Shim Gyeong sedang menjulurkan talinya pada salah satu pohon yang diisi oleh para Woorimwi, sedangkan di bawahnya terdapat tiga anjing neraka sekaligus. Setelah mereka melingkarkan tali sesuai arahan Shim Gyeong, seketika tali tersebut membentuk sebuah kandang besi yang kokoh dan kuat. Lima Woorimwi yang selamat itu terlihat senang telah berada dalam perlindungan Shim Gyeong dan diangkut oleh Moque menuju atas lembah.Sampai di ujung tebing, Roah menghambur ke pelukan Guru Yeom. "Abeoji!"Guru Yeom membalas pelukan anaknya selama beberapa detik. "Kau tidak apa-apa, Roah? Apa kau terluka?"Roah menggeleng pelan. "Tapi ... busur pertamaku hancur karena terinjak oleh anjing-anjing neraka itu, Abeoji ... busur kesayanganku ... mereka sudah hancur ....""Tidak apa-apa, Roah. Memang sudah saatnya kau mempunyai busur baru. Aku akan mrmbuatkanmu satu, yang baru dan lebih bagus dari sebelumnya." Kata Guru Yeom, berusaha menenangkan putri semata wayangnya itu.Muhan mengulum senyum, lantas memb
Latihan berburu paling buruk yang pernah ada dalam sejarah Perguruan Guru Yeom serta seluruh Tanah Wari. Usai membinasakan anjing neraka raksasa, sisanya yang semula berkeliaran di lembah pun menghilang menuju perbatasan. Setelah diikuti oleh Panglima Gyeomsabok dan pasukannya, jejak mereka lenyap seolah terbawa angin.Para orang tua anak didik langsung berbondong-bondong datang ke Perguruan untuk memastikan keadaan anak-anak mereka. Menyedihkannya, lebih dari setengah anak-anak diduk ditemukan dalam keadaan tidak utuh.Deru tangis yang saling meraung memenuhi sepenjuru Perguruan dengan duka yang melebar, menjadi latar baru yang menyesakkan. Tidak cukup dengan kesedihan akan kehilangan begitu banyak calon Pasukan Pemburu Naga yang hebat, rakyat menggaungkan kekhawatiran mereka terhadap keamanan Wari."Iya, bagaimana bisa para anjing neraka memasuki hutan perbatasan? Sayangnya, hari itu bertepatan dengan latihan berburu yang diadakan oleh Kerajaan dan Perguruan demi seleksi yang akan t
Guru Yeom tak memberikan tanggapan apa pun terkait kejujuran yang Muhan katakan mengenai belati istimewanya. Pria itu hanya terdiam, memandang belati berwarna keperakan yang rasanya memiliki sedikit aura si pembuat belati dari tiap inci benda tersebut."Guru?" panggil Muhan sedikit takut. "Saya sudah mengatakan yang sebenarnya, Guru. Saat pertama kali membuka sarung belati itu, tiba-tiba saja muncul cahaya kebiruan yang membuat saya terkejut. Lalu kalau dipikir lagi, sepertinya mulai sejak itu saya memuntahkan cairan berwarna hitam."Lawan bicaranya mendongakkan kepala secara mendadak, tetapi helaan napas berat yang berlanjut itu menambah beban pikiran baru. "Dari sekian banyaknya manusia di muka bumi ini, ternyata kau ....""Ya? Saya kenapa, Guru?"Guru Yeom cepat-cepat menggeleng, kemudian menggembalikan belati tersebut pada Muhan. "Jika mendiang Kim Joon memang berniat menyerahkan belati ini padamu, maka aku tidak bisa mengambilnya dengan paksa. Aku harus menghargai keputusan murid
"Budak bodoh!"Bugh!Tanpa aba-aba, Muhan langsung menjadi samsak tinju bagi Lee Woon dan dua temannya yang tersisa—sebab dua lainnya telah gugur di tangan anjing neraka beberapa saat lalu.Lee Woon melayangkan pukulan tiada henti, seakan-akan menyalurkan segala amarah pada Muhan. "Kau penyebab temanku mati, Bodoh! Aku tidak akan memaafkanmu!"Muhan meringkuk, melindungi diri sebisa mungkin. Pemuda itu tau, Lee Woon sedang dirundung kesedihan akibat kehilangan temannya yang selama ini membersamai dalam merundung Muhan. Walaupun Muhan bisa mengelak dan membalas dengan kekuatan yang dimiliki saat ini, dia memilih untuk membiarkan Lee Woon menumpahkan seluruh emosinya.Hanya saja, Muhan merasakan sedikit keanehan pada tubuhnya. Semula terasa baik-baik saja, dalam artian dia mampu menahan serangan yang diluncurkan oleh tiga pemuda di hadapannya. Akan tetapi, dia merasa pusing dan alat geraknya melemas pada beberapa detik berikutnya.
