Semenjak kembali dari terapi, Niara terdiam dan tidak banyak bicara. Alden melirik dengan heran. Biasanya wanita ini selalu ada bahan obrolan yang menarik. Tapi entah apa sebabnya, Niara terlihat bungkam dan berpikir keras.
“Ada apa, Nia? Kok kamu diem aja?” tanya Alden dengan hati-hati. Niara menoleh dan tersenyum samar.
“Nggak apa-apa, cuman capek aja,” sahutnya singkat.
Alden mempercayai itu. Niara selalu menghabiskan waktu dengannya. Tanpa melemparkan pertanyaan berikutnya, Alden mengucapkan terima kasih karena telah mengantar hari ini.
Dalam perjalanan pulang, Niara menelepon Rudi.
‘Dia menolak untuk membuka kenangannya, Rud.’
‘Kenapa?’
‘Nggak tahu. Alasannya belum jelas. Cuman belum siap aja katanya.’
Terdengar Rudi menghela napas pendek.
‘Dia akan terus tergantung dan tidak bisa mandiri. Kita juga ada kehidupan dan urusan lain yang harus diselesaika
Pesan dari Niara, memberikan sentilan di hatinya yang masih mencoba untuk lari dari kejaran masa lalunya.Permintaan Rudi dan Niara yang ingin bicara padanya siang itu, sudah Alden tebak sebagai hal yang akan terjadi lambat laun secepatnya, menjadi mandiri.Sudah terlalu lama untuk bantuan yang mereka lakukan pada Alden selama ini. Dirinya tidak mungkin terus menerus menggantungkan hidup pada mereka.‘Mungkin aku harus mengungkapkan lebih dulu. Tidak perlu lagi mereka terlibat dalam mengurus aku,’ batinnya Alden.Gejolak batinnya terus menerus berteriak. Tidak ingin kembali mengetahui masa lalunya. Setelah menyempatkan diri merunut semua yang ia temukan melalui foto, pesan juga email, Alden merasa masa lalunya terlalu pahit untuk kembali pada memorinya.Niara duduk dengan sikap yang kikuk dan gelisah. Sementara Rudi berkali-kali mengucapkan kalimat basa basi.“Aku tahu tujuan kalian. Tidak perlu merasa sungkan. Aku juga ket
Indira melipat satu persatu baju yang telah selesai dijahit dan memasukkan ke dalam plastik. Siwi baru saja mengirim pesan padanya untuk mengirim video Ignar. Renzo sudah mengambil alih tugas itu dan dia bisa melanjutkan pekerjaannya dengan lancar.Narti memberitahu Indira jika dirinya akan mengantar baju-baju tersebut. Indira mengangguk dan menaruh semua dalam paper bag dengan logo butiknya.Mendadak Keenan dan Shana muncul dan Indira segera meminta mereka masuk.“Tumben datang tanpa Silka?” tanya Indira.“Silka lagi sibuk sama kakungnya,” jawab Shana.Indira menemani mereka menuju ruang tengah dan ketiganya mengobrol membahas tentang hal-hal mengenai yang umum. Hingga Keenan membawa topik yang cukup membuat Indira bingung.“Kami berdua datang sebagai perwakilan dari Astro.”Indira tertegun. Astro adalah kliennya yang sering mengambil baju-baju Indira selama ini. Keenan mengenal pria itu dengan bai
Mengurus Ignar yang harus bersamanya selama beberapa waktu, tidak membuat Indira repot. Setiap hari Renzo membantu dan mengambil porsi banyak dalam merawat serta menjaga Ignar tanpa lelah.Kadang kala, Indira merasa bersalah karena Renzo terlihat seperti tidak memiliki beban sama sekali. Semua dilakukan dengan riang dan gembira. Seakan-akan tanggung jawab itu adalah bagiannya.Sebelum makan siang, Narti sudah pergi ke supplier kain untuk mengambil pesanan bahan yang dibutuhkan. Indira sedang kebanjiran pesanan dari klien yang hendak mengadakan bazar baju dibawah harga seratus ribu.Indira dengan ikhlas dan senang hati menyanggupi permintaan tersebut. Bazar yang hendak digunakan sebagai wadah para UKM dan masyarakat untuk mendapatkan barang ekonomis tersebut memang selaku berlangsung tiap dua tahun sekali.Kali ini, Indira berpartisipasi sebagai produsen yang menyumbangkan produk murah tersebut. Menggunakan pengalamannya dalam dunia mode, Indira ak
