Sepanjang perjalanan, Max dan Jade hanya diam. Seperti biasa, semenjak kecelakaan itu terjadi, Max memang tak pernah banyak bicara padanya, lebih terkesan acuh.
“Kau mandi saja dulu, dan ganti pakaianmu. Buang saja baju yang kau pakai jika merasa risih karena Rex, nanti aku akan membelikanmu yang baru jika sudah menerima gaji pertamaku,” kata Max memecah keheningan ketika mereka baru saja tiba di rumah.
Jade hanya menunduk, ia tampak bimbang. Baju terusan yang ia pakai kali ini adalah busana kesukaan suaminya, dan ini adalah hadiah ulang tahunnya dua bulan lalu.
Max selalu berkata kalau ia terlihat cantik dan seksi saat mengenakannya. Jika melihat Jade mengenakan gaun ini, Max pasti ingin cepat-cepat pulang dan memburunya. Sementara, semenjak kecelakaan itu terjadi, Max sama sekali belum menyentuh dirinya, itulah kenapa Jade mau mengenakan baju ini ke tempat kerja suaminya.
“I &hell
Max segera masuk ke dalam rumah setelah urusan serah terima motor selesai. Pria muda ini pun bergegas menuju dapur dan mulai memasak. Seperti yang ia janjikan pada Jade kalau untuk makan malam kali ini dia yang akan memasak.Saat ia masih hidup sebagai seorang Ernest, ia sringkali berkecimpung di dapur untuk membuat makanan. Ernest sangat ahli dalam mengolah berbagai pasta dan masakan Perancis. Kedua anaknya sangat menikmati olahannya, dan juga atraksi yang ia lakukan saat di dapur.Sesekali Ernest melempar bahan makanan yang sudah dipotong tipis-tipis dan menangkapnya dengan piring, atau memindahkan botol saus dari tangan kanan ke kiri sebelum menuangkan, seperti seorang bartender yang akan menuangkan minuman. Hal ini sangat dinikmati oleh Olive dan Daniel, mereka semua akan bertepuk tangan ketika melihat ayah mereka melakukan hal ini.Tak hanya itu, Ernest pasti akan menyajikan masakan buatannya dalam tatanan yang cant
“Aku akan melanjutkan membuat pasta, sebentar lagi akan selesai,” kata Max sambil berbalik meninggalkan Jade yang masih terdiam terpaku.Jade sendiri cuma menatap punggung Max sambil sesekali terisak. Ia merasa tidak enak melihat apa yang terjadi pada suaminya Max.Ia menyalahkan dirinya sendiri, karena terlalu bernafsu dalam mendekati suaminya. Ia merasa egois mengharapkan sentuhan sang suami, tanpa mempedulikan perasaan dan kondisi sang suami.“Max, apa itu benar?” tanyanya memberanikan diri.Max berpura-pura tak mendengar dan sibuk dengan masakannya.“Sebentar lagi akan selesai,” kata Max sambil menyiapkan garnish untuk hidangannya.Jade langsung menyentuh kedua tangan suaminya dan menghentikan apa yang dilakukan olehnya.“Apa ini karena apa kecelakaan kemarin?” tanya Jade sambil menatap
Ini adalah ahri kedua bagi Max untuk mengantar anak-anak Vanessa ke sekolah. Kedua anak itu tak lagi takut saat melihat sosok Max yang berpakaian serba hitam dan berkacamata.Bagi Olive dan Daniel, sosok Max memang tampak berbeda. Pengawal baru mereka bukanlah sosok menyeramkan yang selalu berlaku kasar dan mengadukan apa yang mereka perbuat pada Vanessa dan kekasihnya, Leon Ramford.Dulu mereka seringkali mendapat aduan dari pengawal Ramford yang selalu berganti-ganti, karena memang tak ada yang mendapatkan tugas khusus untuk mengantar jemput mereka berdua. Jika mereka sampai bicara mengenai ayah mereka, pasti tak lama setelah pengawal itu pulang, Olive dan Daniel pasti akan mendapatkan hukuman dari Vanessa.Namun berbeda dengan pengawal baru mereka yang tidak pernah mengadu. Saat itu diam-diam Olive mengintip Ibunya bersama Leon Ramford tengah berbocara dengan pengawal baru mereka. Pria itu sama sekali tak menyebutkan
