Tanpa melihat, Max pun mengambil kotak tissue yang ada di sampingnya dan memberikan pada kedua anak kecil yang duduk di kursi belakang. Sebagai seorang ayah, tentu ia tak tega melihat kedua buah hatinya menangis.
“Terima kasih Paman,” jawab si kecil Daniel.
Max hanya mengangguk, dan sebisa mungkin tidak melihat narrow mirror di depannya. Ia tak ingin misinya gagal karena terbawa perasaan dengan kedua anak di belakangnya.
“Dulu ayahku sering mengajak kami berdua untuk pergi ke sini makan kue setelah pulang sekolah, tapi,-” Daniel tak lagi melanjutkan kalimatnya.
Anak lelaki kecil itu hanya menangis sesenggukan sambil menunduk. Dia baru berusia tujuh tahun, dan semasa Ernest masih hidup, mereka seringkali melewati waktu bersama untuk bermain. Ernest lah yang mengajari anak itu bermain bola.
Sesekali Ernest melihat ke narrow mirror, tampak Olive membuang muka
Kedua mata Max memerah pasca mengantar kedua anak itu pulang ke rumah. Sejenak ia melirik ke arah mansion McCall, tepatnya ke arah lantai dua yang memiliki dua balkon. Itu dulu kamar tidur sekaligus ruang kerjanya. Satu balkon mengarah ke jalan, dan satunya lagi ke kolam renang yang berada di samping rumah.“Seperti apa kamar tidur itu sekarang? Apa mungkin menjadi tempat Vanessa dan Ramford untuk berbagi kasih?” gumamnya sambil memegang setir motornya kuat-kuat.Kemudian ia menghirup napas dalam-dalam dan memejamkan mata sejenak, sebelum akhirnya mengemudikan motor sportsnya menuju kediaman Ramford.***“Woi woi lihat siapa yang datang?” seru Bill ketika Max memarkir motornya di tempat parkir untuk karyawan.Kedatangan Max tentu saja mem
Rex langsung menyambut tamu yang mendatangi kediaman Tuan Ramford. Dia adalah seorang perempuan berwajah bulat yang datang dengan membawa paper bag.“Hmm rupanya kau,” kata Rex.Rex yang sudah lama bekerja dengan Tuan Ramford tentu saja tahu siapa perempuan itu, dia sering datang kemari untuk membawa makanan. Walaupun mereka tak pernah bercakap-cakap, tapi Rex sudah hapal akan sosoknya.“I … iya apa kabar Tuan Rex?” sapanya ramah.“Kabarku baik, kau sendiri bagaimana. Sudah lama aku tak melihatmu kemari. Ah ya aku tahu, pasti karena musibah itu,” kata Rex mencoba untuk bersikap ramah.Perempuan itu hanya mengangguk malu-malu. Ini pertama kalinya ia berbicara dengan Rex, sebelumnya ia hanya tersenyum padanya ketika mereka beradu pandang. Semuanya dilakukan atas nama kesopanan.Di balik kacamata hitamnya, Rex memandang
Rex yang tersungkur jatuh pun segera bangkit dan menantang sosok yang baru saja melayangkan tinju. Ia terlihat menyeringai karena menahan rasa sakit pada rahangnya.“Sial, kau sudah berani rupanya?” seru Rex geram.“Memangnya aku harus diam melihat apa yang kau lakukan?”Sementara Jade hanya berdiri sambil menutupi dadanya dengan paperbag yang ia bawa di tangannya. Perempuan muda itu terlihat ketakutan.Cuih! Rex meludah ke samping, menunjukkan rasa muak pada orang sok jago yang baru saja memukulnya.“Kau kira kau sudah hebat sampai berani memukulku? Apa kau sudah pantas, hanya karena Tuan Ramford memanggilmu dan mengajakmu bicara?” tanya Rex sambil memaksakan diri untuk membuka mulut.Pukulan itu terasa sangat menyakitkan, tapi Rex enggan untuk mengakui kalau pukulan itu adalah pukulan yang kuat dan dapat mematikan dirinya