Sekarang, sudah bukan waktunya untuk bermalas-malasan. Banyak hal penting yang perlu didalami oleh anak-anak didik terkait kemampuan mereka saat ini, serta apa saja yang harus diperhatikan sebelum menjadi Pasukan Pemburu Naga.Keesokan paginya, Panglima Naegeumwi yang telah memperjelas diri sebagai orang yang akan pergi bersama Pasukan Pemburu Naga baru, melatih anak-anak didik untuk memutari padang ilalang sambil menggendong batu besar. Memang terlihat seperti pelatihan fisik biasa, tetapi Panglima Naegeumwi memberitahu bahwa apa pun yang mereka lakukan, semuanya akan berguna.Meskipun Muhan masih merasa belum sebugar biasanya, dia akan tetap berlatih sebaik mungkin. Muhan bukanlah seseorang yang akan keluar sebagai peringkat pertama dalam tiap latihan. Pemuda itu akan berada di urutan paling belakang bersama beberapa orang yang sama lemahnya.Salah satunya; Kihong."Hei! Kenapa kau jadi selemah ini, Muhan? Bukankah saat di hutan, kau baik-baik s
Kejadian itu berlangsung begitu cepat bagaikan sihir yang tidak bisa Muhan uraikan. Seiring terbitnya matahari, manik matanya menangkap sosok besar yang menggeliat penuh kebebasan sembari menyemburkan sorak kemenangannya pada objek yang terjamah pandangan.Semburan kemerahan yang mengundang kepanikan dari kejauhan itu menggetarkan tubuh Muhan tanpa disadari. Laksana mimpi buruk berkepanjangan yang mengudara tanpa pemberitahuan, Muhan mematung begitu saja.Shim Gyeong yang biasa berwajah datar, membuka mulutnya, menampakkan keterkejutan bercampur takjub yang bahkan tak muncul saat melihat anjing neraka raksasa tempo hari.Para anak didik mulai keluar dengan penasaran yang disusul oleh histeria, selaras waktu yang bergulir. Muhan tidak sadar, sejak kapan Yidan berdiri di sampingnya dalam keadaan siaga yang sudah bersama tongkat Jungrowi kebanggaannya. "Muhan! Ayo cepat! Kita harus lari dari sini!"Tepukan yang hinggap pada pundak Muhan, be
Keluar dari Istana, kekacauan merajalela seolah-olah telah menjadi bagian dari semesta Tanah Wari yang telah lama hilang. Keempat anak didik itu terpaku selama beberapa saat, tak memercayai apa saja yang terekam dalam penglihatan masing-masing.Beberapa pengawal dan pasukan kerajaan yang berjaga pun mulai membantu para rakyat untuk mencari perlindungan. Ada yang berani melawan siluman seorang diri, namun berakhir dengan kehancuran orang itu sendiri. Yeom Roah, yang kali itu lekas menguasai diri lebih cepat dari tiga pemuda yang masih menganga itu, mulai memegang busur barunya, lalu menghunuskan anak panah pada sesosok siluman berbentuk kera seukuran manusia yang bercakar elang berlari mengejar sekumpulan penduduk.Karena anak panahnya mengenai salah satu lengan, kera itu berhenti mengejar penduduk dan mengalihkan pandangan terhadap Roah. "Gawat!" Roah menepuk tiga pemuda yang masih mematung itu. "Hei! Sadarlah! Sekarang kita harus melawan siluma