Boz masih saja mematung mendengar ucapan Max. Dadanya kembang kempis naik turun, sepertinya ia sangat emosi dengan apa yang diucapkan oleh anak baru itu, walaupun sebenarnya Boz setuju dengan apa yang diucapkan oleh Max.Sebagai seorang senior tentu saja ia tak bisa menerima kenyataan yang diungkapkan anak baru itu begitu saja. Ia harus mempertahankan predikatnya sebagai seseorang yang sangat disegani oleh semua pengawal. Boz tidak rela jika harus kehilangan segala kesenangan saat menjadi yang terkuat di sini. Ia tak bisa mengatur atau meminta jatah dari para pengawalnya yang ada di situ.“Huh! Tak semudah ini bagiku untuk menerima,” batin Boz.Max mengenakan kacamata hitam dan bersiap untuk masuk ke mobilnya kembali. Saat pintu mobil terbuka, ia merasakan ada udara yang melintas dari samping wajahnya. Ia tahu kalau Boz akan kembali melakukan pukulan untuk wajahnya.Saat itulah Max langsu
“Tampaknya pengawal baru itu memiliki kerja yang bagus,” kata Vanessa sambil meletakkan cangkir teh ke atas meja.Wanita yang selalu berpenampilan elegan itu pun menyilangkan kakinya dan mengangkat wajahnya ke arah Leon Ramford yang duduk berseberangan dengannya.Don Ramford hanya tersenyum dan megangguk, kemudian melirik kepada kekasihnya nakal.“Hmm jadi kau setuju dengan pilihanku?” tanyanya sambil menyunggingkan senyum tipis memunculkan raut wajah yang lapar akan kemesuman.“Hmm ya sepertinya ia membuat mereka berdua takut, aku sudah bertanya padanya apakah kedua anak itu menanyakan perihal tentang ayahnya, tapi Max bilang kalau mereka semua sama sekali tak pernah bertanya. Sepanjang perjalanan hanya diam dan menunduk atau melirik ke jendela.”“Jadi, tak masalah kan dengan kedua anak itu?” tanya Don Ramford yang terus saja meman
Max berusaha memanggil para pengawal yang ada di sekitar sekolah elit dan berharap ada bantuan untuk Dwyane yang telah berkorban untuknya. Tak butuh waktu lama bagi Max untuk mendapatkan pertolongan itu.Beberapa orang tampak mendekat pada Max dan mulai mengerubungi Dwayne yang terkapar. Satu orang tampak menggunakan telephone genggam untuk memanggil ambulance. Tiga orang yang dulu pernah menjadi anggota gank mata pedang pun langsung meninggalkan tempat kerumunan itu untuk mengejar Boz. Mereka semua tahu kalau Boz tengah beringsut untuk melarikan diri.“Biar kami kejar dia, orang itu harus bertanggung jawab atas apa yang baru saja mereka lakukan!” seru pria asia yang dulu sempat menghantam Max.“Sebagian dari kalian membantuku, dan sebagian lagi mengurus Dwayne. Dia harus segera mendapatkan pertolongan!” serunya lagi.Max yang mendengar seruan itu pun mengepalkan tangannya kua
Satu persatu pengawal berdatangan, masing-masing dari mereka tengah membaca pesan yang disampaikan oleh Max. Pengawal baru itu menyampaikan informasi dimana posisi Boz saat ini, dan strategi apa yang akan mereka gunakan untuk menangkapnya.“Aku tak menemukannya,” kata salah seorang pengawal yang memiliki kulit gelap.“AKu juga, aku sudah mencarinya ke beberapa tempat, dan aku tak mungkin bisa mencarinya lagi, aku khawatir anak majikanku akan selesai sekolahnya, dan ia tak mendapati aku di sana,” kata pengawal lain yang masih mengenakan kacamata hitamnya.“Aku pun demikian, sial dimana orang itu berada, cepat sekali pergerakannya,” keluh Max sambil mengacak-acak rambut lurusnya.Kemudian muncul juga pengawal lain yang terlihat panik karena tak menemukan sosok Boz.“Max bagaimana ini, Boz belum juga ditemukan. Ia harus membayar apa yang sud
Petugas paramedis mencabut pisau yang tertancap di punggung Dwayne secara perlahan. Kemudian melakukan tugasnya untuk menghentikan pendarahan.Dua orang pengawal turut serta untuk mendampingi Dwayne berada di rumah sakit, sementara anak majikan mereka akan diurus oleh pengawal yang lain dan ada juga yang masih menunggu di sekolah.Para pengawal itu benar-benar memiliki solidaritas yang tinggi, saling mengerti satu sama lainnya.“Apa dia akan selamat?” tanya salah seornag pengawal pada salah seorang petugas paramedis.“Semoga saja, biar dokter yang akan memberikan pertolongan,” jawab petugas paramedis tanpa melihat ke arah rekan Dwayne.Kedua pengawal yang mendampingi Dwayne itu hanya memandang satu sama lain. Sambil tangan mereka mengepal kuat, memendam dendam terhadap sosok Boz.“Semoga Boz ditemukan dan hancur oleh mereka, ini