“Aku akan melanjutkan membuat pasta, sebentar lagi akan selesai,” kata Max sambil berbalik meninggalkan Jade yang masih terdiam terpaku.
Jade sendiri cuma menatap punggung Max sambil sesekali terisak. Ia merasa tidak enak melihat apa yang terjadi pada suaminya Max.
Ia menyalahkan dirinya sendiri, karena terlalu bernafsu dalam mendekati suaminya. Ia merasa egois mengharapkan sentuhan sang suami, tanpa mempedulikan perasaan dan kondisi sang suami.
“Max, apa itu benar?” tanyanya memberanikan diri.
Max berpura-pura tak mendengar dan sibuk dengan masakannya.
“Sebentar lagi akan selesai,” kata Max sambil menyiapkan garnish untuk hidangannya.
Jade langsung menyentuh kedua tangan suaminya dan menghentikan apa yang dilakukan olehnya.
“Apa ini karena apa kecelakaan kemarin?” tanya Jade sambil menatap
Ini adalah ahri kedua bagi Max untuk mengantar anak-anak Vanessa ke sekolah. Kedua anak itu tak lagi takut saat melihat sosok Max yang berpakaian serba hitam dan berkacamata.Bagi Olive dan Daniel, sosok Max memang tampak berbeda. Pengawal baru mereka bukanlah sosok menyeramkan yang selalu berlaku kasar dan mengadukan apa yang mereka perbuat pada Vanessa dan kekasihnya, Leon Ramford.Dulu mereka seringkali mendapat aduan dari pengawal Ramford yang selalu berganti-ganti, karena memang tak ada yang mendapatkan tugas khusus untuk mengantar jemput mereka berdua. Jika mereka sampai bicara mengenai ayah mereka, pasti tak lama setelah pengawal itu pulang, Olive dan Daniel pasti akan mendapatkan hukuman dari Vanessa.Namun berbeda dengan pengawal baru mereka yang tidak pernah mengadu. Saat itu diam-diam Olive mengintip Ibunya bersama Leon Ramford tengah berbocara dengan pengawal baru mereka. Pria itu sama sekali tak menyebutkan
Boz masih saja mematung mendengar ucapan Max. Dadanya kembang kempis naik turun, sepertinya ia sangat emosi dengan apa yang diucapkan oleh anak baru itu, walaupun sebenarnya Boz setuju dengan apa yang diucapkan oleh Max.Sebagai seorang senior tentu saja ia tak bisa menerima kenyataan yang diungkapkan anak baru itu begitu saja. Ia harus mempertahankan predikatnya sebagai seseorang yang sangat disegani oleh semua pengawal. Boz tidak rela jika harus kehilangan segala kesenangan saat menjadi yang terkuat di sini. Ia tak bisa mengatur atau meminta jatah dari para pengawalnya yang ada di situ.“Huh! Tak semudah ini bagiku untuk menerima,” batin Boz.Max mengenakan kacamata hitam dan bersiap untuk masuk ke mobilnya kembali. Saat pintu mobil terbuka, ia merasakan ada udara yang melintas dari samping wajahnya. Ia tahu kalau Boz akan kembali melakukan pukulan untuk wajahnya.Saat itulah Max langsu
“Tampaknya pengawal baru itu memiliki kerja yang bagus,” kata Vanessa sambil meletakkan cangkir teh ke atas meja.Wanita yang selalu berpenampilan elegan itu pun menyilangkan kakinya dan mengangkat wajahnya ke arah Leon Ramford yang duduk berseberangan dengannya.Don Ramford hanya tersenyum dan megangguk, kemudian melirik kepada kekasihnya nakal.“Hmm jadi kau setuju dengan pilihanku?” tanyanya sambil menyunggingkan senyum tipis memunculkan raut wajah yang lapar akan kemesuman.“Hmm ya sepertinya ia membuat mereka berdua takut, aku sudah bertanya padanya apakah kedua anak itu menanyakan perihal tentang ayahnya, tapi Max bilang kalau mereka semua sama sekali tak pernah bertanya. Sepanjang perjalanan hanya diam dan menunduk atau melirik ke jendela.”“Jadi, tak masalah kan dengan kedua anak itu?” tanya Don Ramford yang terus saja meman
