Di dalam ruangan rahasia, tempat Jiro berada.
“Dasar tidak berguna! Kalau saja aku lebih kuat lagi …,” teriak jiro menyalahkan dirinya sendiri.Ia merasa dirinya tidak berguna karena bersembunyi seperti seorang pengecut. Sementara Ibu, Bibi, dan orang-orang desa harus bertarung untuk melindungi desa. Ia berjalan kesana-sini dan berteriak, juga mencoba menghancurkan dinding ruangan itu meskipun tidak ada gunanya.Namun perlahan, Jiro menjadi sedikit lebih tenang saat ia teringat tentang sikap seorang pejuang, seperti yang dikatakan oleh bibinya. “Tidak ada gunanya aku terus bertingkah seperti ini! Lebih baik aku memperkuat hati dan pikiranku, seperti yang dikatakan oleh Bibi!” ucap Jiro dengan tegas.Jiro berjalan ke tengah-tengah ruangan itu, lalu mengambil sikap duduk bersila. Ia berencana untuk melakukan meditasi sampai ibunya datang kembali.Satu jam berlalu, sejak Jiro bermeditasi ….Semakin lama Jiro bermeditasi, entah kenapa hatinya semakin terasa sakit. Tubuhnya bergetar, hingga tak terasa setetes air mata jatuh dari matanya. Tepat mengenai kalung liontin yang dikenakannya.Liontin berwarna putih itu seketika saja mengeluarkan cahaya, yang semakin lama semakin terang hingga menutupi seluruh ruangan itu.Jiro yang tersadar akan hal itu, ‘pun menjadi panik. “Apa yang terjadi! Mengapa kalung ini mengeluarkan cahaya?” Jiro yang saat itu panik, langsung melepaskan kalung di lehernya. Tanpa pikir panjang, ia melemparkannya ke sembarang arah tanpa memperdulikan kalung itu akan hilang.Namun semuanya sudah terlambat, cahaya dari kalung itu sudah memenuhi seluruh ruangan. Jiro merasa seperti matanya telah buta, ia hanya melihat warna putih di sekelilingnya.“Dimana ini? Apakah aku sudah mati? Atau … mungkinkah aku buta?” tanya Jiro pada dirinya sendiri.Di saat Jiro sedang kebingungan, ruang hampa di depannya tiba-tiba saja bergetar. Sosok berbentuk seperti roh yang melayang di kehampaan, muncul entah dari mana. Adegan itu membuat Jiro terkejut hingga terjatuh dengan tubuh yang bergetar.Sosok roh itu menatap Jiro yang ketakutan, lalu mendesah pelan. “Sepertinya kau terkejut saat melihatku, bukan? Namun, aku juga terkejut saat mengetahui bahwa penerus elemen cahaya selanjutnya merupakan orang yang penakut sepertimu.” ucapnya.Jiro tertegun mendengarnya. Ia kebingungan dan tidak tahu ingin berkata apa. Hal itu membuat raut wajah sosok roh itu menjadi kesal. “Aku ingin sekali memukul kepalamu itu, tapi sekarang bukan waktu yang tepat!”Melihat sikapnya yang penakut, Jiro pun menjadi malu. Ia langsung bangkit berdiri dan mendekat pada sosok roh tersebut. Ia menangkupkan tangannya, dan berkata, “Maaf, Senior! Kalau boleh tahu, siapakah senior ini? Dan tempat apa ini?” Jiro bertanya dengan wajah polosnya.Sosok roh itu menghela napas. “Kita langsung ke intinya saja! Apakah kau ingin menyelamatkan Ibumu dan melindungi desa?”“Ya! Aku ingin melakukannya, walau harus mempertaruhkan nyawaku!” Jiro langsung berubah menjadi tegas.“Anak ini … meskipun penakut, tapi hatinya sangat besar. Dia mampu menghilangkan segala ketakutannya demi orang yang dia sayangi!” gumam sosok roh itu dalam hati.