Indira yang sedang memegang gelas mendadak hatinya berdetak cepat dan gelas itu terlepas ke lantai.
Praang!
“Kenapa, Mbak Indi?” seru Narti yang ada di dapur dengan cemas.
Indira berdiri dengan tertegun dan mengatur napasnya yang tersengal.
“Nggak apa-apa, Mbak Narti. Tiba-tiba perasaanku nggak enak dan gelasnya terlepas,” jawab Indira yang masih duduk dengan tubuh gemetar.
Narti tampak lega dan segera mengambil sapu untuk membersihkan pecahan yang tersebar di bawah.
“Bawa dalam doa, Mbak Indi. Semoga aja semua berjalan dengan baik,” saran Narti yang langsung memikirkan Alden.
“I-iya, Mbak. Makasih,” sahut Indira lemah. Ia segera masuk kamar dan melihat laptopnya yang terbuka dan masih menunjukkan email yang ia kirim untuk Alden. Dengan wajah berdebar, ia melangkah mendekat. Matanya kembali membaca setiap kalimat yang ia tuliskan. Indira merasa setiap kata-kata yang ia tujukan pada Alden
Sejak kejadian gelasnya pecah, Indira terus menerus dirundung keresahan. Berkali-kali ia melukai jarinya ketika menjahit. Dengan perasaan kalut, Indira memutuskan untuk tidak menjamah jahitan hingga merasa tenang kembali.Narti ingin mengatakan kekhawatirannya selama ini, akan tetapi tidak sampai bibirnya mengucap. Wanita itu khawatir jika akan membuat luka pada Indira. Narti juga melihat, jika Indira terlihat tidak tenang dan selalu was-was tanpa sebab.Dengan saling menjaga dan menyimpan, Indira dan Narti tidak pernah mengungkapkan hal yang menjadi ganjalan hati masing-masing.***Shana yang baru saja berbahagia karena dikarunia seorang putri yang sangat cantik, menutup pintu pelan-pelan. Bayinya baru tertidur. Ia mencari Keenan yang tadi ia lihat sedang mencuci mobil di garasi samping. Setelah melonggokkan kepala ke belakang mobil, Shana terhenyak. Keenan sedang berdiri dengan mata berkaca-kaca.“Keen? Kamu kenapa?” tanya Shana denga
Ada jutaan kata yang sudah terancang dalam pikiran Niara saat nanti Alden terbangun dan kembali sadar. Seluruh ungkapan hatinya ia rangkum dalam buku diari yang ditulis dengan rapi selama menunggu Alden di rumah sakit.Untaian doa yang tidak terputus selalu ia lantunkan, baik dalam diam mau pun dengan suara lirih di samping Alden yang sedang berbaring. Niara berharap Alden mendengar dan mengikuti suaranya untuk kembali. Mungkin saat ini jiwanya sedang tersesat dan tidak tahu cara untuk menemukan jalan menuju raganya.Setulus hati, Niara dan Rudi bergantian tidak berhenti menjaga dan merawat Alden tanpa lelah. Ada di malam-malam saat Alden menunjukkan pergerakan samar pada tangan juga kakinya. Niara makin gembira dan optimis. Alden akan membaik dan segera kembali pada mereka.Setiap sore, fisioterapi datang ke kamar dan melatih otot Alden untuk menjaga supaya tubuhnya tetap bugar. Niara memperhatikan dengan baik bagaimana tenaga professional tersebut menggerakkan
Setiap saat kita bisa kehilangan segalanya. Entah itu sahabat, kawan, anggota keluarga, ataupun harta benda yang kita kumpulkan selama bertahun-tahun.Menaklukkan hidup yang begitu tidak terprediksi adalah sesuatu yang masih menjadi misteri bagi setiap insan manusia. Terkadang bagi beberapa orang, hidup mereka terlihat sangat mudah. Sukses pada usia muda dan setiap jalan mereka selalu mulus. Hidup orang tersebut tampak menyenangkan juga membuat iri.Bagaimana menaklukkan tantangan hidup itu? Apa rahasia mereka? Kerja keraskah? Memiliki orang tua kayakah? Atau factor keberuntungan?Bagi Keenan, kehilangan Alden sangat menyakitkan. Keterangan dari Abby tidak membantunya untuk mengetahui keberadaan Alden saat ini. Apakah dia harus menyerah?Sementara itu, Indira sendiri memilih untuk mundur dan melupakan semua firasat buruk yang ia rasakan. Melupakan Alden adalah jalan terbaik untuk tidak lagi berhubungan dengannya.“Bagaimana kalau selama ini M
Mengingat semua hal yang sedang terjadi saat ini pada Alden, Niara memilih untuk memindahkan perawatan di kediaman mereka. Setelah mendapatkan persetujuan dari dokter, Niara dan Rudi membawa Alden pulang.Pria itu duduk di kursi roda dengan pandangan bingung.Semua tampak akrab sekaligus asing baginya. Niara menuntun Alden mengelilingi apartemen sembari menjelaskan dengan sabar. Rudi membereskan belanjaan serta baju yang sempat mereka bawa ke rumah sakit.Pria yang selama ini setia pada Alden, memutuskan merayakan dengan memasak sendiri. Tidak lama, Rudi sibuk di dapur dengan rancangan menu yang terbentuk sempurna di kepalanya.Niara mengajak Alden duduk di balkoni dan membuka pintu geser kaca leba-lebar. Alden meringis sejenak ketika udara yang berhembus terasa dingin. Lukanya terasa ngilu. Niara menyelimuti dirinya dengan selimut tebal dan merapatkan jaket yang Alden kenakan.“Aku udah boleh jalan dan beraktivitas ringan, ‘kan?”