Max berusaha memanggil para pengawal yang ada di sekitar sekolah elit dan berharap ada bantuan untuk Dwyane yang telah berkorban untuknya. Tak butuh waktu lama bagi Max untuk mendapatkan pertolongan itu.Beberapa orang tampak mendekat pada Max dan mulai mengerubungi Dwayne yang terkapar. Satu orang tampak menggunakan telephone genggam untuk memanggil ambulance. Tiga orang yang dulu pernah menjadi anggota gank mata pedang pun langsung meninggalkan tempat kerumunan itu untuk mengejar Boz. Mereka semua tahu kalau Boz tengah beringsut untuk melarikan diri.“Biar kami kejar dia, orang itu harus bertanggung jawab atas apa yang baru saja mereka lakukan!” seru pria asia yang dulu sempat menghantam Max.“Sebagian dari kalian membantuku, dan sebagian lagi mengurus Dwayne. Dia harus segera mendapatkan pertolongan!” serunya lagi.Max yang mendengar seruan itu pun mengepalkan tangannya kua
Satu persatu pengawal berdatangan, masing-masing dari mereka tengah membaca pesan yang disampaikan oleh Max. Pengawal baru itu menyampaikan informasi dimana posisi Boz saat ini, dan strategi apa yang akan mereka gunakan untuk menangkapnya.“Aku tak menemukannya,” kata salah seorang pengawal yang memiliki kulit gelap.“AKu juga, aku sudah mencarinya ke beberapa tempat, dan aku tak mungkin bisa mencarinya lagi, aku khawatir anak majikanku akan selesai sekolahnya, dan ia tak mendapati aku di sana,” kata pengawal lain yang masih mengenakan kacamata hitamnya.“Aku pun demikian, sial dimana orang itu berada, cepat sekali pergerakannya,” keluh Max sambil mengacak-acak rambut lurusnya.Kemudian muncul juga pengawal lain yang terlihat panik karena tak menemukan sosok Boz.“Max bagaimana ini, Boz belum juga ditemukan. Ia harus membayar apa yang sud
Petugas paramedis mencabut pisau yang tertancap di punggung Dwayne secara perlahan. Kemudian melakukan tugasnya untuk menghentikan pendarahan.Dua orang pengawal turut serta untuk mendampingi Dwayne berada di rumah sakit, sementara anak majikan mereka akan diurus oleh pengawal yang lain dan ada juga yang masih menunggu di sekolah.Para pengawal itu benar-benar memiliki solidaritas yang tinggi, saling mengerti satu sama lainnya.“Apa dia akan selamat?” tanya salah seornag pengawal pada salah seorang petugas paramedis.“Semoga saja, biar dokter yang akan memberikan pertolongan,” jawab petugas paramedis tanpa melihat ke arah rekan Dwayne.Kedua pengawal yang mendampingi Dwayne itu hanya memandang satu sama lain. Sambil tangan mereka mengepal kuat, memendam dendam terhadap sosok Boz.“Semoga Boz ditemukan dan hancur oleh mereka, ini
“Apa kau mencemaskan sesuatu Vanessa, Sayang?” tanya Leon Ramford sambil merapikan kemejanya setelah ia melepas keringat bersama Vanessa di kamar utama kekasihnya dan suaminya terdahulu.Kamar itu masih sama, hanya saja ranjang dan perabotan lainnya sudah disingkirkan. Vanessa enggan berurusan dengan perabotan-perabotan itu. Ia memilih yang baru seperti kisahnya bersama Leon.Vanessa kembali melirik jam dinding di kamar tidurnya, kemudian memandang ke arah lelaki yang bersamanya sekali lagi.“Ini sudah siang, dan sepertinya anak-anak belum pulang. Pengawal baru yang kau pekerjakan itu tidak mengirimkan pesan padaku kalau mereka sedang dalam perjalanan kemari,” katanya.Leon Ramford hanya tersenyum sinis melihat kekhawatiran kekasihnya. Ia justru menggoda wanita yang tengah berkencan bersamanya ini.“Hmm jadi kau mulai mengkahawatirkan kedua anak itu?