“Sudah kau tak perlu takut, selama ada aku, apa yang dikatakan oleh Rex tak akan pernah terjadi padamu,” kata Max berusaha menenangkan istrinya.Jade masih diam, sepertinya ia shock dengan apa yang dikatakan oleh Rex. Jade yang tahu bagaiamana kehidupan kerja suaminya pun benar-benar takut kalau hal itu benar-benar terjadi. Sebagai seorang istri ia yakin kalau suaminya pasti akan mempertahankan dirinya, bagaimanapun caranya. Namun sebagai manusia, ia berpikir realistis, suaminya bukan lelaki kuat, tak mungkin bisa mengalahkan Rex.“Kuantar kau ke mobil,” ajak Max sambil menyentuh punggung istrinya.Masih terisak, Jade pun mengangguk lemah, merapatkan jas MAx agar menutupi seluruh bagian depan tubuhnya. Baru berapa langkah saja, Max sudah merasakan ada dorongan udara di balik punggungnya, ia pun tahu apa yang harus ia lakukan.“Tunggu sebentar, duduk saja di kursi dulu, k
Di Negeri langit ….Roh Maxim Williams tengah menunggu hari penghakiman. Ia mengantri selayaknya jiwa-jiwa yang tengah menunggu gilirannya.Was-was tentu saja, tapi selagi ruh yang berbaris itu menunggu giliran, mereka semua mendapatkan kesempatan untuk melihat keadaan di dunia. Mengenang orang-orang yang mereka tinggalkan, mengetahui siapa sebenarnya ynga menjadi kawan ataupun lawan baginya, tak terkecuali Max.Saat ini ia mengepalkan tangannya dan sorot matanya menatap tajam. Ia melihat apa yang selama ini terjadi pada tubuhnya. Kesal karena ada roh lain yang mendiami tubuhnya.Ia pun mencoba keluar dari barisan dan mencari penghuni langit untuk ditanya, bagaimana semua ini bisa terjadi padanya.“Halooo … haloo!” teriaknya menggema di negeri langit.Maxim terus saja berjalan mengitari negeri langit, kesemuanya serba putih. Keadaan
Jade duduk sambil mendekap erat jas milik suaminya, sejak mulutnya tak berhenti berucap, menyampaikan harap agar suaminya tidak apa-apa. Jade tak ingin kehilangan sosok Max untuk kedua kalinya. Ia sama sekali tak berani melihat ke arah suaminya yang saat ini sedang dikeroyok oleh anak buah Rex.“Sayang, kau seharusnya tak melakukan hal ini, lupakan saja ambisimu untuk menjadi pengawal kepercayaan Ramford, lagipula dia bukan orang yang baik,” batin Jade.Suaminya Max dulu sempat bercita-cita untuk bergabung dengan militer, sayang sekali sudah tiga kali mengikuti tes dan ia selalu gagal. Akhirnya ia nekad melamar menjadi pengawal Ramford, bagi Max tak masalah tidak bisa bergabung menjadi anggota militer, asal bisa bergabung dengan tim pengawal Ramford dan menjadi yang terkuat. Menurut pria kurus itu, bekerja dengan Ramford dinilai memiliki pamor lebih tinggi dibanding militer.Max memang memiliki fisik yang lem
Ini kali pertamanya bagi Jade mendapati suaminya bisa melawan mereka semua dengan mudah. Selama pernikahan mereka, justru ia seringkali mendapati suaminya mendapatkan luka ruam. Namun kali ini, lelaki yang menikahinya sama sekali tidak terluka, bahkan kemejanya pun tidak kusut.“Kenapa Max tiba-tiba seperti ini, apa mungkin ini akibat dari kecelakaan yang baru dialami oleh suamiku?” pikir Jane dipenuhi tanda tanya.Kelima orang itu tampak bersusah payah untuk berdiri, dan kesemuanya sama sekali tak berani untuk menatap mata Max. Mereka justru memilih untuk beringsut mundur.“Hei apa-apaan kalian?” teriak Rex yang mengetahui kalau anak buahnya pada beringsut mundur.Bill yang pertama kali melangkah menjauh dari tempat mereka semula pun langsung menunduk begitu mendapat gertakan dari Rex.“Mmm tidak … aku baru ingat kalau Tuan Ramford memanggil,