Bertahan dalam kondisi yang tidak menyenangkan memang cukup melelahkan. Apalagi ketika ada pilihan untuk berada dalam situasi yang lebih baik. Vero mencoba menahan diri untuk terus memperpanjang kesabarannya atas perlakuan Widari yang menyakitkan.Belum lagi ucapan mertuanya yang sangat menyedihkan dan merendahkan. Vero menerima perlakuan yang tidak menyenangkan dan itu meruntuhkan mental juga emosinya.Namun apa daya? Vero bukan wanita yang sanggup membalas dan memilih mengalah juga diam. Seto yang melihat semuanya menjadi prihatin. Ternyata semua harta dan kebahagiaan yang ia berikan pada istri tercinta tidak cukup. Surga yang harusnya diberikan pada sang ibu, dari restu dan kasih sayangnya tidak juga terjadi.Alih-alih surga, neraka yang diberikan.“Kapan bisa mengatur semua perawatan ini hanya dilakukan oleh suster, Ver? Aku nggak tega liat perlakuan ibu lagi ke kamu,” keluh Seto. Suaranya seperti tercekik.Vero yang baru selesai me
“Apa yang Ibu telah lakukan?! Ibu yang bunuh Vero!” tangis Seto selama proses penguburan Vero. Semua tidak mengira kematian Vero akan terjadi begitu cepat.Wanita yang begitu baik dan tulus itu harus berakhir dengan tragis.Sementara polisi mengusut, Widari tidak mungkin menerima hukuman karena kondisinya yang sudah tua dan tidak mampu mengurus diri sendiri.Keenan masih terpekur di samping peti mati ibunya. Shana dan masih mencoba menghibur Siwi yang tampak terpukul dan tidak terima atas kematian ibunya. Walaupun ibu sambung, tapi Vero lebih dari itu. Wanita itu memberinya kasih sayang yang begitu tulus dan murni.Di dalam kamar, Widari terbaring di atas tempat tidur dengan mata melotot dan hati berdebar tidak menentu.Hatinya terus memikirkan Vero yang mati di tangannya. Ini berarti sudah tiga nyawa melayang karena dirinya. Dalam pikiran warasnya, Widari menyadari bahwa perbuatannya sudah keterlaluan. Tapi semua sudah terlambat. Nyawa
Ignar, putri dari Siwi dan Genta terlihat pulas terlelap di kamar Renzo. Anak lelaki itu menjaga dengan penuh waspada. Indira menawarkan pada Siwi untuk menjaga Ignar sementara kondisinya belum stabil dan masih terguncang.Terlebih lagi, ibu dari Genta juga dalam kondisi yang kurang sehat. Tidak mungkin suami Siwi menjaga Ignar saat ini.Indira menata botol susu yang baru selesai dicuci di atas meja belajar Renzo.“Kamu sayang banget sih sama Ignar,” goda Indira.Renzo menyilangkan jari di mulut dan meminta ibunya untuk tidak mengeluarkan suara. Indira tersenyum geli dan melenggang meninggalkan sang abang yang merasa menjadi kakak yang bertanggung jawab.Sudah seminggu ini, sejak Ignar bersama mereka, Renzo melupakan segala kegiatannya selama ini. Dia hanya pergi untuk les dan sekolah. Selebihnya, Renzo menjaga dan memusatkan perhatian pada bayi mungil yang lucu dan menggemaskan tersebut. Putranya meninggalkan semua permainan, game onli
Niara menjelaskan pelan-pelan dari semua cerita yang Alden pernah ia ceritakan padanya. Alden mendengar dengan penuh konsentrasi dan sesekali bertanya nama. Ada beberapa nama yang ia harus ingat dengan baik, selain keluarganya.Ternyata selain menjelaskan, Niara juga mengetik semua informasi Alden dalam sebuah pesan yang Alden bisa baca berulang kali. Ide tersebut cukup efisien karena sebelum tidur, Alden bisa membaca kembali dan mengingat kenangan yang samar mulai kembali.Anehnya, ada potongan kenangan yang tidak bisa kembali sepenuhnya. Seperti kapan ia menikah dan siapa Renzo. Kenangan yang mampu ia ingat dengan baik adalah saat mengenal Indira dan juga masa-masa saat mereka akrab sebagai teman dan belum ada ikatan apa pun.Rudi rajin mengantar alden untuk kontrol ke dokter.Setelah melewati masa pemulihan yang lumayan cepat, dokter menyarankan Alden untuk menjalani sesi terapi dengan psikiater. Dengan harapan mungkin dengan hipnoterapi, Alden akan bi