Kedua anak itu pun saling pandang kemudian menunduk, berjalan mengikuti mobil sambil ketakutan. Mereka berdua tidak pernah menyukai sosok Rex yang dinilai begitu arogan. Seorang Rex tak pernah segan untuk memarahi mereka jika bicara tentang ayah mereka.Pernah suatu ketika kedua anak itu menangis di dalam mobil lantaran rindu pada sosok ayah yang selalu menyayangi mereka. Saat terdengar tangisan itu, Rex pun langsung menyiram kedua wajah anak itu tanpa belas kasih. Ia tak peduli kalau pakaian anak itu basah dan membuat mereka kedinginan.Tak cukup sampai di situ, mereka berdua pun diadukan pada Vanessa yang memang ingin memutuskn hubungan kedua anak itu dengan ayah mereka. Mereka berdua pun harus rela mendapatkan pukulan pada pantat dan dikunci dalam kamar.Entah apa yang akan dilakukan oleh Max saat mengetahui kalau mereka berdua mendapatkan perlakuan yang begitu tak baik. Sebagai seorang ayah tentu saja ia tak akan bis
Sementara itu di pegunungan Aiken Mountain, tempat yang sangat dingin dan selalu dipenuhi kabut sepanjang tahun. Di sebuah area tanah yang lapang penuh tampak sebuah bangunan yang berdiri dengan kokoh. Di situ tempat berdirinya kelompok persaudaraan legenda bintang enam. Tak jauh dari bangunan itu tampak ratusan orang dengan pakaian serba hitam berdiri berjajar. Mereka semua menggenggam pedang dengan erat yang terbuat dari baja.Kesemuanya menunjukkan aura kematian yang sangat kuat, sekuat pedang mereka. Saat mereka memotong besi, sudah seperti memotong ranting, sangat mudah. Hanya dalam hitungan detik saja akan mampu terbelah menjadi dua bagian.Kedua mata mereka memandang begitu tajam seperti iblis dari neraka yang siap untuk menghancurkan.Mereka adalah pasukan kedua yang memang dibentuk oleh Max. Mereka semua gabungan dari pengawal terlatih yang bekerja pada Tuan Ramford.Karir Max sebagai pengawal memang melaju pesat. Dia yang awalnya tidak memiliki kemampuan dan hanya diremehka
Seketika pria berpakaian kelabu itu pun ketakutan. Wajahnya semakin lama semakin pucat pasi, “Lepaskan aku! Lepaskan!” Pria itu terus saja berteriak.Sekarang ini dia sedang merasakan aura yang mengerikan dan siap membunuh dari orang-orang yang bersamanya ini. Pria ini sangat yakin kalau orang-orang yang membawanya sekarang sudah sering membunuh orang.Dia pun yakin kalau bukan satu dua atau tiga orang yang pernah dibunuh. Mungkin saja jumlahnya ratusan. Jika tidak, tak mungkin ia bisa merasakan keganasan orang-orang itu.Sikap mereka memang terlihat biasa saja, tapi saat mengeluarkan senjata dan menyeret tubuhnya, semua tampak begitu ringan dan tidak ada kendala sama sekali. Seolah tidak ada beban apa-apa yang dialaminya.Pria bergaya kuno ini sampai tidak berani untu membayangkan apa yang akan ia terima kalau sampai jatuh ke dalam genggaman mereka.Selang beberapa menit kemudian …Bill pun tiba di hadapan Mx, dan ia langsung berkata dengan sedikit tergesa, tapi tidak meninggalkan ke
