Ki Sangkuni melihat ke arah perutnya, dan sebilah pisau sudah tertancap di perutnya. Darah merah mengucur dari perut buncitnya dan itu membuatnya tidak percaya jika yang menusuknya adalah putranya sendiri."Apa ... apa yang sudah kau katakan pada putraku?" kata Ki Sangkuni dengan suara terbata-bata sambil menunjuk ke arah ketua Bernadi.Jangan Ki Sangkuni yang merasakan sakit, ketua Bernadi juga tidak akan menyangka jika Haripan akan membunuh ayahnya sendiri tepat dihadapannya."Dia manusia yang sangat berbahaya!" kata ketua Bernadi dalam hatinya.Bammmmmmmmm!!Tidak hanya menusuk perut Ki Sangkuni, ketua Haripan juga memberikan satu tendangan yang melemparkan tubuh Ki Sangkuni. Mata Ki Sangkuni melotot tajam pada putranya, dan menunjuk dengan tangan yang merah penuh darah."Kau ... kau akan mati lebih menyakitkan dari kematianku ini!" kata ki Sangkuni sebelum akhirnya melepaskan nyawanya dari tubuhnya."Kau ayah yang egois!" kata ketua Haripan tanpa sedikitpun merasa kasihan pada or
Dengan topeng naga berwana peraknya, Arya melesat dari hutan pelangi menuju kota Wan, ibukota kerajaan Purawa.Saat dia tiba, kerajaan itu sedang berbenah untuk mengangkat raja baru, penguasa baru negeri Purawa, raja Haripan.Saat mereka merebut kerajaan, ayahnya Haripan, Ki Sangkuni belum resmi jadi raja, jadi Haripan memutuskan akan melakukan pesta besar untuk mengangkat dirinya sebagai penguasa dan raja seutuhnya, raja yang kuasai seluruh wilayah kerajaan Purawa."Apa kalian berpikir aku akan biarkan kerajaan ayahku akan jadi milik kalian? Itu hanya ada dalam mimpi kalian!" kata Arya.Undangan sudah disebarkan oleh prajurit untuk mengundang Adipati yang ada di seluruh pelosok negeri itu, dan itu membuat wajah Haripan semakin yakin jika semua yang akan dia lakukan itu pasti tidak akan gagal."Aku akan pastikan di hari pengangkatanmu, akan jadi hari kedatangan ayah dan ibu!" kata Arya.Arya membiarkan semuanya seolah terjadi, tapi sesungguhnya dia sudah mulai bergerak sedikit demi se
Raja Yuda dan seluruh keluarga kerajaan kaget saat Resi Gunin datang mengunjungi mereka, itu hal yang tidak mereka sangka, karena mereka tahu Resi Gunin tidak akan tinggalkan istana kerajaan."Ada apa ini Resi? Aku tidak percaya jika Resi datang menemui kami!" kata Raja Yuda."Tidak ada yang penting, aku hanya ingin bertemu dengan Pangeran Angga, aku merindukan muridku itu!" kata Resi Gunin belum juga mengatakan tujuan kedatangannya yang sebenarnya."Benarkah hanya itu?" tanya Raja Yuda."Hehehehe! Kau selalu mampu membaca pikiran orang dari raut wajahnya, yang mulia!' kata Resi Gunin terkekeh."Aku yakini itu, kau tidak mungkin tinggalkan istana jika tidak ada yang perlu. Benar bukan, Resi?" tanya Raja Yuda."Aku memang datang karena aku inginkan bicara dengan kalian, khususnya dengan Pangeran Angga!" kata Resi Gunin."Aku guru? Ada apa dengan diriku?" tanya Pangeran Angga.Resi Gunin tidak menjawab, tapi dia malah mendekati sebatang pohon besar, dan bersandar dengan santai ke batang