Hujan Itu IndahBukan Oktober ini, Indira mendapat undangan dari Lila dan Dayu untuk turut terlibat dalam acara fashion week yang selalu diadakan setiap tahunnya di Bali.Sebelumnya memang dia sudah mengirimkan beberapa desain yang dikerjakan tanpa pengawasannya. Akan tetapi, kini Dayu juga Lila meminta pada Indira untuk hadir sebagai desainer yang mewakili LIDI, perusahaan bersama mereka.Setelah menceritakan pada Siwi dan Shana mengenai hal tersebut, Indira mendapat dukungan penuh."Urusanku udah selesai. Ibu udah sehat kembali dan aku juga bisa ngatasin semua dengan baik. Sekarang giliranku buat urus Renzo!" ucap Siwi dengan sungguh-sungguh."Pergi ajalah! Karirmu harus tetap jalan terus! Buat masa depan Renzo, Ndi!" seru Shana memberi dukungan."Tapi aku kok maju mundur ya? Ninggalin butik yang lagi berkembang nih di sini!" balas Indira ragu."Kan sementara aja. Paling dua minggu kelar tho?" sahut Shana dengan optimis.&nbs
“Perasaan ada yang bilang, Jan bukan cowok idaman yang oke buat kita lirik deh! Eh ada yang lagi hujan-hujanan berdua mesra dengan ceria bercanda!” sindir Dayu seraya meletakkan tabloid gossip.Indira mengambil tabloid yang entah kapan, berhasil mengambil gambar dirinya, sedang duduk di lobi hotel dengan tawa yang terurai bersama Jan yang duduk di sebelahnya.“Kacau! Setiap aku balik ke Bali, mendadak jadi artis dadakan!” keluh Indira dengan wajah kesal.Judul berita tabloid itu juga sangat menyentil egonya sebagai wanita.‘Janda Alden Aminata, dekat dengan pengusaha nomor satu se-Asia Tenggara, Jantayu Antareja?’Indira mendekat pada Dayu dan Lila yang sedang membuat kopi di ujung ruangan.“Jadi dia yang kamu maksud cowok berkualitas? Pengusaha tenar dan Bachelor Art Asia Tenggara? Dayu, mimpi kita kalo sampe kita dilirik sama dia!” cetus Indira dengan tawa terurai.“Berarti kamu
Alden meletakkan koper begitu saja di lantai dan keluar menuju ke teras. Rumah yang ia sewa untuk dua tahun mendatang tersebut berada di tepi sebuah danau. Ada pasangan suami istri yang sudah cukup tua memberinya rumah tersebut dengan harga yang sangat murah. Alden menyukai rumah kabin kayu tersebut. Perabotannya sudah lengkap dan Alden mengagumi selera tuan rumah yang mendesain setiap detail dengan apik. Jarak antara rumahnya dengan tetangga terdekat hanya sekitar seratus meter. Di pinggir danau itu banyak rumah musim panas yang ditempati oleh penyewa lainnya. Ada pasangan dari Indonesia yang kebetulan juga tidak jauh dari rumah Alden. Akan tetapi, sesuai tujuannya semula, dia tidak akan dekat dengan orang yang satu negara dengannya. Menutup akses untuk mengenal manusia dari Indonesia adalah salah satu cara bagi Alden melupakan semua tumpukan masalah yang belum sempat ia bereskan. Matahari sore yang hangat bersinar dengan lembut. Alden mencium bau kh