Setelah mendapatkan pukulan maut dari Max, pria berpakaian kelabu itu pun tampak begitu ketakutan. Dia sendiri adalah seorang salah satu master beladiri yang dulu pernah menolong dan mengobati Rex.Kemampuannya tidak bisa disebut sebagai sang ahli amatir atau pemula. Namun juga tidak bisa dikatakan sebagai tingkat utama, karena masih banyak ilmu yang harus dikuasai olehnya.Meskipun begitu, di hadapan Max ia bahkan tidak sanggup untuk menahan pukulan dan langsung terhempas begitu saja hanya oleh sebuah pukulan saja.Sekarang ini, pria berpakaian abu-abu itu sudah terluka sangat parah. Dia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk bertarung lagi.Saat ia melihat Max berjalan menghampiri selangkah demi selangkah, wajah pria itu pun semakin terlihat pucat seperti sudah tidak ada aliran darah di sana.Max dengan angkuh datang menghampirinya, dan Ia pun bertanya dengan nada yang dingin, “Siapa yang telah menyuruhmu ke sini dan membunuh putri Nyonya Vanessa?”Begitu mendengar pertanyaan Max,
Cahaya yang terpancar itu mengarah pada leher Olive. Dia pasti mati kalau sampai belati itu memotong urat leher Olive. Gerakannya begitu cepat, sampai tidak ada orang yang sempat melakukan sesuatu.“Aaa tidaak!” Saat itu Daniel berteriak lantang, ia takut jika sesuatu terjadi pada kakaknya. Berbeda sekali dengan Vanessa yang entah dimana keberadaannya sekarang. Mungkinkah wanita itu melarikan diri.Max hanya memaki dalam hati, “Dasar perempuan tidak berguna. Ibu macam apa dia membiarkan darah dagingnya berada dalam bahaya.”Max pun dengan cepat menggeser tubuh kedua anaknya pada Jade yang sekarang berdiri di belakangnya. Jade langsung mendekap anak itu dengan erat. Sekelebat bayangan pun melintas dan berdiri di samping Max.Itu adalah Zack yang bersiap untuk mendampingi Max. Bersama dengan Max ia melayangkan tinju dan Bruk! Sebuah dentuman terdengar sanagt nyaring, seolah-olah seluruh ruangan meledak terkena pukulan Max dan Zack.Max tidak akan pernah memberi ampun pada siapapun yang
Hari ini adalah hari ulang tahun Olive. Vanessa telah menyiapkan sebuah pesta besar. Ia menyewa taman hotel Prime Bayview hanya untuk menyenangkan anak perempuannya.Tak heran jika Olive sempat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Ibunya. Sejah ayahnya sakit, ia sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya, hanya tekanan dan bahkan hukuman untuknya. Namun bagaimanapun juga Olive adalah seorang anak yang juga membutuhkan kasih sayang orang tua.Meski hari ini Olive merasakan kebahagiaan, tapi sesungguhnya kebahagiaan itu tidak untuknya. Pesta ini dibuat oleh Vanessa demi memperlancar bisnisnya.“Olive, selamat ulang tahun. Jadilah anak yang pintar dan panutan untuk adikmu. Bahagialah selalu Olive,” batin Max yang sedari tadi memperhatikan putri sulungnya dari kejauhan.Saat ini ia sama sekali tidak berani untuk menunjukkan wajahnya di dekat anak itu. Meski sesungguhnya ia ingin memeluk Olive seperti yang biasa dilakukan setiap anak sulungnya berulang tahun. Namun se
Cepat-cepat Max merubah ekspresinya. Ia kembali memasang wajah dingin, jangan sampai Vanessa melihat perubahan pada wajahnya.“Oh, benarkah Nyonya? Saya tidak tahu mengenai kapan ulang tahun mereka, istriku juga tidak bercerita apa-apa,” jawab Max.Vanessa tertawa dingin, “Ha ha sudahlah kau tidak mengetahui ulang tahun mereka itu tidak masalah. Bukankah itu bukan kewajibanmu, lagipula belakangan ini kau lebih sering mengawalku dibanding mengurus kedua anak itu. Sekarang mereka berdua sudah menjadi tanggung jawab istrimu.”“Saya mengerti Nyonya. Hanya saja saya sedikit kaget saat anda menanyakan tentang mereka berdua.”Vanessa mendesah napas panjang, “Yah aku tahu. Meski aku jauh dari mereka dan sudah lama tidak saling menyapa, bahkan aku sempat berpikir untuk membawa mereka ke sekolah asrama saja. Kau tahu kan anak-anak itu sangat berisik!”Max tidak berkata apa-apa. Kalau boleh dikata, dia yang lebih peduli dengan anak-anak dibanding Vanessa. Jade sendiri sudah lama menginginkan keh