Guru Yeom segera mencari para anak didik yang kebanyakan masih menetap di asrama baru mereka. Disinyalir cukup aman dari jangkauan serangan Naga Neraka, oleh karena itu mereka memilih untuk bersembunyi di sana.Melihatnya, Guru Yeom mendengus kasar. "Bukankah kalian semua ingin menjadi Pasukan Pemburu Naga? Kenapa kalian malah bersembunyi dan membiarkan penduduk dijajah oleh siluman-siluman mengerikan yang kian berdatangan itu?! Apakah ini calon Pasukan Pemburu Naga yang selanjutnya? Sekumpulan pengecut yang sedang berkarya wisata di asrama baru?!"Seluruh anak didik tertunduk di tengah pekikan para penduduk yang terdengar hingga titik mereka berdiri saat ini. Rupanya, beberapa penduduk ada yang berlari hingga menemukan asrama baru tersebut. Mereka berbondong-bondong meminta perlindungan, apalagi setelah mendapati sekumpulan anak didik yang berpakaian lengkap serta membawa senjata masing-masing."Nah," Guru Yeom memberikan tatapan tajam. "Sekarang, sepuluh orang melindungi penduduk da
Muhan dan Kihong tersentak. Dari sudut lain gua, mereka mendapati sosok yang berdiri di tengah kegelapan. Sosok tersebut mengambang, bagai hologram berwarna merah pudar yang siap menguap sewaktu-waktu. Muhan mendekat, sementara Kihong mematung di tempatnya. Sosok tersebut mengenakan pakaian lusuh, seperti penduduk pada umumnya. Berambut panjang, yang terlihat ujungnya dipotong tak beraturan. Memindai dari atas sampai bawah, Muhan menyadari bahwa sosok tersebut merupakan wanita yang tampak seperti korban dari sebuah peperangan memilukan."Hei? Apakah kau yang meminta tolong kepada kami sedari tadi?" tanya Muhan, berusaha ramah meskipun terlihat menggelikan di mata Kihong."Muhan! Apa yang kaulakukan? Dia itu hantu! Mau apa kau menolong sesosok hantu?" bisik Kihong setengah putus asa.Muhan memberi tanda bagi Kihong untuk diam, sedangkan langkahnya kian dekat pada sosok tersebut. Sosok itu tersenyum tipis, yang mana memperlihatkan sudut pipinya yang berdarah, seperti hendak disobek."K
Teriakan seorang pemuda yang berhasil menyentakkan kesadaran Panglima Naegeumwi itu turut mengejutkan Roah. Keduanya mematung, saling melempar tatapan ngeri."Apakah kau mendengarnya, Panglima?" tanya Roah. Pertanyaan tersebut masih bercampur aduk dalam pendengaran Panglima Naegeumwi sebab nyanyian pada isi kepalanya masih menguasai."Aku mendengarnya—tapi ... kenapa rasanya aneh sekali? Kenapa hanya terdengar satu jeritan saja? Kenapa yang lain ... ah? Apakah karena nyanyian yang berbunyi di dalam kepala kita ini?" terka Panglima Naegeumwi."Benar, Panglima. Sejak tadi, saya kesusahan untuk memghilangkan nyanyiannya." Balas Roah."Mari kita sumpal sebentar menggunakan kain atau apa pun itu!" Panglima Naegeumwi mengedar pandang, mencari selembar kain yang bisa disobek untuk dibagi dua dengan Roah. "Dengan begini, paling tidak kita suara nyanyiannya sedikit tidak jelas. Sekarang, kita harus mencari siapa dalangnya."Berusaha tetap tegar dan baik-baik saja, keduanya keluar dari tenda. J
Berdasarkan pergerakan Ha-rang yang menunjuk ke bagian lain hutan, Muhan dan Kihong berhenti di depan sebuah gua misterius yang berada di pinggir sungai. Entah bagaimana caranya mereka bisa menjejaki tempat tersebut, Muhan berjalan begitu saja tanpa berpikir lebih."Kenapa kita bisa ada di sini?" tanya Kihong kebingungan. "Ini gua yang aneh. Kau mau masuk untuk memeriksanya?""Kau sedang menawarkan atau memang bertanya?" timpal Muhan."Aku menawarkanmu untuk masuk saja, Muhan. Sementara