Percikan air hujan yang menguyur pagi itu membuat cuaca sedikit lebih bersahabat. Alden membuka jendela dan pintu rumahnya lebar-lebar. Dia melangkah keluar dan burung berkicauan dengan riang gembira. Senyum terukir pada wajahnya.Inikah kedamaian yang ia cari? Apakah dia akan menikmati hidupnya selama beberapa waktu dengan kondisi seperti sekarang? Semua pertanyaan itu bisa Alden endapkan tanpa keresahan seperti kemarin.Apakah ini berarti dia mulai bisa menerima dengan pasrah?***Indira berhasil mendapatkan bangunan bekas gudang yang akan ia pergunakan untuk rumah produksi baju pesanan Jan.Seelumit kisah Jan begitu menggelitik Indira untuk turut berpartisipasi dalam keinginan menwujudkan cita-cita yang mulai tersebut. Pemilihan bahan yang bagus telah usai dan kini tinggal Indira menginvestasikan beberapa tambahan mesin penjahat saja.Narti sudah berhasil merekrut lima belas penjahat tambahan yang kualitasnya sangat bagus. Mereka memiliki h
Hari kedua ini, Indira bisa mulai menyiapkan acara lebih awal. Semua baju yang akan dikenakan para kontestan sudah siap dan tertata rapi di rak. Penata rias juga mulai mendandani satu persatu wanita cantik yang akan menempuh babak penyisihan hari kedua. Sementara sedang mempersiapkan diri, Indira menangkap obrolan mereka yang membicarakan tentang Jan!Celoteh dan obrolan para konstestan yang berharap menarik simpati Jan berdengung di telinga Indira. Mustahil Indira mampu bersaing dengan mereka. Secara fisik dan penampilan, para wanita tersebut sangat sempurna. Mengalahkan mereka adalah sulit. Tidak ada yang bisa memungkiri jika Jan adalah pria yang menawan.Indira memasang aksesoris pada salah satu kontestan terakhir dan akhirnya bisa bersantai sejenak. Acara berlangsung sangat meriah dan babak finalis terakhir mulai dibacakan. Kontestan yang berasal dari Indonesia masuk dalam babak penyisihan akhir dan Indira mengucapkan syukur yang tidak terkira. Semua kerja kerasnya
You know I want youIt's not a secret I try to hideI know you want meSo don't keep sayin' our hands are tiedYou claim it's not in the cardsAnd fate is pullin' you miles awayAnd out of reach from meBut you're here in my heartSo who can stop me if I decideThat you're my destiny?What if we rewrite the stars?Say you were made to be mineNothing could keep us apartYou'd be the one I was meant to findIt's up to you, and it's up to meNo one can say what we get to beSo why don't we rewrite the stars?Maybe the world could be oursTonightYou think it's easyYou think I don't wanna run to youBut there are mountainsAnd there are doors that we can't walk throughI know
Inilah kisah dari beberapa manusia yang mampu menaklukkan tantangan hidup dan cobaannya.Indira Sartika, seorang wanita yang begitu tegar menjalani berbagai krisis dalam hidupnya selama ini, akhirnya merengkuh dan layak mendapatkan buah dari keprihatinannya.Bukan karena dia wanita hebat dan memiliki kualitas bertahan yang mumpuni, tapi karena dia mencoba mengikuti nuraninya yang tidak mungkin berbohong. Setiap jalan yang ia ambil selalu menempuh cara benar dan bukan yang mudah.Berani berkata tidak dan menolak segala nikmat dunia, demi mempertahankan martabat sebagai wanita yang juga pantas dihormati.Pria melihat dia sebagai pribadi yang begitu berharga untuk dimiliki, karena prinsipnya tidak sekedar menjadi perempuan yang pasrah.Indira tahu dengan baik, tujuan hidup dan keinginannya. Tahu bagaimana memperjuangkan haknya sebagai wanita dan juga berani mengambil tanggung jawab meskipun pahit.Siwi dan Shana adalah saksi bagaimana Indira me