Sepanjang perjalanan, Max dan Jade hanya diam. Seperti biasa, semenjak kecelakaan itu terjadi, Max memang tak pernah banyak bicara padanya, lebih terkesan acuh.“Kau mandi saja dulu, dan ganti pakaianmu. Buang saja baju yang kau pakai jika merasa risih karena Rex, nanti aku akan membelikanmu yang baru jika sudah menerima gaji pertamaku,” kata Max memecah keheningan ketika mereka baru saja tiba di rumah.Jade hanya menunduk, ia tampak bimbang. Baju terusan yang ia pakai kali ini adalah busana kesukaan suaminya, dan ini adalah hadiah ulang tahunnya dua bulan lalu.Max selalu berkata kalau ia terlihat cantik dan seksi saat mengenakannya. Jika melihat Jade mengenakan gaun ini, Max pasti ingin cepat-cepat pulang dan memburunya. Sementara, semenjak kecelakaan itu terjadi, Max sama sekali belum menyentuh dirinya, itulah kenapa Jade mau mengenakan baju ini ke tempat kerja suaminya.“I &hell
Sementara itu di pegunungan Aiken Mountain, tempat yang sangat dingin dan selalu dipenuhi kabut sepanjang tahun. Di sebuah area tanah yang lapang penuh tampak sebuah bangunan yang berdiri dengan kokoh. Di situ tempat berdirinya kelompok persaudaraan legenda bintang enam. Tak jauh dari bangunan itu tampak ratusan orang dengan pakaian serba hitam berdiri berjajar. Mereka semua menggenggam pedang dengan erat yang terbuat dari baja.Kesemuanya menunjukkan aura kematian yang sangat kuat, sekuat pedang mereka. Saat mereka memotong besi, sudah seperti memotong ranting, sangat mudah. Hanya dalam hitungan detik saja akan mampu terbelah menjadi dua bagian.Kedua mata mereka memandang begitu tajam seperti iblis dari neraka yang siap untuk menghancurkan.Mereka adalah pasukan kedua yang memang dibentuk oleh Max. Mereka semua gabungan dari pengawal terlatih yang bekerja pada Tuan Ramford.Karir Max sebagai pengawal memang melaju pesat. Dia yang awalnya tidak memiliki kemampuan dan hanya diremehka
Seketika pria berpakaian kelabu itu pun ketakutan. Wajahnya semakin lama semakin pucat pasi, “Lepaskan aku! Lepaskan!” Pria itu terus saja berteriak.Sekarang ini dia sedang merasakan aura yang mengerikan dan siap membunuh dari orang-orang yang bersamanya ini. Pria ini sangat yakin kalau orang-orang yang membawanya sekarang sudah sering membunuh orang.Dia pun yakin kalau bukan satu dua atau tiga orang yang pernah dibunuh. Mungkin saja jumlahnya ratusan. Jika tidak, tak mungkin ia bisa merasakan keganasan orang-orang itu.Sikap mereka memang terlihat biasa saja, tapi saat mengeluarkan senjata dan menyeret tubuhnya, semua tampak begitu ringan dan tidak ada kendala sama sekali. Seolah tidak ada beban apa-apa yang dialaminya.Pria bergaya kuno ini sampai tidak berani untu membayangkan apa yang akan ia terima kalau sampai jatuh ke dalam genggaman mereka.Selang beberapa menit kemudian …Bill pun tiba di hadapan Mx, dan ia langsung berkata dengan sedikit tergesa, tapi tidak meninggalkan ke
