mengembalikan hak orang lain yang kalian rampas .. Lebih tepatnya bermula dari Frankie.” “Aku? Apa maksudmu?” Frankie reflek mengeluarkan suara karena terkejut namanya disebut, dan apa hubungannya dengan mengambil hak orang lain. Frankie benar-benar lupa tentang masa lalu disaat ia merampas perusahaan milik keluarga Nyonya Katerine. Pria bertopeng mendengus dengan senyuman kecut, “Apa kau pura-pura lupa, Frankie? Bukankah perusahaanmu saat ini hasil dari rampasan di masa lalu?” tanyanya dengan tatapan sindiran sambil menunjukkan memory rekaman. “Buktinya sudah aku ambil barusan!” Frankie maup
Rose dan Frankie semakin memucat. Seluruh tubuhnya melemas dan gemetar seolah sudah mati. Hidupnya saat ini berada diujung tanduk, kematiannya dihitung mundur. “Aku tidak akan mati!” batin Rose menguatkan. Lalu ia terpaksa merangkak menghampiri pria bertopeng dan berlutut di bawahnya. Frankie pun menyusul dari belakang dan mensejajarkan dengan anaknya. Rose bergerak merangkul kaki pria bertopeng dengan bahu gemetar, “Tuan! Tolong maafkan kami. Berikan belas kasihanmu pada kami ... kami berjanji akan mengabdikan hidup kami pada Tuan. Kami akan melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuan. Bahkan kami siap memberikan seluruh harta kami pada Tuan asal Tuan mengampuni kami.” Rose berusaha membuat pria bertopeng luluh dengan tatapan paling memelas. Frangkie pun mengangguk membenarkan ucapan anaknya. Levon tersenyum geli mendengarnya, lalu ia tertawa keras yang diikuti tawa dari pria bertopeng lainnya. “Kami bersumpah akan menjadi anak buahmu, Tuan!” te
Rose dan Frankie menarik napas panjang dan matanya melotot sempurna ketika mengetahui siapa wanita dibalik topeng. Mereka merasa sudah tidak ada kesempatan lagi untuk lari dari maut. Misi bertahun-tahun sudah tamat, kejahatannya sudah terbongkar. “Nona Amelia?” Napas Rose tersengal, jiwanya seperti sudah terpisah dari raganya. Tatapannya kosong, firasat buruk yang ia rasakan sebelumnya itu benar-benar terjadi. Rose mulai paham, selama ini pria bertopeng itu orang suruhan Tuan Leo. Itulah sebabnya rencananya selalu gagal, rupanya dibalik semua ini ada sebuah permainan yang Tuan Leo ciptakan. Ia bahkan tidak menyadari semua kejanggalan yang sudah terjadi. Dari kegagalan membakar pabrik, kehadiran pria bertopeng yang mabuk di club malam, hingga racun yang gagal diminum Amelia, dan kejanggalan lainnya yang pasti saling berhubungan. “No...” Hanya itu yang bisa diucapkan Frankie, lidahnya kelu tak sanggup berkata lagi. Napasnya tercekat, bahkan ia harus memegangi dadanya y
“Tidak! Jangan ...jangan siksa kami, Tuan!” “Jangan siksa kami, Tuan. Kami mohon!” Rose dan Frankie menangis histeris sambil merangkak menghampiri pria bertopeng dengan gemetar dan napas tersengal-sengal, tetapi langkah mereka dihentikan oleh para algojo. Anehnya hanya Frankie yang diseret menjauh, sedangkan Rose tidak ada yang menyentuh sama sekali. “Papa!” Rose berteriak histeris ketika Frankie diseret kasar oleh para algojo. “Rose! Tolong Papa!” Frankie tak kalah histeris. Ia berteriak sekencang mungkin meminta bantuan dari Rose, tetapi para algojo semakin bringas menyeret tubuh Frankie dan melemparkannya di ruangan tengah itu juga, agak menjauh dari anaknya. “Mau dibawa kemana Papaku? jangan siksa Papaku!” Rose berdiri dengan air mata yang semakin deras mengalir. Ia ingin menghampiri Frankie, tetapi langkahnya di hentikan oleh pria bertopeng. “Papamu tidak dibawa kemana-mana. Papamu akan dihukum di ruangan ini juga,” ucap Levon dib