Alunan musik yang memenuhi ruang keluarga membuat hati siapa pun menjadi damai. Pilihan mereka adalah menikah di Bali dan setelah persiapan matang di Salatiga, akhirnya bersama-sama terbang ke Bali dua hari lalu.Besok adalah hari yang mereka nantikan. Persiapan gedung dan catering memang menggunakan event organizer, tapi Indira dan Menik tampak tidak bisa diam.Keduanya sibuk memeriksa bunga, pilihan makanan, tamu undangan, tempat duduk dan bahkan persiapan bulan madu. Keduanya memastikan jika ini akan berjalan baik dan tidak ada kendala.Kini malam sebelum pernikahan, Gya harus tinggal di hotel dan menjauh dari Renzo sementara waktu. Alden menggoda putranya yang tampak mulai gugup dengan seloroh yang cukup vulgar. Keenan menimpali dengan tawa yang tergelak. Genta dengan tenangnya mengatakan semua akan berakhir indah.“Seindah lenguhan panjang dan senyum cemerlang di pagi hari!” imbuh Alden tanpa menahan diri.Indira muncul dan bertola
Silka dan Ignar bergilir merawat dan menjaga Gya hingga sembuh. Renzo masih harus menyelesaikan keperluan surat menyurat untuk persyaratan pernikahan.Setiap sore dia datang menggantikan kedua adik sepupunya dan tidur di rumah sakit.Gya memang tidak memiliki luka dalam, tapi sepertinya dia masih menyimpan ketakutan tersendiri. Wajahnya sesekali mengernyit dan cemas.“Kamu masih inget kejadian itu, Kak?” tanya Silka tampak prihatin.Gya memejamkan mata dan membenarkan.“Kebencian sama Bayu nggak sebanding dengan penyesalanku karena udah ngebiarin dia masuk dalam hidup ini.”“Nyalahin diri adalah target Bayu yang sebenarnya. Jangan terpengaruh oleh hal itu, Kak. Kayaknya nggak berharga banget,” bantah Silka dengan cepat-cepat.“Ya. Dia memang mau ngancurin aku pelan-pelan, lewat pikiranku.”Gya sadar sekali akan hal itu.“Kita nggak akan ngebiarin itu, kan?” Silk
Renzo merasakah tubuhnya gemetar oleh amarah yang mengelegak. Melihat kekasihnya dihajar sedemikian rupa oleh pria biadab, membuat Renzo diliputi dendam.Alden dan Indira terus menenangkan dengan kata-kata lembut.“En, tenang. Pakai ini dan bukan ini,” ucap Alden sembari menunjuk kepala kemudian lengan.Putranya duduk terkulai dan meremas rambut gusar.Ibu dan kakak Gya sudah dikabari dan mereka sedang menuju ke rumah sakit dari hotel. Pernikahan tinggal dua minggu lagi dan suasana gembira menjadi duka dalam sekejap.Saat bertemu dengan Leo dan Dion, kedua pria yang akan menjadi kakak iparnya tersebut menepuk pundaknya dengan pelan.“Kita nggak akan bertindak apa pun, kecuali lapor polisi! Semua bakal ditindak melalu proses hukum yang benar dan tahan emosi kalian. Kalo ada yang nekad, Bayu menang dan kita kalah telak!” ingat Alden dengan lantang dan tegas.Ibu Gya terlihat gemetar dan tidak sanggup berdiri. Ind