“Baiklah! Jika kau ingin melindungi orang-orang yang kau sayangi, itu artinya kau sudah siap untuk menempuh jalan yang sulit!” ucap sosok itu.Jiro mengangguk dengan penuh ketegasan. “Aku akan melakukan apapun demi keluargaku dan menanggung segala penderitaan dunia untuk membawa kedamaian bagi manusia! Seperti apa yang dikatakan oleh Ayahku!”“Bagus! Sekarang, mendekatlah!” Sosok itu mengulurkan telapak tangannya dan menyentuh kepala Jiro. “Ini akan sedikit sakit. Kau harus bisa menahannya!”Jiro merasakan sesuatu mengalir di kepalanya, saat tangan sosok itu menyentuhnya. Perlahan, rasa sakit mulai ia rasakan. “Sakit sekali! Apa yang kau lakukan?” Jiro mengerang kesakitan sembari memegang kepalanya.Sosok itu tidak menjawab dan masih mengalirkan sesuatu ke kepala Jiro. Hingga perlahan, rasa sakit yang Jiro rasakan mulai menghilang dan digantikan oleh rasa nyaman.“Perasaan apa ini?” tanya jiro dengan mata yang tertutup.“Sekarang, duduklah! Dan pahami semua yang telah kuberikan padamu!” perintahnya.Jiro pun langsung mengambil sikap duduk bersila, lalu mulai tenggelam dalam pikirannya.Waktu terus berjalan dengan perlahan ….Di dalam pikiran Jiro.Sebuah adegan tercipta di pikirannya. Adegan peperangan antara ras manusia melawan ras iblis, yang terjadi ribuan tahun lalu. Adegan itu lalu berganti pada pertempuran satu lawan enam. “Apakah orang itu adalah sosok roh yang tadi?” Jiro memperhatikan sosok pria paruh baya yang bertarung melawan enam orang sekaligus.Adegan itu terus berlanjut, Jiro mengepalkan tangannya ketika melihat kejadian itu. “Tenang saja, Senior! Aku akan membantumu membalaskan dendam mu!” gumam Jiro.Adegan itu menghilang dan sekelilingnya menjadi gelap. Jiro merasa ditekan oleh kegelapan yang mengelilinginya, ia berusaha mencari sumber cahaya namun tidak menemukannya. Pada akhirnya, dalam tekanan kegelapan, Jiro memejamkan matanya secara perlahan. Tubuhnya mengeluarkan cahaya yang semakin lama semakin terang, hingga seluruh kegelapan di sekelilingnya berbalik ditekan dan menghilang. Dengan mata yang terpejam, Jiro duduk bersila dan menyatukan kedua tangannya seperti sedang bermeditasi.“Kegelapan menutupi segalanya dan membuatnya mati, tetapi cahaya datang untuk menghapus kegelapan dan memberikan kehidupan yang baru! Jadilah penerang dan sebarkan tekad cahaya, itulah jalan penerus cahaya!” Jiro membuka matanya.“Aku sudah memahami Elemen Cahaya tingkat pertama. Namun sebelum itu, aku harus membuka jalur nadi dan membentuk jantung agung untuk mengambil jalan seorang pejuang!” Jiro kembali menutup matanya.Selama Jiro membentuk ulang tubuhnya, ia berulang kali merasakan sakit yang luar biasa.Pada dasarnya, disaat seseorang ingin mengambil jalan ‘Pejuang’, ia diwajibkan untuk membuka lima jalur nadi di tubuhnya. Lalu membentuk jantung agung yang nantinya menjadi tempat untuk menyimpan inti seni yang dipahaminya.Di dunia ini, sistem kekuatan seseorang disebut seni. Ada lima seni yang umum dikenal oleh semua orang, yaitu seni waktu, seni ruang, seni senjata, seni tubuh, dan seni alam. Ada juga seni elemen yang merupakan seni langka dan hampir dilupakan, karena tidak pernah terlihat sama sekali dalam beberapa ribu tahun ini.Kondisi Jiro saat ini sedikit lebih baik, setelah sebelumnya ia mengalami kondisi yang hampir membuatnya pingsan beberapa kali. Terlihat sedikit senyum yang tersungging di bibirnya.