Setelah mendapatkan pukulan maut dari Max, pria berpakaian kelabu itu pun tampak begitu ketakutan. Dia sendiri adalah seorang salah satu master beladiri yang dulu pernah menolong dan mengobati Rex.Kemampuannya tidak bisa disebut sebagai sang ahli amatir atau pemula. Namun juga tidak bisa dikatakan sebagai tingkat utama, karena masih banyak ilmu yang harus dikuasai olehnya.Meskipun begitu, di hadapan Max ia bahkan tidak sanggup untuk menahan pukulan dan langsung terhempas begitu saja hanya oleh sebuah pukulan saja.Sekarang ini, pria berpakaian abu-abu itu sudah terluka sangat parah. Dia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk bertarung lagi.Saat ia melihat Max berjalan menghampiri selangkah demi selangkah, wajah pria itu pun semakin terlihat pucat seperti sudah tidak ada aliran darah di sana.Max dengan angkuh datang menghampirinya, dan Ia pun bertanya dengan nada yang dingin, “Siapa yang telah menyuruhmu ke sini dan membunuh putri Nyonya Vanessa?”Begitu mendengar pertanyaan Max,
Cahaya yang terpancar itu mengarah pada leher Olive. Dia pasti mati kalau sampai belati itu memotong urat leher Olive. Gerakannya begitu cepat, sampai tidak ada orang yang sempat melakukan sesuatu.“Aaa tidaak!” Saat itu Daniel berteriak lantang, ia takut jika sesuatu terjadi pada kakaknya. Berbeda sekali dengan Vanessa yang entah dimana keberadaannya sekarang. Mungkinkah wanita itu melarikan diri.Max hanya memaki dalam hati, “Dasar perempuan tidak berguna. Ibu macam apa dia membiarkan darah dagingnya berada dalam bahaya.”Max pun dengan cepat menggeser tubuh kedua anaknya pada Jade yang sekarang berdiri di belakangnya. Jade langsung mendekap anak itu dengan erat. Sekelebat bayangan pun melintas dan berdiri di samping Max.Itu adalah Zack yang bersiap untuk mendampingi Max. Bersama dengan Max ia melayangkan tinju dan Bruk! Sebuah dentuman terdengar sanagt nyaring, seolah-olah seluruh ruangan meledak terkena pukulan Max dan Zack.Max tidak akan pernah memberi ampun pada siapapun yang
Hari ini adalah hari ulang tahun Olive. Vanessa telah menyiapkan sebuah pesta besar. Ia menyewa taman hotel Prime Bayview hanya untuk menyenangkan anak perempuannya.Tak heran jika Olive sempat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Ibunya. Sejah ayahnya sakit, ia sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya, hanya tekanan dan bahkan hukuman untuknya. Namun bagaimanapun juga Olive adalah seorang anak yang juga membutuhkan kasih sayang orang tua.Meski hari ini Olive merasakan kebahagiaan, tapi sesungguhnya kebahagiaan itu tidak untuknya. Pesta ini dibuat oleh Vanessa demi memperlancar bisnisnya.“Olive, selamat ulang tahun. Jadilah anak yang pintar dan panutan untuk adikmu. Bahagialah selalu Olive,” batin Max yang sedari tadi memperhatikan putri sulungnya dari kejauhan.Saat ini ia sama sekali tidak berani untuk menunjukkan wajahnya di dekat anak itu. Meski sesungguhnya ia ingin memeluk Olive seperti yang biasa dilakukan setiap anak sulungnya berulang tahun. Namun se
Cepat-cepat Max merubah ekspresinya. Ia kembali memasang wajah dingin, jangan sampai Vanessa melihat perubahan pada wajahnya.“Oh, benarkah Nyonya? Saya tidak tahu mengenai kapan ulang tahun mereka, istriku juga tidak bercerita apa-apa,” jawab Max.Vanessa tertawa dingin, “Ha ha sudahlah kau tidak mengetahui ulang tahun mereka itu tidak masalah. Bukankah itu bukan kewajibanmu, lagipula belakangan ini kau lebih sering mengawalku dibanding mengurus kedua anak itu. Sekarang mereka berdua sudah menjadi tanggung jawab istrimu.”“Saya mengerti Nyonya. Hanya saja saya sedikit kaget saat anda menanyakan tentang mereka berdua.”Vanessa mendesah napas panjang, “Yah aku tahu. Meski aku jauh dari mereka dan sudah lama tidak saling menyapa, bahkan aku sempat berpikir untuk membawa mereka ke sekolah asrama saja. Kau tahu kan anak-anak itu sangat berisik!”Max tidak berkata apa-apa. Kalau boleh dikata, dia yang lebih peduli dengan anak-anak dibanding Vanessa. Jade sendiri sudah lama menginginkan keh