Dua tubuh berada di halaman istana kerajaan Purawa, mereka adalah tahanan dari kerajaan tahanan yang seharusnya tidak mendapatkan perlakukan seperti itu.Hahahaha!"Saat matahari pagi datang, kalian berdua akan menuju pencipta kalian!" kata raja Haripan yang sangat senang karena dua orang dia takuti itu akan mati di tiang gantungan.Keduanya adalah Patih Kuroda dan Mahapatih Tengguru. Keduanya akan di hukum gantung demi kesenangan hati raja gadungan, raja Haripan."Jangan bangga hanya karena kau jadi raja, Haripan! Kau akan merasakan hal yang jauh lebih sakit dari yang kamu rasakan ini!" kata Mahapatih Tengguru."Apa? Katakan saja apa yang sakit itu, hah?" bentak raja Haripan.Plakkkkkk!!Tidak hanya ucapan yang keluar, tapi tangan raja Haripan juga bergerak menampar wajah Mahapatih Tengguru."Tunggu saja saat pagi, kalian akan tewas, tewas di tiang gantungan!" kata raja Haripan dan tinggalkan dua tawanannya itu.***Matahari pagi mengintip dari balik gunung yang menutupi kota Wan, da
Untuk kedua kalinya, istana kerajaan Purawa menjadi ajang perebutan kekuasaan, itu terjadi karena kehausan kekuasaan oleh segelintir orang.Bammmmmmmmm!!Di atap istana, Arya yang kini membawa nama kerajaan, atas nama pangeran Candra sedang bertarung dengan ketua Bernadi, Pertarungan keduanya sudah meruntuhkan banyak bangunan istana."Jika terus seperti ini, bukan tidak mungkin istana akan mengalami banyak kerusakan!" kata Arya dalam hatinya.Haaaaaaaaaaa!!Arya berteriak keras dan menyerang ketua Bernadi, mencoba membawa ketua Bernadi untuk menjauh dari atap istana, tapi ketua Bernadi sepertinya sudah nyaman dengan pertarungan di atas atap.Dengan gerakan ringan, keduanya saling adu tenaga dalam dan juga ilmu meringankan tubuh.Wajah ketua Bernadi cukup kaget saat pertama kali adu tenaga dalam dengan Arya, dia jadi ingat perkataan ketua Son Chong yang mengatakan jika pemilik tubuh petir masih hidup."Ternyata kau pemilik petir itu, anak muda!" kata ketua Bernadi."Benar! Aku memang p
"Aku? Mencabut senjata hanya untuk melawanmu? Sepertinya tidak perlu!" kata Arya."Kurang ajar, kau meremehkan aku, bocah!" maki ketua Bernadi.Dengan gerakan memutar pedangnya, ketua Bernadi datang dengan serangan yang berbahaya, setiap ayunan pedangnya terdengar suara angin yang menderu bagaikan topan."Matilah!"Ketua Bernadi ayunkan pedangnya, dan dia melihat Arya tidak mencoba menjauh dari serangan ayunan pedangnya itu.Trangggg!!"Tidak mungkin!"Ketua Bernadi kaget, dan termangu sejenak karena Arya menahan ayunan pedangnya dengan tangan kosong, dan itu yang paling membuat ketua Bernadi tidak percaya tangan Arya, tidak mengalami lecet sedikitpun.Ketua Bernadi tahu kekuatan yang dia keluarkan dalam mengayunkan pedangnya itu, jangankan tangan manusia, pohon sebesar gunung pun akan terbelah jika menahan pedang nya itu.Keadaan ketua Bernadi yang sangat kaget itu di gunakan Arya dengan baik.Tinju penghancur batu!Dalam ketermanguan itu, ketua Bernadi hanya terlambat sedikit saja m
Arya masih terus berusaha menjatuhkan ketua Bernadi, meskipun sudah mengalami banyak luka, tapi ketua Bernadi masih mampu bertahan dari setiap serangan Arya.Crasssssss!!Saat memiliki satu kesempatan, Arya menebas ke arah punggung ketua Bernadi, ketua Bernadi mencoba menghindari serangan itu, tapi yang terjadi malah tangan kirinya yang jadi sasaran ketajaman pedang urat petir.Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!Ketua Bernadi harus merelakan satu tangannya buntung, dan yang paling membuatnya terkejut tangannya gosong menjadi hitam.Selain itu, dia juga merasakan energi yang merusak mencoba memaksa masuk ke dalam tubuhnya.Tukkkkkk!!Ketua Bernadi langsung menotok pergelangan tangan yang sudah buntung, dan itu dia lakukan untuk menghentikan pendarahan yang terjadi pada tangannya itu."Setelah tanganmu, sebentar lagi lehermu yang akan buntung!' kata Arya.Ketua Bernadi tidak lagi menjawab, dia meyakini itu, dia sudah kalah, hanya harga diri saja yang membuat dia tidak menyerah pada Arya."Aku akan ber