Persiapan pernikahan memang selalu merepotkan. Namun Gya tidak melihat sedikit pun kesulitan yang membuatnya kelelahan dan stress. Ibu mertuanya, Indira, selalu membantu dan mengarahkan dengan sabar.Pemilihan pernak pernik yang berbeda pendapat dengan keluarga besarnya, akhirnya berhasil ditengahi dengan elegan dan bijak oleh Indira.Ibu Gya memuji berkali-kali tentang calon ibu mertuanya yang ternyata masih muda dan sangat cantik tersebut. Terlebih lagi ayah mertuanya, Alden, yang mirip dengan pria muda dengan penampilan masih tidak kalah menarik dan modis dengan Renzo.Dengan hati-hati, Gya menjelaskan mengenai siapa Renzo dan ibunya semakin kagum dengan keluarga mereka. Gya melihat dengan jelas, bagaimana ibunya sedikit syok dan tersentuh oleh kebesaran hati Indira yang membesarkan Renzo tanpa menimbang dia bukan putra yang terlahir dari rahimnya.Keputusan buat Indira tidak memiliki anak kandung adalah karena dirinya merasa lebih dari cukup mendapatk
Alden berdiri di depan bingkai foto di ruang tengah rumah Salatiga. Matanya menatap gambar dirinya bersama Indira dan Renzo dalam baju adat Jawa.Di sebelah bingkai foto besar tersebut, terdapat foto Indira bersama Jantayu dan Renzo dengan baju pernikahan modern. Hatinya berdesir sakit.Bukan karena cemburu, melainkan merasa prihatin akan nasib Jantayu yang malang.Pria baik itu tidak sempat menjalani kehidupan bahagia yang lama dengan wanita luar biasa, Indira. Alden bahkan sempat mengalah demi memberi kesempatan pada Jantayu untuk menjadi pria yang bisa meneruskan harapannya.“Kayaknya baru kemarin dia ada di sini,” gumam Indira tiba-tiba ada di sebelahnya.Alden mengingat dengan jelas saat datang ke rumah ini beberapa belas tahun yang lalu setelah Jan meninggal. Foto itu menjadi satu-satunya kehangatan yang terpancar dan bisa memberi sinar juga kekuatan bagi Indira untuk bertahan dalam kesedihan.Dunia istrinya mungkin dalam k
Kembali ke Jakarta dengan status baru, cukup membuat Silka risih. Antara dia dan Alka adalah hubungan kecelakaan yang tidak disengaja.Sementara kembali pada aktivitas kuliah yang super sibuk mendekati akhir semester, Silka memilih tidak lagi memusingkan tentang Alka.Pria itu cukup memberinya ruang dan gerak yang tidak mengikat. Mungkin inilah enaknya pacaran dengan orang dewasa. Banyak pengertian yang dia dapatkan dari Alka.“Sil! Kamu beneran pacaran sama dosen baru anak fakultas kedokteran?” tanya teman kuliahnya dengan wajah penasaran.Silka mengangguk ragu.“Gila! Keren banget sih! Pak Alka itu ganteng dan baik banget!”Silka terus mendengarkan puluhan pujian untuk kekasihnya yang hingga detik ini belum pernah dia cium atau pegangan tangan.Setelah mendekati jam masuk kelas, Silka mengakhiri obrolan satu arah itu dan melenggang masuk. Selama kuliah berjalan, dia tidak habis-habisnya memikirkan tentang Alk
Mungkin bertemu jodoh itu terjadi tanpa bisa terduga.Bagi Silka yang masih berusia awal dua puluhan, ini bukan menjadi pertimbangan seriusnya. Terlebih lagi Ignar juga masih bimbang akan jati dirinya, semua keluarga tidak akan berpusat pada hal pernikahan dalam waktu dekat.Mengunjungi orang tua dan kerabatnya di Salatiga memang menyenangkan. Dia kadang malas meninggalkan kota kecil tempat ia tumbuh dan besar. Teman masa kecilnya ada di sini. Tapi Silka untuk saat ini tidak memiliki pilihan.Semua keluarga berkumpul di rumahnya. Ayahnya, Keenan, tampak masih tampan meskipun menjelang usia setengah baya. Mati-matian ayahnya menolak dengan mengatakan masih lima tahun lagi, tapi Silka suka mengangguk dengan gencar.Malam itu Renzo datang sendiri dan Silka senang karena memiliki waktu untuk berbagi lebih banyak. Perhatian kakak sepupunya memang tertuju pada dua hal akhir-akhir ini.Untuk Ignar dan Gya, kekasihnya.Silka merindukan masa-masa di