“Umumnya, seorang pejuang itu berbeda dengan manusia biasa. Jalan yang diambil oleh para pejuang sangatlah menyakitkan, namun hasil yang diterima juga luar biasa.” ujar Jiro dengan penuh kekaguman.“Aku sudah berhasil membuka jalur nadi dan membentuk jantung agung! Sekarang aku hanya perlu menyerap energi kosmik di sekitar dan memadatkannya ke inti elemen cahaya di dalam jantung agung.” Mata Jiro terfokus dan berusaha merasakan energi kosmik di sekitarnya, lalu ditarik masuk ke dalam tubuhnya.Di luar, tubuh Jiro yang saat ini sedang bermeditasi tiba-tiba saja mengeluarkan cahaya. Angin di sekitarnya terus berputar, saat energi yang padat berkumpul di dalam tubuhnya.Ledakan yang cukup keras pun terjadi, ketika energi di tubuhnya dilepaskan bersamaan. Ledakan itu bahkan menghancurkan seluruh ruangan rahasia itu.Beberapa jam sebelumnya, disaat matahari mulai menampakkan dirinya ….Puluhan orang dalam satu kelompok, mendaratkan kaki di alam rahasia dan melangkah masuk sampai ke perkampungan tempat tinggal Jiro.Terlihat perkampungan yang kini telah hangus terbakar hingga rata dengan tanah. Bahkan, pohon-pohon di hutan dan pegunungan telah hancur berantakan. Energi iblis menyebar di tempat itu, membuat alam yang dulunya sangat indah seperti surga kini telah kehilangan vitalitasnya dan tidak layak untuk dihuni.“Kita terlambat!” Pria dewasa yang menjadi pemimpin kelompok itu tampak sangat marah. Terlihat dari rahangnya yang mengeras.Ia mengenakan pakaian semacam jas, tampak jelas bahwa ia merupakan pemimpin dalam kelompok itu.“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Pemimpin?” tanya salah satu anggotanya.“Bagaimana kalau kita mengejar mereka?” usul yang lainnya.Pria dewasa itu adalah orang yang sebelumnya pernah berbicara dengan seorang pemuda yang berada di benua tengah. Ia bersama pasukan el
Saat ini, Jiro berdiri di padang pasir dan membelakangi alam rahasia yang dipenuhi oleh pepohonan.“Jika aku tidak salah, Ibu pernah mengatakan kalau pemukiman yang paling dekat dengan alam ini berada di arah jam sebelas. Setidaknya butuh waktu tiga hari untuk sampai ke tempat itu dengan berjalan kaki. Namun dengan kecepatan ku yang sekarang, mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar dua hari saja untuk sampai ke sana.” Jiro melangkahkan kakinya.Setelah cukup jauh berjalan, tiba-tiba saja pasir di bawah kakinya mengalami getaran. Jiro yang merasakan adanya bahaya, segera melompat untuk menjauhi daerah itu.Dan benar saja, pasir yang awalnya bergetar seketika saja berhamburan ke segala arah hingga memperlihatkan seekor kalajengking hitam yang berukuran lima meter, dengan dua capit dan delapan kaki. Di bagian belakang tubuhnya terdapat empat ekor yang masing-masing ujungnya terdapat sengat yang sangat beracun.“Astaga! Mengapa ada kalajengking yang berukuran seperti ini!” pekik Jiro deng
Matahari perlahan mulai tenggelam saat Jiro melangkah semakin jauh. Ia memutuskan untuk beristirahat di balik salah satu bukit pasir yang cukup tinggi, untuk menghindari badai pasir yang bisa datang kapan saja.Jiro mengeluarkan tenda dari dalam gelang kosmik, juga mengeluarkan beberapa kayu bakar serta daging kalajengking yang telah diambil sebelumnya.Jiro membuat api unggun dan mulai membakar daging kalajengking itu untuk dimakan. Dalam kesendirian di bawah gelapnya langit malam, Jiro menengadah ke langit dan menatap bintang-bintang yang berkilauan.Semakin lama, ia merasa bahwa hatinya seperti membeku. Setelah hampir kehilangan segalanya, Jiro tidak memiliki alasan untuk tetap tersenyum. Tatapannya semakin dingin, yang ada dipikirannya hanyalah tanggung jawab dan balas dendam.Dalam lamunannya yang menyesakkan, aroma gosong tercium oleh hidungnya hingga membuatnya tersadar. Ia menatap daging yang telah gosong dengan tanpa ekspresi, lalu membuangnya begitu saja.“Aku yang sekarang