Mayat-mayat bergelimpangan di halaman istana kerajaan Purawa, dan itu adalah mayat dari dua belah pihak yang berperang.Tidak ada senyum bahagia setelah perang itu berakhir dan yang adalah senyum tangis yang penuh dengan kehilangan sahabat maupun rekan seperjuangan."Pangeran, apakah Yang Mulia sudah jadi di jemput?" tanya Resi Gunin pada Arya."Sudah resi, aku sudah perintahkan Mahapatih Tengguru untuk jemput ayahanda dan seluruh keluarga kerajaan!" jawab Arya."Baguslah! Ingat janjimu pangeran!" kata Resi Gunin."Pasti Resi, aku akan menjadi raja di kerajaan ini jika ayah sudah turun tahta!" kata Arya."Hehehehe! itu yang aku harapkan!" kata Resi Gunin.Arya menatap ke seluruh penjuru istana, banyak bangunan istana yang hancur, hancur karena pertarungan antara dirinya dengan ketua Bernadi."Dia lawan yang tangguh!" kata Arya sambil menatap mayat ketua Bernadi yang tanpa kepala."Ayo kita bereskan seluruh kekacauan ini sebelum ayahanda sampai di istana ini!" kata Arya.Prajurit keraj
Kusir Kereta Kuda yang membawa Putri Gut terus memacu kereta kuda itu hingga mereka masuk ke dalam hutan. Arya yang berada di bagian belakang kereta kuda itu semakin curiga, dan ia yakin kalau kusir kereta itu tidak bisa untuk dipercaya."Kita istirahat!" teriak Arya dan memacu kuda hingga berada di samping Kusir Kereta Kuda itu."Tidak bisa, kita harus keluar dari hutan ini, barulah kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda itu. "Kita harus istirahat!" kata Arya. Namun Kusir Kereta Kuda itu masih saja memaksa kuda yang menarik kereta kuda untuk berlari, hingga mereka sampai di tengah-tengah hutan itu. "Baiklah, kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda dan ia menarik tali pekana kuda.Huppppp!!Dan setelah itu, dia melompat dari kursi kusir kereta kuda, dan ia memperlihatkan ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Arya ingin tahu. Kecurigaan pada Kusir Kereta Kuda itu semakin besar, dan itu membuat Arya jadi waspada."Keluar kalian semua!" teriak Kus
Beberapa hari setelah Ki Barata dan Intan sampai di Negeri Burma, kapal yang membawa Putri Gut dan pengawalnya, serta Arya pun tiba Negeri yang cukup besar itu. "Mari kita turun, Arya! Setelah itu kita akan lanjutkan perjalanan menggunakan kereta kuda!" kata Putri Gut. "Baik, Tuan Putri!" kata Arya. Putri Gut kembali kenakan topeng untuk menutupi wajahnya, dan itu dia lakukan untuk mengurangi masalah karena wajahnya yang cukup cantik dan menarik perhatian orang-orang."Cari sebuah kamar penginapan, aku akan istirahat sebelum kita lanjutkan perjalanan ke ibu kota!" kata Putri Gut pada salah satu pengawalnya. "Baik, Tuan Putri!" kata salah satu pengawalnya dan segera mencari penginapan yang pantas untuk Putri Kedua dari Raja Burma itu. Putri Gut menunggu, dan memilih untuk duduk di sebuah kursi yang kosong, yang mana dua pengawal, dan Arya mengawasi Putri Gut. Tidak berapa lama, pengawal yang mencari kamar itu kembali datang, dan ia katakan kalau sudah menyewa kamar untuk tempat i