itu, aku akan menunggu di luar sini untuk berjaga-jaga. Oh iya, omong-omong, sejak kita menjauh dari perkemahan, nyanyian itu sudah tidak terdengar lagi." Ungkap Kihong.Muhan mengangguk mengiyakan. Memang benar, sekarang dia sudah tak mendengar nyanyian yang secara ajaib menghuni isi kepalanya itu.Menyadari bila dia harus mengecek gua tersebut secepat mungkin, Muhan memberi tanda bagi Kihong untuk menunggu selama beberapa saat. Berbekalkan pencahayaan minim dari belati istimewanya, Muhan juga mendapa
Muhan memiringkan kepala selepas mendudukkan dirinya di samping Yidan. Malam kian larut. Dia baru saja membantu berburu rusa, lalu menguliti mereka agar bisa segera disantap. Begitu menuju ke tengah api unggun, Muhan memandangi sebongkah kayu yang berangsur menghilang menjadi sekumpulan abu tak berharga."Seharusnya ... menjadi seperti itu kan?""Apanya?" bingung Yidan sembari melahap dua butir anggur yang dengan ajaibnya menjulur di salah satu rumah. Namun pemuda itu dengan cepat mengeluarkannya lagi, sebab buahnya belum benar-benar masak.Muhan mendengus, menggelengkan kepala. "Paling cuma firasatku saja. Kau makan apa itu?""Jangan! Tidak enak! Kau tidak akan menyukainya—asam sekali." Timpal Yidan.Bertepatan saat itu, Roah lewat bersama Shim Gyeong. Mereka akan melakukan penjagaan di sisi timur perkemahan pada sesi kedua itu. "Hai, Muhan! Yidan! Ah, aku ingin mengbrol dengan kalian, tapi aku harus berjaga." Kata Roah, kemudi
Rombongan Pasukan Pemburu Naga menuju sisi barat daya sejak melepaskan diri dari Hutan Perbatasan. Sepanjang perjalanan awal itu, Muhan tak bisa menemukan Moque—serigala bersayap yang pernah membantunya saat latihan berburu tempo hari.Ketika Muhan benar-benar melewati garis perbatasan, pemuda itu mengulum senyum. Dia masih tidak menyangka akan kesempatan luar biasa ini. Sedari dulu, dia hanya akan berada di sisi hutan yang aman, mencari tanaman yang mampu digunakan sebagai obat-obatan, lalu membersihkan Perguruan sampai benar-benar bersih.Sekarang, dia telah menjadi Pasukan Pemburu Naga yang tersohor dan mengemban tugas besar. Kalau boleh jujur, dia sendiri tidak sabar untuk melihat Naga Neraka yang lain."Omong-omong," Muhan membuka suara, mendekatkan diri ke arah Panglima Gyeonggukdae yang baru itu. "Berarti kita akan melewati Mansil?""Hm, betul! Kau pasti sudah menghafal wilayah lainnya saat berlatih dengan Panglima Naegeumwi kan? Kita meman
Muhan keluar sebagai peringkat pertama.Kenyataan tersebut menghantam dada Shim Gyeong dengan begitu kuat dan memilukan. Sebab bagaimana bisa? Seorang pemuda yang kebetulan mempunyai Him setelah sekian lamanya dirundung, lalu dengan keberuntungan besar mampu memusnahkan Naga Neraka tanpa latihan bertahun-tahun lamanya, justru mendulang peringkat pertama? Hal yang selama ini sangat Shim Gyeong inginkan?Masih dikuasai oleh keterkejukan, Muhan menaiki panggung. Pemuda itu sendiri bisa merasakan tatapan tajam bercampur protes yang tertambat padanya tanpa ampun."Selamat, Muhan!" Raja memejamkan mata sejenak untuk menyalurkan doa kemakmuran atas pencapaian pemuda itu. "Kau adalah peringkat pertama yang lulus dengan evaluasi khusus.""Ka-kalau hamba boleh tau, apa itu evaluasi khusus, Yang Mulia?" tanya Muhan setengah berbisik selepas menerima Hopae miliknya.Raja tersenyum samar. "Kau mengalahkan satu Naga Neraka dan berhasil mendapatkan permatanya yang berguna untuk melindungi Wari, Muha