Lima hari berlalu sejak kejadian itu ….Pagi hari, di salah satu rumah kayu yang berada di sebuah perkampungan.Jiro terbaring diatas tempat tidur kayu yang dilapisi oleh tikar anyaman berbahan dasar bambu.Sudah lima hari ia terbaring di tempat itu tanpa sadarkan diri. Hampir seluruh tubuhnya dibalut dengan perban, terutama pada bagian dadanya yang mengalami luka paling parah.Saat ini, seorang pria tua masuk ke dalam kamar Jiro sambil membawa nampan yang berisikan perban dan ramuan untuk luka Jiro.“Sudah lima hari berlalu. Entah kejadian apa yang kau alami hingga membuatmu menjadi seperti ini, Jiro!” gumam pria tua itu sembari meletakkan nampan di meja batu dan duduk di kursi untuk membuka perban Jiro.Saat pria tua itu hendak membuka perbannya, ia melihat jari tangan Jiro yang perlahan mulai bergerak diikuti dengan kelopak matanya yang bergetar.Hingga sesaat kemudian, mata Jiro tiba-tiba terbuka dan ia langsung terduduk dengan napas memburu, membuat pria tua itu hampir terjatuh d
Di dalam ruang dimensi yang sangat jauh.“Apa kau menemukan sesuatu?” tanya pria dewasa yang berpakaian serba putih.Rekannya yang berpakaian biru menggelengkan kepalanya. “Bagaimana denganmu?” tanyanya.“Aku sudah mencoba untuk melihatnya dengan mata waktu, namun energiku tidak sanggup untuk menampilkan semuanya!” Pria dewasa itu terduduk di ruang hampa sembari menyerap energi kosmik di sekitar.“Mungkin kita harus menyerahkannya pada anakmu saja.” ujar rekannya.Pria itu kembali menggelengkan kepala. “Dia sudah menanggung beban yang terlalu berat! Sebagai orang tua, aku harus bisa membantunya, walau hanya sedikit!” Terlihat ketegasan di matanya.Pria dewasa itu kembali berdiri dan bergerak menjauh dari wilayah yang dipenuhi oleh ruang rubek itu, diikuti oleh rekannya. Ia memfokuskan penglihatannya, lalu mengumpulkan energi kosmik di kedua matanya, hingga pupil matanya berubah menjadi kuning.“Aktifkan!”Setelah kata-kata itu keluar, sebuah gambaran tentang kejadian di masa lalu terc
“Tenanglah, Kak!” Seorang pria kekar berkata dengan tenang.“Bagaimana aku bisa tenang, saat rencana yang telah ku persiapkan selama bertahun-tahun, dirusak oleh seorang bocah yang datang entah dari mana!” ucapnya dengan penuh kemarahan.Ia mengalihkan pandangannya pada adiknya yang masih bersikap tenang. “Apa kau memiliki rencana?” tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya.Pria kekar itu tersenyum. “Tentu saja, Kak! Jika tidak, mana mungkin aku bisa setenang ini.”“Oh, apa rencanamu?”“Kita … akan memanfaatkannya.” Pria itu tersenyum dingin.Kembali ke tempat Jiro.Saat ini Jiro berada di dalam kamarnya, atau lebih tepatnya di rumah milik pria tua yang menyelamatkannya. Ia duduk di atas tempat tidur sembari memegangi bongkahan batu yang telah ia pilih sebagai hadiah.“Aneh sekali. Awalnya aku merasakan tekanan pada batu ini, namun sekarang tekanan itu menghilang begitu saja.” Jiro memikirkan kejadian saat di gudang. Saat itu, Jiro merasakan roh pada tubuhnya seakan ditekan ketika i