Sementara itu di luar hotel …Bill menoleh ke arah Max. Ia penasaran dengan satu keputusan yang dibuat oleh rekannya itu.“Max, kenapa kau membiarkan Selena pergi begitu saja? Apa kau tidak ingin menghabisinya juga?”Saat ini Bill tampak begitu mengkhawatirkan keadaan. Ia teringat akan anggapan kalau kita ingin membasmi sesuatu harus dimilai dari akarnya, jika tidak maka akan tumbuh lagi.Bill menganggap otak dari semua kekacauan ini adalah Selena. Apalagi terlihat jelas bagaimana Tuan Randall begitu menghormati Selena.Saat ini tatapan Selena dipenuhi dengan kebencian terhadap Max dan Bill. Menandakan kalau ia tidak terima dengan perlakuan seperti ini dan dia tidak akan tinggal diam.Max tertawa lirih, kemudian ia pun berkata, “Dia hanya seorang Selena Harris yang tidak penting. Tidak ada gunanya untukku membunuh dia, tujuanku sekarang ini adalah untuk menyuruhnya kembali ke kota Zylan karena aku tahu kalau ia akan membalas dendam kepada Tuan Ramford dan aku, dengan begitu maka aku a
Pengawal pribadi Selena Harris menghela napas perlahan dan berkata, “Nona, tidak ada gunanya untuk membicarakan hal ini sekarang. Kita harus segera pergi dari tempat ini!”Selena Harris pun mengangguk, “Hmm, ayo kita pergi!”Selena sadar kalau saat ini Tuan Randall sudah mati dan tidak ada gunanya lagi untuk terus berlama-lama di kota Northbay. Dia harus segera kembali ke kota Zylan dan menceritakan semua masalah yang telah terjadi di sini pada keluarga besarnya.Jika keluarga besarnya tahu tentang hal ini, maka ia bisa segera membuat keputusan langkah apa yang harus mereka ambil selanjutanya. Bagaimanapun juga grup Mulder masih mereka inginkan untuk saat ini.Kematian Tuan Randall menjadi sebuah kerugian yang besar bagi keluarga Harris.Brak!Saat itu tiba-tiba pintu pun terbuka dengan cara ditendang oleh seseorang.“Ha ha ha, sepertinya sudah terlambat untuk kalian pergi sekarang,” sindir seseorang yang datang dengan tertawa sinis.“Max, kau!” seru Selena tak percaya dengan apa yang
Siapa dia sebenarnya? Sejak kapan ada seorang master yang menguasai ilmu mengerikan dari kota kecil seperti Northbay.“Jangan membuang waktuku. Kalau kau tidak punya kemampuan untuk menyelesaikan dalam waktu sepuluh menit saja, maka kembalilah!” seru Max dengan tidak sabar setelah ia menghabiskan satu kaleng beernya, yang entah kaleng ke berapa saat itu.Begitu mendengar kata-kata Max, wajah Bill pun memerah dan makin lama semakin garag. Di dalam hatinya muncul kemarahan yang berapi-api.Bill tampak tersenyum muram kemudian berkata, “Awalnya aku hanya ingin bersenang-senang, sedikit bermain denganmu bukannya tidak masalah. Sayang sekali aku hanya punya sedikit waktu.”Sebenarnya Bill masih belum ingin meninggalkan Northbay, tapi akan menjadi sangat membosankan. Lagipula ia adalah anak buah Max yang tentunya harus menuruti pria itu. Ketika dia mengikuti Max kembali ke kota Southbay ada sesuatu yang menunggu dirinya di sana, tentunya bukan sesuatu hal yang menyenangkan.Semenjak hubunga