Sementara itu di luar hotel …Bill menoleh ke arah Max. Ia penasaran dengan satu keputusan yang dibuat oleh rekannya itu.“Max, kenapa kau membiarkan Selena pergi begitu saja? Apa kau tidak ingin menghabisinya juga?”Saat ini Bill tampak begitu mengkhawatirkan keadaan. Ia teringat akan anggapan kalau kita ingin membasmi sesuatu harus dimilai dari akarnya, jika tidak maka akan tumbuh lagi.Bill menganggap otak dari semua kekacauan ini adalah Selena. Apalagi terlihat jelas bagaimana Tuan Randall begitu menghormati Selena.Saat ini tatapan Selena dipenuhi dengan kebencian terhadap Max dan Bill. Menandakan kalau ia tidak terima dengan perlakuan seperti ini dan dia tidak akan tinggal diam.Max tertawa lirih, kemudian ia pun berkata, “Dia hanya seorang Selena Harris yang tidak penting. Tidak ada gunanya untukku membunuh dia, tujuanku sekarang ini adalah untuk menyuruhnya kembali ke kota Zylan karena aku tahu kalau ia akan membalas dendam kepada Tuan Ramford dan aku, dengan begitu maka aku a
Pengawal pribadi Selena Harris menghela napas perlahan dan berkata, “Nona, tidak ada gunanya untuk membicarakan hal ini sekarang. Kita harus segera pergi dari tempat ini!”Selena Harris pun mengangguk, “Hmm, ayo kita pergi!”Selena sadar kalau saat ini Tuan Randall sudah mati dan tidak ada gunanya lagi untuk terus berlama-lama di kota Northbay. Dia harus segera kembali ke kota Zylan dan menceritakan semua masalah yang telah terjadi di sini pada keluarga besarnya.Jika keluarga besarnya tahu tentang hal ini, maka ia bisa segera membuat keputusan langkah apa yang harus mereka ambil selanjutanya. Bagaimanapun juga grup Mulder masih mereka inginkan untuk saat ini.Kematian Tuan Randall menjadi sebuah kerugian yang besar bagi keluarga Harris.Brak!Saat itu tiba-tiba pintu pun terbuka dengan cara ditendang oleh seseorang.“Ha ha ha, sepertinya sudah terlambat untuk kalian pergi sekarang,” sindir seseorang yang datang dengan tertawa sinis.“Max, kau!” seru Selena tak percaya dengan apa yang
Siapa dia sebenarnya? Sejak kapan ada seorang master yang menguasai ilmu mengerikan dari kota kecil seperti Northbay.“Jangan membuang waktuku. Kalau kau tidak punya kemampuan untuk menyelesaikan dalam waktu sepuluh menit saja, maka kembalilah!” seru Max dengan tidak sabar setelah ia menghabiskan satu kaleng beernya, yang entah kaleng ke berapa saat itu.Begitu mendengar kata-kata Max, wajah Bill pun memerah dan makin lama semakin garag. Di dalam hatinya muncul kemarahan yang berapi-api.Bill tampak tersenyum muram kemudian berkata, “Awalnya aku hanya ingin bersenang-senang, sedikit bermain denganmu bukannya tidak masalah. Sayang sekali aku hanya punya sedikit waktu.”Sebenarnya Bill masih belum ingin meninggalkan Northbay, tapi akan menjadi sangat membosankan. Lagipula ia adalah anak buah Max yang tentunya harus menuruti pria itu. Ketika dia mengikuti Max kembali ke kota Southbay ada sesuatu yang menunggu dirinya di sana, tentunya bukan sesuatu hal yang menyenangkan.Semenjak hubunga