Selama dalam perjalanan menuju Negeri Burma, Arya selalu saja berada di geladak kapal, dan menunggu kapan mereka akan tiba di Negeri itu. "Dari keterangan yang diberikan oleh Baju Kijang Emas, masih ada empat baju pelindung yang harus aku cari, dan keberadaan baju pelindung itu ada dua di Negri Burma! Aku harap menemukan petunjuk tentang hal itu!" kata Arya. Arya merasa mendatangi Negeri Burma merupakan sebuah takdir, dan ia yakin dia baju pelindung yang ada di Negeri Burma pun pasti ditakdirkan untuk dia miliki. Saat Arya menatap ke arah lautan, saat itulah Putri Gut datang dan berdiri di samping anak muda itu."Apa yang kau pikirkan, Arya?" tanya Putri Gut. "Sudah jelas aku memikirkan sahabatku, Tuan Putri! Aku harus mencari dia," kata Rangga Satria."Aku akan berikan kau sedikit petunjuk!" kata Putri Gut."Petunjuk apa itu, Tuan Putri?" tanya Arya. "Datangi Perguruan Mawar Kuning, jumpai Ketua Noat, dia pasti tahu sesuatu!" kata Putri Gut. "Dimana Perguruan Mawar Kuning itu,
Peerempuan berkerudung kuning itu keluar dari kedai bersama dengan pengawalnya.Ke tujuh orang dengan warna kulit yang cukup berbeda dengan penduduk negeri Malaya itu memasuki kedai yang lain."Mana orangnya?" tanya perempuan itu."Itu tuan putri!" jawab panglima Cun dan menunjuk nakhoda Rundi.Perempuan itu mendekati nakhoda Rundi dan duduk tanpa diminta."Apakah tuan nakhoda yang akan membawa kapal menuju negeri Burma?" tanya perempuan itu."Benar nona, apa nona rekan dari dia?" tanya nakhoda Rundi menujuk panglima Cun."Benar! Dan aku yang menyuruh dia untuk mencari kapal, apakan benar jika kapal itu ada, tapi kekurangan penumpang?" tanya perempuan itu."Benar nona, bahkan sampai sekarang baru satu penumpang yang akan menuju negeri Burma, tidak mungkin aku berangkat hanya dengan tujuh atau delapan penumpang saja, kecuali kalian membayar lebih," kata nakhoda Rundi."Berapa yang kau inginkan?" tanya perempuan berkerudung kuning itu."Berapa ya? Aku tidak dapat memastikan berapa nona,
"Paman! Apa ada kapal yang akan berlayar menuju negeri Burma?" tanya Arya pada saudagar yang tak lain adalah saudagar Hasyim."Aduh anak muda, kau terlambat. Kapal menuju negeri Burma baru saja kemarin berangkat," jawab saudagar Hasyim pada Arya.Ya, begitu Arya sampai yang dia lakukan adalah bertanya pada saudagar yang memiliki kapal, tapi Arya memang sudah terlambat."Apakah ada pemilik kapal lain yang akan berangkat paman?" tanya Arya."Silahkan kau tanyakan di kedai itu, mungkin saja ada," jawab saudagar Hasyim menunjukkan sebuah kedai yang tak jauh dari tempat dia duduk."Baik, terimakasih Paman!"Arya tidak menunda waktu. Dia segera menuju kedai yang di tunjuk oleh saudagar Hasyim.Tapi belum juga Arya dekati kedai itu, seorang lelaki tua menghadang langkahnya."Kau mau kemana anak muda? Aku akan uruskan," ucap lelaki tua itu."Aku ingin ke negeri Burma, apa aku dapat menemukan kapal?" tanya Arya."Negeri Burma? Itu sangat jauh, dan pastinya ongkos yang harus dikeluarkan pastin
Ki Barata melesat menuju kota gajah, kota yang merupakan kota pelabuhan negeri Malaya, dan seperti saat kembali ke kota bangau, kali inipun Ki Barata tidak menghentikan sedikitpun langkah larinya."Aku harus cepat, tidak boleh menunda sedikit waktu, jika tidak pemuda itu akan susul diriku," ucap Ki Barata.Dengan gerakan ringan Ki Barata melesat, dan tidak ada hal yang menghalangi dirinya.Dalam dua hari Ki Barata sudah sampai di kota gajah, dan meneruskan langkah menuju pelabuhan kota gajah."Apa ada kapal yang akan menuju negeri Burma?" tanya Ki Barata pada salah satu pemilik kapal terkenal di kota itu."Ki Barata? Sungguh aku tidak percaya jika ini adalah dirimu," ucap saudagar pemilik kapal itu."Aku hanya ingin tanyakan itu, jika tidak ada aku akan tanyakan saudagar yang lain," kata Ki Barata tidak terlalu suka bersungkan ria dengan saudagar kapal itu."Untuk Ki Barata akan aku usahakan kapal berlayar nanti sore. Tapi apa yang membuat Ki Barata begitu tergesa-gesa?" tanya saudaga
