“Apa yang Ibu telah lakukan?! Ibu yang bunuh Vero!” tangis Seto selama proses penguburan Vero. Semua tidak mengira kematian Vero akan terjadi begitu cepat.
Wanita yang begitu baik dan tulus itu harus berakhir dengan tragis.
Sementara polisi mengusut, Widari tidak mungkin menerima hukuman karena kondisinya yang sudah tua dan tidak mampu mengurus diri sendiri.
Keenan masih terpekur di samping peti mati ibunya. Shana dan masih mencoba menghibur Siwi yang tampak terpukul dan tidak terima atas kematian ibunya. Walaupun ibu sambung, tapi Vero lebih dari itu. Wanita itu memberinya kasih sayang yang begitu tulus dan murni.
Di dalam kamar, Widari terbaring di atas tempat tidur dengan mata melotot dan hati berdebar tidak menentu.
Hatinya terus memikirkan Vero yang mati di tangannya. Ini berarti sudah tiga nyawa melayang karena dirinya. Dalam pikiran warasnya, Widari menyadari bahwa perbuatannya sudah keterlaluan. Tapi semua sudah terlambat. Nyawa
Ignar, putri dari Siwi dan Genta terlihat pulas terlelap di kamar Renzo. Anak lelaki itu menjaga dengan penuh waspada. Indira menawarkan pada Siwi untuk menjaga Ignar sementara kondisinya belum stabil dan masih terguncang.Terlebih lagi, ibu dari Genta juga dalam kondisi yang kurang sehat. Tidak mungkin suami Siwi menjaga Ignar saat ini.Indira menata botol susu yang baru selesai dicuci di atas meja belajar Renzo.“Kamu sayang banget sih sama Ignar,” goda Indira.Renzo menyilangkan jari di mulut dan meminta ibunya untuk tidak mengeluarkan suara. Indira tersenyum geli dan melenggang meninggalkan sang abang yang merasa menjadi kakak yang bertanggung jawab.Sudah seminggu ini, sejak Ignar bersama mereka, Renzo melupakan segala kegiatannya selama ini. Dia hanya pergi untuk les dan sekolah. Selebihnya, Renzo menjaga dan memusatkan perhatian pada bayi mungil yang lucu dan menggemaskan tersebut. Putranya meninggalkan semua permainan, game onli
Niara menjelaskan pelan-pelan dari semua cerita yang Alden pernah ia ceritakan padanya. Alden mendengar dengan penuh konsentrasi dan sesekali bertanya nama. Ada beberapa nama yang ia harus ingat dengan baik, selain keluarganya.Ternyata selain menjelaskan, Niara juga mengetik semua informasi Alden dalam sebuah pesan yang Alden bisa baca berulang kali. Ide tersebut cukup efisien karena sebelum tidur, Alden bisa membaca kembali dan mengingat kenangan yang samar mulai kembali.Anehnya, ada potongan kenangan yang tidak bisa kembali sepenuhnya. Seperti kapan ia menikah dan siapa Renzo. Kenangan yang mampu ia ingat dengan baik adalah saat mengenal Indira dan juga masa-masa saat mereka akrab sebagai teman dan belum ada ikatan apa pun.Rudi rajin mengantar alden untuk kontrol ke dokter.Setelah melewati masa pemulihan yang lumayan cepat, dokter menyarankan Alden untuk menjalani sesi terapi dengan psikiater. Dengan harapan mungkin dengan hipnoterapi, Alden akan bi
Semenjak kembali dari terapi, Niara terdiam dan tidak banyak bicara. Alden melirik dengan heran. Biasanya wanita ini selalu ada bahan obrolan yang menarik. Tapi entah apa sebabnya, Niara terlihat bungkam dan berpikir keras.“Ada apa, Nia? Kok kamu diem aja?” tanya Alden dengan hati-hati. Niara menoleh dan tersenyum samar.“Nggak apa-apa, cuman capek aja,” sahutnya singkat.Alden mempercayai itu. Niara selalu menghabiskan waktu dengannya. Tanpa melemparkan pertanyaan berikutnya, Alden mengucapkan terima kasih karena telah mengantar hari ini.Dalam perjalanan pulang, Niara menelepon Rudi.‘Dia menolak untuk membuka kenangannya, Rud.’‘Kenapa?’‘Nggak tahu. Alasannya belum jelas. Cuman belum siap aja katanya.’Terdengar Rudi menghela napas pendek.‘Dia akan terus tergantung dan tidak bisa mandiri. Kita juga ada kehidupan dan urusan lain yang harus diselesaika