“Serang!” Seorang pria tua berteriak dengan lantang. Ia bersama ratusan pejuang lainnya bergerak menuju ke salah satu kota di benua tengah. Kota itu dikelilingi oleh puluhan ribu ras iblis yang berusaha untuk menghancurkan segel pertahanan pada kota tersebut.Di bawah kegelapan langit yang telah berlangsung selama berhari-hari, jutaan ras iblis keluar dari tempat persembunyiannya dan membuat kekacauan dimana-mana, mengakibatkan banyaknya kehancuran dan kematian dari ras manusia.Di salah satu sisi pada kota lainnya, tampak ras iblis telah berhasil masuk ke dalam kota dengan membuat lubang besar pada segel pertahanan yang menyelimuti kota itu. Suara pertempuran terjadi dimana-mana, bahkan suara teriakan kesakitan dan kematian juga tak luput dari pendengaran.Sementara itu, di salah satu halaman rumah yang berada di pusat kota, benua tengah …."Berapa lama lagi, Zhio?" tanya seorang pria tua yang penampilannya terlihat seperti hologram.Pria paruh baya di belakangnya menatap dengan seri
Dua belas tahun kemudian ….Di ujung dunia pada benua timur, terdapat alam tersembunyi yang diisi oleh hutan dan pegunungan. Alam itu dikelilingi oleh sebuah segel yang menutupnya dari pandangan dunia luar. Di tengah-tengah pegunungan yang saling terhubung dan membentuk lingkaran, terdapat sebuah desa yang sangat damai. Orang-orang di desa itu hidup rukun dan saling menjaga satu sama lain. Sangat bertolak belakang dengan keadaan di dunia luar.Di dalam hutan."Kak Jiro, tunggu aku!" teriak Zia. Bocah berusia 10 tahun yang saat ini tengah berlari menuju desa bersama dengan Jiro yang berusia 12 tahun."Cepatlah, Zia! Jika tidak, kau akan dimakan oleh singa gila itu!" balas Jiro sembari melirik ke belakang.Perkataan itu sontak membuat Zia berhenti berlari. Ia melipat kedua tangannya kedepan dan memasang wajah cemberut, seraya berkata, "Kak Jiro, jahat! Ya sudah! Biarkan saja aku dimakan oleh singa itu!"Melihat Zia yang merajuk seperti itu, lantas membuat Jiro menghentikan langkahnya da
“Tenanglah, Kak!” Seorang pria kekar berkata dengan tenang.“Bagaimana aku bisa tenang, saat rencana yang telah ku persiapkan selama bertahun-tahun, dirusak oleh seorang bocah yang datang entah dari mana!” ucapnya dengan penuh kemarahan.Ia mengalihkan pandangannya pada adiknya yang masih bersikap tenang. “Apa kau memiliki rencana?” tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya.Pria kekar itu tersenyum. “Tentu saja, Kak! Jika tidak, mana mungkin aku bisa setenang ini.”“Oh, apa rencanamu?”“Kita … akan memanfaatkannya.” Pria itu tersenyum dingin.Kembali ke tempat Jiro.Saat ini Jiro berada di dalam kamarnya, atau lebih tepatnya di rumah milik pria tua yang menyelamatkannya. Ia duduk di atas tempat tidur sembari memegangi bongkahan batu yang telah ia pilih sebagai hadiah.“Aneh sekali. Awalnya aku merasakan tekanan pada batu ini, namun sekarang tekanan itu menghilang begitu saja.” Jiro memikirkan kejadian saat di gudang. Saat itu, Jiro merasakan roh pada tubuhnya seakan ditekan ketika i