Saat pertarungan antara Arya dan Ki Resta terjadi, dan saat Pertarungan memasuki fase yang kritis, saat itulah Ki Barata mengambil kesempatan."Bodoh! Silahkan kalian terus bertarung, aku tidak akan peduli siapa yang akan menang di antara kalian berdua, yang aku inginkan hanyalah tubuh bulan itu," kata Ki Barata.Huppppp!Ki Barata melesat masuk ke dalam istana. Dan dia berdiri tepat di hadapan panglima Jauli."Jika kau ingin hidup, segera berikan gadis itu padaku!" kata Ki Barata mengancam panglima Jauli.Panglima Jauli dan segenap penghuni kerajaan tahu dengan kemampuan yang dimiliki Ki Barata, dan tak ada penolakan dari mereka saat Ki Barata meminta tubuh Intan.Hehehe!"Bagus! Ternyata kau memilih untuk hidup," kata Ki Barata dan membopong tubuh Intan yang sudah tidak berdaya.Hupppp!!Dengan satu gerakan cepat, Ki Barata membawa tubuh Intan keluar dari istana kerajaan Malaya.Tidak ada satu orangpun yang berani halangi langkah Ki Barata, dan dia pergi dengan tenang, pergi meningg
Arya cukup terkejut dengan jurus yang dikeluarkan oleh Ki Resta. Tapi Arya tidak mau menunjukkan itu pada Ki Resta."Tarian pedang naga!"Haaaaaaaaaaa!Arya menari dan berputar untuk hindari lima pedang yang datang kepadanya.Tranggggg!!Arya menahan satu pedang tapi pedang itu hancur, dan malah nyawa Arya terancam oleh empat pedang yang lain.Arya bersalto ke udara, dan menebas satu pedang yang lain. Dua pedang sudah Arya lumpuhkan, tapi itu membuat tiga pedang yang lain semakin cepat untuk habisi Arya.Tranggggg!!Arya kembali menangkis satu pedang, dan itu adalah pedang yang asli. Pedang itu terlempar, dan bersamaan dengan itu jatuh juga pedang yang merupakan pedang ilusi."Luncuran pedang kematian!"Ki Resta langsung merapal jurus yang lain, itu karena pedang hitam miliknya terlempar.Ki Resta melompat dan tangkap pedang hitam miliknya, dan menyerang dengan meluncur cepat.Huppppp!!Tranggggg!!Bagian lebar pedang urat petir menjadi penahan bagi ujung runcing dari pedang hitam, d
Arya sama kagetnya dengan Ki Resta, dia juga mencari keberadaan Ki Barata. Beda dengan ki Resta yang butuhkan bantuan dari Ki Barata. Arya mencari Ki Barata karena Arya tidak ingin Ki Barata datang dengan serangan bokongan dari belakang.Arya berputar, mencari keberadaan Ki Barata, tapi Arya sudah tidak melihat lelaki pendiri perguruan naga hitam itu."Kemana si keparat itu?" maki Arya yang ragu jika Ki Barata datang menyerang dirinya.Haaaaaaaaaaa!!Tapi belum juga Arya melihat keberadaan Ki Barata. Ki Resta sudah datang dengan serangan yang cepat.Plakkkkkk!Dengan terpaksa Arya menahan serangan Ki Resta. Sambil berharap Ki Barata tidak datang menyerang dengan tiba-tiba."Tidak perlu kau cari pengecut itu, dia pasti kabur meninggalkan murid dan guru pengajar perguruan naga hitam. Itu adalah sifat dasar yang dia miliki," kata Ki Resta pada Arya.Arya tetap tidak percaya, Arya tetap waspada jika ada serangan lain yang datang.Huppppp!!Arya melompat ke atas atap istana, dan dari atap