Pesan dari Niara, memberikan sentilan di hatinya yang masih mencoba untuk lari dari kejaran masa lalunya.Permintaan Rudi dan Niara yang ingin bicara padanya siang itu, sudah Alden tebak sebagai hal yang akan terjadi lambat laun secepatnya, menjadi mandiri.Sudah terlalu lama untuk bantuan yang mereka lakukan pada Alden selama ini. Dirinya tidak mungkin terus menerus menggantungkan hidup pada mereka.‘Mungkin aku harus mengungkapkan lebih dulu. Tidak perlu lagi mereka terlibat dalam mengurus aku,’ batinnya Alden.Gejolak batinnya terus menerus berteriak. Tidak ingin kembali mengetahui masa lalunya. Setelah menyempatkan diri merunut semua yang ia temukan melalui foto, pesan juga email, Alden merasa masa lalunya terlalu pahit untuk kembali pada memorinya.Niara duduk dengan sikap yang kikuk dan gelisah. Sementara Rudi berkali-kali mengucapkan kalimat basa basi.“Aku tahu tujuan kalian. Tidak perlu merasa sungkan. Aku juga ket
Indira melipat satu persatu baju yang telah selesai dijahit dan memasukkan ke dalam plastik. Siwi baru saja mengirim pesan padanya untuk mengirim video Ignar. Renzo sudah mengambil alih tugas itu dan dia bisa melanjutkan pekerjaannya dengan lancar.Narti memberitahu Indira jika dirinya akan mengantar baju-baju tersebut. Indira mengangguk dan menaruh semua dalam paper bag dengan logo butiknya.Mendadak Keenan dan Shana muncul dan Indira segera meminta mereka masuk.“Tumben datang tanpa Silka?” tanya Indira.“Silka lagi sibuk sama kakungnya,” jawab Shana.Indira menemani mereka menuju ruang tengah dan ketiganya mengobrol membahas tentang hal-hal mengenai yang umum. Hingga Keenan membawa topik yang cukup membuat Indira bingung.“Kami berdua datang sebagai perwakilan dari Astro.”Indira tertegun. Astro adalah kliennya yang sering mengambil baju-baju Indira selama ini. Keenan mengenal pria itu dengan bai
Mengurus Ignar yang harus bersamanya selama beberapa waktu, tidak membuat Indira repot. Setiap hari Renzo membantu dan mengambil porsi banyak dalam merawat serta menjaga Ignar tanpa lelah.Kadang kala, Indira merasa bersalah karena Renzo terlihat seperti tidak memiliki beban sama sekali. Semua dilakukan dengan riang dan gembira. Seakan-akan tanggung jawab itu adalah bagiannya.Sebelum makan siang, Narti sudah pergi ke supplier kain untuk mengambil pesanan bahan yang dibutuhkan. Indira sedang kebanjiran pesanan dari klien yang hendak mengadakan bazar baju dibawah harga seratus ribu.Indira dengan ikhlas dan senang hati menyanggupi permintaan tersebut. Bazar yang hendak digunakan sebagai wadah para UKM dan masyarakat untuk mendapatkan barang ekonomis tersebut memang selaku berlangsung tiap dua tahun sekali.Kali ini, Indira berpartisipasi sebagai produsen yang menyumbangkan produk murah tersebut. Menggunakan pengalamannya dalam dunia mode, Indira ak
Hujan Itu IndahBukan Oktober ini, Indira mendapat undangan dari Lila dan Dayu untuk turut terlibat dalam acara fashion week yang selalu diadakan setiap tahunnya di Bali.Sebelumnya memang dia sudah mengirimkan beberapa desain yang dikerjakan tanpa pengawasannya. Akan tetapi, kini Dayu juga Lila meminta pada Indira untuk hadir sebagai desainer yang mewakili LIDI, perusahaan bersama mereka.Setelah menceritakan pada Siwi dan Shana mengenai hal tersebut, Indira mendapat dukungan penuh."Urusanku udah selesai. Ibu udah sehat kembali dan aku juga bisa ngatasin semua dengan baik. Sekarang giliranku buat urus Renzo!" ucap Siwi dengan sungguh-sungguh."Pergi ajalah! Karirmu harus tetap jalan terus! Buat masa depan Renzo, Ndi!" seru Shana memberi dukungan."Tapi aku kok maju mundur ya? Ninggalin butik yang lagi berkembang nih di sini!" balas Indira ragu."Kan sementara aja. Paling dua minggu kelar tho?" sahut Shana dengan optimis.&nbs
“Perasaan ada yang bilang, Jan bukan cowok idaman yang oke buat kita lirik deh! Eh ada yang lagi hujan-hujanan berdua mesra dengan ceria bercanda!” sindir Dayu seraya meletakkan tabloid gossip.Indira mengambil tabloid yang entah kapan, berhasil mengambil gambar dirinya, sedang duduk di lobi hotel dengan tawa yang terurai bersama Jan yang duduk di sebelahnya.“Kacau! Setiap aku balik ke Bali, mendadak jadi artis dadakan!” keluh Indira dengan wajah kesal.Judul berita tabloid itu juga sangat menyentil egonya sebagai wanita.‘Janda Alden Aminata, dekat dengan pengusaha nomor satu se-Asia Tenggara, Jantayu Antareja?’Indira mendekat pada Dayu dan Lila yang sedang membuat kopi di ujung ruangan.“Jadi dia yang kamu maksud cowok berkualitas? Pengusaha tenar dan Bachelor Art Asia Tenggara? Dayu, mimpi kita kalo sampe kita dilirik sama dia!” cetus Indira dengan tawa terurai.“Berarti kamu