Satu minggu kemudian.
“Pagi Mbak Jaeryn, selang infusnya saya lepas, ya,” ucap seorang suster dengan ramah.
“Oke, sus,” jawabku dengan nada yang ramah pula.
Di saat yang bersamaan, Bunda mengelus punggungku dan melemparkan sebuah senyuman tipis; senyuman menguatkan.
Hari ini, adalah saat di mana aku akhirnya bisa keluar dari rumah sakit dan kembali ke apartemen Geraldy, sesuai dengan rencana bunda.
Satu minggu dari kunjungan terakhir, Geraldy tak pernah menjenggukku lagi. Karena, terakhir kali aku bilang ingin berdua saja dengan Bunda. Tumben sekali dia mau mendengarkanku dan memberikan ruang untukku. Apakah mungkin dia sibuk? Rasanya agak sedikit aneh.
Setahuku semua jadwalnya masih ditunda. Soalnya keadaan di luar sana belum dipastikan seratus persen aman. Lagipula, saat ini banyak berita tentang dia yang simpang siur.
Meskipun cerita bohongan, kemungkinan juga ada netizen yang menyudutkan Geraldy ka
Dengan spontan aku meraih kembali lengan seseorang yang saat ini sedang memegangiku, dan tak pernah sebelumnya aku memegang lengan seorang pria seerat ini. Lebih tepatnya, tak pernah aku mencengkram lengan berotot tebal seorang Geraldy. Setelah mencengkram erat lengan Geraldy, aku akhirnya berhasil mengeluarkan napas yang kutahan karena ketegangan menguasaiku. Keberadaannya membuatku merasa sedikit lebih lega. Namun, disaat yang bersamaan aku juga bertanya-tanya, apakah sosok Geraldy ini nyata ataukah hanya halusinasi? Semenjak tersadar minggu lalu, aku mendadak tak pandai membedakan kenyataan dengan halusinasi. Sepertinya aku masih trauma dengan kejadian malam itu. Sembari berusaha mengatur napasku lagi, aku mengajak Geraldy berbicara dengan suara bergetar,
“Ah, yasudahlah! Nggak usah dipikirin. Nggak usah heran, Geraldy memang seperti itu,” batinku sambil memijat pelan lenganku yang baru terasa pegal setelah mencengkram lengan Geraldy selama lebih dari lima menit.Saat panik tadi, aku tak bisa merasakan sensasi apapun pada tubuhku. Setelah mulai tenang, aku baru bisa menyadari rasa pegal pada lenganku. Ah ... sepertinya Geraldy juga kesakitan tadi karena cengkramanku.Lagian, kenapa juga Geraldy membiarkan aku mencengkram lama lengannya itu? Seharusnya dari awal dia tepis aja, kan? Dasar pria aneh! Aku tak mampu memahaminya sampai detik ini.“Kemarin dia mencaciku miskin, tapi habis itu bilang ke Bunda dia bersedia menerima kondisi kehamilanku dan mau bertanggung-jawab juga. Dan hari ini dia bilang aku lemah, tapi tetap aja membiarkan aku mencengkram lengannya. Memang bukan Geraldy namanya kalau sikapnya nggak konsisten!” Aku kembali larut dalam pikiranku sembari menoleh t
SRAK ...Suara yang berasal dari pintu kembali terdengar, aku kaget setengah mati. Apalagi tadinya aku sedang melamuni nasibku dan tengah berusaha menguatkan hati.Kukira arwah Mas Rudi kembali lagi. Tapi ternyata, yang datang adalah Bunda. Untung saja aku tak sampai berteriak.Bunda akhirnya sudah selesai membereskan segala urusan yang harus diselesaikan di sini. Syukurlah, setidaknya suasananya antara aku dengan Geraldy tidak akan menjadi lebih buruk lagi.“Den datang ke sini ternyata.” Sapa Bunda ramah.Geraldy hanya menatap ke arah Bunda, dan mengangguk cuek tanpa menjawab.“Lho ... Jaeryn kok pucat?” Bunda buru-buru menghampiriku.“Oh ... gapapa, kok, bund.” Aku tidak tahu harus menceritakan bagaimana perihal penampakan yang kulihat tadi kepada Bunda, dan juga perihal pengakuan Geraldy.“Mungkin lo masih butuh tambahan rawat inap beberapa hari lagi?” Celetuk Geraldy tiba-tiba
Micellar water, kusebut saja Geraldy begitu. Layaknya campuran minyak dan air yang tak akan menyatu, tetapi nyatanya bisa tersimpan dalam botol yang sama. Seperti Geraldy, campuran pembunuh dan penyelamat yang tak biasanya menyatu, tetapi faktanya tersimpan dalam satu jiwa yang sama.Sebagai seorang penata rias, aku memang hanya mengingat kata-kata tentang kecantikan. Jadi, sebut saja Geraldy ... Micellar water.Mas Rudi dan Geraldy, mereka berdua adalah Micellar water. Yang satu perpaduan pelaku dan korban, dan yang satu lagi perpaduan antara pembunuh dan penyelamat.Benar-benar sebuah perpaduan yang gila. Tetapi, di dunia ini memang sering saja terjadi hal-hal yang aneh.Karena telah mendapatkan sebuah sebutan yang bagus, aku terpikirkan untuk menggati nama kontak geraldy dengan sebutan micellar water saja. Sebutan itu jauh lebih baik daripada terus mengingatnya sebagai pembunuh. Juga aku tak bisa mengabaikan perilaku kriminalnya dan menganggap dia sema