Genap dua pekan seleksi Pasukan Pemburu naga terbaru berlangsung. Pada malam hari terakhir, para peserta berkemah di sisi lembah Hutan Perbatasan yang aman dari jangkauan penjaga hutan, tengah menyelesaikan upacara penutup.Raja beserta para petinggi kerajaan baru saja mengumumkan bahwa seluruhnya berhasil melewati seleksi dengan baik. Tidak mengherankan, sebab mereka yang mampu menjalani seleksi adalah sekumpulan anak didik yang telah melewati dua peristiwa berdarah penting.Guru Yeom yang selama berhari-hari mendekam di kuil Distrik Dua, berdiri sepuluh langkah dari keberadaan Raja. Pria itu mengedar pandang, menyadari senyum yang tercetak pada wajah anak didiknya."Siapa yang mengira jika mereka hanya bisa tersenyum sekarang? Mereka pasti berpikir sudah sangat hebat setelah berhasil melalui seleksi yang tidak seberapa itu." Gumam Guru Yeom yang terdengar oleh Panglima Gyeomsabok."Memang saat keluar dari Wari, kenyataan mengerikan tentang dunia
Istana sedang dilanda kesibukan terkait Seleksi Pasukan Pemburu Naga yang akan dimulai pada pagi hari ini. Para penduduk berbaris di gerbang terluar Istana untuk menyambut seluruh peserta yang akan melakukan perjalanan panjang selama dua hari hanya dengan berjalan kaki, entah dalam badai ataupun hujan petir.Garis finish berada di Hutan Perbatasan yang telah dijejaki oleh beberapa anggota kerajaan serta Menteri Pertahanan. Dalam perjalanan yang mengiringi pergerakan kereta kuda Raja, mereka diharuskan untuk melindungi Raja dalam situasi apa pun.Di dalam kereta kuda sendiri berisikan; Raja, Kasim Heo, dan Panglima Gyeomsabok yang bertugas mengawal sang Raja. Selebihnya terdapat tambahan kusir dan sepasang kuda yang menarik kereta tersebut sebagai objek yang patut dilindungi dengan nyawa sekali pun.Selesai melangsungkan upacara pembukaan yang bertujuan untuk mendapatkan restu serta keselamatan yang mengiringi tiap langkah sang raja beserta para peserta, Raja percaya diri akan seleksi
Sementara Muhan memulai pelatihan khusus bersama Panglima Naegeumwi dengan keanggotan sebagai Pasukan Pemburu Naga yang telah terverifikasi, asrama baru yang berjarak beberapa kilometer dari Istana mulai disambangi kegaduhan yang merajelala. Bukan disebabkan oleh kerusuhan para anak didik, melainkan tekad yang mereka miliki agar dapat menyusul Muhan. Tidak bisa menipu penglihatan Guru Yeom, jelas terlihat bila sebagian besar dari mereka tidak terima dengan kemajuan yang dialami oleh Muhan.Mendapatkan kemampuan Gyeonggukdae setelah sekian lama, padahal selama ini bekerja sebagai babu. Kemudian hanya berbekalkan sedikit keberanian serta keberuntungan belaka, Muhan mampu memusnahkan Naga Neraka.Akhirnya, seperti yang didengar oleh banyak orang; Muhan telah ditetapkan sebagai anggota Pasukan Pemburu Naga yang terbaru. Tanpa perlu mengikuti seleksi lagi, seolah-olah takdir baru Muhan telah tertulis dengan indahnya.Selepas berlatih dengan anak didik yang berada dalam klasifikasi yang sa