Setelah memprotes banyak hal tentang ketidakadilan yang melanda, tiba-tiba aku mendadak ingin curhat di sosial media. Meskipun aku nggak punya teman dekat, sih.Lagipula orang-orang di dunia ini, kerap kali mencurahkan perasaannya baik senang maupun sedih ke sosial media mereka. Ya, meskipun kebanyakan dari mereka membagikan kebahagiaan yang palsu. Tapi, tak jarang pula orang yang membagikan kenyataan pahit mereka ke sosial media. Sebab, mereka akan segera mendapatkan perhatian dari sahabat ataupun orang-orang terdekat mereka.Sesungguhnya saat ini aku ingin membagikan kepedihanku ini ke Coronagramku dikarenakan memiliki harapan, akan ada seseorang yang entah dari mana ... memberikan perhatian dan simpatinya untukku. Tapi ... sepertinya tidak akan ada yang peduli. Karena lagi-lagi, aku, kan, nggak punya teman dekat. Yang aku miliki saat ini, ya, cuma Bunda.Bagaimana, sih, rasanya memiliki seorang teman dekat? Pasti menyenangkan memiliki seorang sahabat di saat-
Pertama, aku langsung mengecek followersku yang meningkat pesat. Menyentuh angka 15.800 pengikut. Dan benar saja, kebanyakan dari mereka adalah para gadis yang menyukai Geraldy.Kedua, aku mengecek postingan-postingan yang menandaiku. Kebanyakan, sih, hanya video sama yang direpost ulang di beberapa akun berbeda.Ternyata rekaman CCTV kejadian di mana aku ditabrak oleh orang suruhan Mas Rudi disebarluaskan. Wah, benar-benar gila! Ada juga video yang merupakan editan dari foto-fotoku saat sedang bersama Geraldy. Ada juga video editan evaluasi tatapan Mas Rudi kepadaku di lokasi shooting, dan mereka menambahkan berbagai keterangan sesuai persepsi mereka. Seperti, ‘bukti kalau Mas Rudi dari awal nggak suka Jaeryn’. Dan yang terakhir, adalah video-video konferensi pers Geraldy dan istri Mas Rudi kemarin.Sebelum mengecek komentar di akunku sendiri, aku ingin terlebih dulu mengecek komentar di lapak lain. Terutama di video editan-editan fans, karena tampa
Saat sedang panik karena ingin memastikan sesuatu, terkadang kita tidak berpikir panjang dalam setiap tindakan yang diambil. Begitulah aku saat ini, serta merta langsung menghubungi Geraldy untuk mendapatkan kepastian.Suara dering tanda panggilan telepon sudah tersambung terdengar, tapi Geraldy tidak mengangkatnya. Aku sempat meneleponnya sebanyak dua kali, dengan penuh kegelisahan.Bunda yang menyadari perilaku resahku itu, menanyakan siapa yang sedang aku hubungi. Dari sanalah aku baru tersadar, tak seharusnya aku menelepon Geraldy di mobil. Karena, kan, ada Pak Tarno. Dia tidak boleh mengetahui rahasiaku ini.Bukan bermaksud mencurigai, hanya ingin jaga aman.Kupikir, mulai hari ini aku harus belajar lebih berhati-hati lagi. Sepertinya mau sedarurat apapun informasi yang ingin kudengar ... tak seharusnya aku mencari tahu di luar rumah. Lagipula sekarang, kan, aku sudah serumah dengan Geraldy. Duh! Bodohnya aku. Nanti dia malah ngira yang aneh-aneh lag
Di dalam LiftSetelah berhasil turun dari mobil dengan segala keribetan yang ada, kini aku akhirnya berada di dalam lift. Bunda membantu mendorongkan kursi rodaku.Karena sudah terlalu penasaran, aku langsung meraba kasar isi tasku guna mendapatkan ponselku. Setelahnya aku mengecek kembali postingan Geraldy.Tak butuh waktu lama untuk membuat postingan Geraldy kembali terpampang dalam layar. Ditambah lagi aku sedang panik-paniknya.Ternyata yang Geraldy tuliskan dalam caption adalah, “Maaf , terima kasih, dan selamat jalan.”“Haah” Aku lega setengah mati.Untung saja Geraldy tidak menuliskan sesuatu yang kontroversial. Ia bahkan terkesan begitu tulus menghayati kehilangannya.Karena caption itu, sontak saja fans Geraldy langsung membanjiri kolom komentarnya dengan menunjukkan simpati dan memberikan dukungan habis-habisan. Mereka tak ingin Geraldy merasa down, ataupun terlalu menyalahkan