Di dalam ruang dimensi yang sangat jauh.“Apa kau menemukan sesuatu?” tanya pria dewasa yang berpakaian serba putih.Rekannya yang berpakaian biru menggelengkan kepalanya. “Bagaimana denganmu?” tanyanya.“Aku sudah mencoba untuk melihatnya dengan mata waktu, namun energiku tidak sanggup untuk menampilkan semuanya!” Pria dewasa itu terduduk di ruang hampa sembari menyerap energi kosmik di sekitar.“Mungkin kita harus menyerahkannya pada anakmu saja.” ujar rekannya.Pria itu kembali menggelengkan kepala. “Dia sudah menanggung beban yang terlalu berat! Sebagai orang tua, aku harus bisa membantunya, walau hanya sedikit!” Terlihat ketegasan di matanya.Pria dewasa itu kembali berdiri dan bergerak menjauh dari wilayah yang dipenuhi oleh ruang rubek itu, diikuti oleh rekannya. Ia memfokuskan penglihatannya, lalu mengumpulkan energi kosmik di kedua matanya, hingga pupil matanya berubah menjadi kuning.“Aktifkan!”Setelah kata-kata itu keluar, sebuah gambaran tentang kejadian di masa lalu terc
Lima hari berlalu sejak kejadian itu ….Pagi hari, di salah satu rumah kayu yang berada di sebuah perkampungan.Jiro terbaring diatas tempat tidur kayu yang dilapisi oleh tikar anyaman berbahan dasar bambu.Sudah lima hari ia terbaring di tempat itu tanpa sadarkan diri. Hampir seluruh tubuhnya dibalut dengan perban, terutama pada bagian dadanya yang mengalami luka paling parah.Saat ini, seorang pria tua masuk ke dalam kamar Jiro sambil membawa nampan yang berisikan perban dan ramuan untuk luka Jiro.“Sudah lima hari berlalu. Entah kejadian apa yang kau alami hingga membuatmu menjadi seperti ini, Jiro!” gumam pria tua itu sembari meletakkan nampan di meja batu dan duduk di kursi untuk membuka perban Jiro.Saat pria tua itu hendak membuka perbannya, ia melihat jari tangan Jiro yang perlahan mulai bergerak diikuti dengan kelopak matanya yang bergetar.Hingga sesaat kemudian, mata Jiro tiba-tiba terbuka dan ia langsung terduduk dengan napas memburu, membuat pria tua itu hampir terjatuh d
Matahari perlahan mulai tenggelam saat Jiro melangkah semakin jauh. Ia memutuskan untuk beristirahat di balik salah satu bukit pasir yang cukup tinggi, untuk menghindari badai pasir yang bisa datang kapan saja.Jiro mengeluarkan tenda dari dalam gelang kosmik, juga mengeluarkan beberapa kayu bakar serta daging kalajengking yang telah diambil sebelumnya.Jiro membuat api unggun dan mulai membakar daging kalajengking itu untuk dimakan. Dalam kesendirian di bawah gelapnya langit malam, Jiro menengadah ke langit dan menatap bintang-bintang yang berkilauan.Semakin lama, ia merasa bahwa hatinya seperti membeku. Setelah hampir kehilangan segalanya, Jiro tidak memiliki alasan untuk tetap tersenyum. Tatapannya semakin dingin, yang ada dipikirannya hanyalah tanggung jawab dan balas dendam.Dalam lamunannya yang menyesakkan, aroma gosong tercium oleh hidungnya hingga membuatnya tersadar. Ia menatap daging yang telah gosong dengan tanpa ekspresi, lalu membuangnya begitu saja.“Aku yang sekarang
Saat ini, Jiro berdiri di padang pasir dan membelakangi alam rahasia yang dipenuhi oleh pepohonan.“Jika aku tidak salah, Ibu pernah mengatakan kalau pemukiman yang paling dekat dengan alam ini berada di arah jam sebelas. Setidaknya butuh waktu tiga hari untuk sampai ke tempat itu dengan berjalan kaki. Namun dengan kecepatan ku yang sekarang, mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar dua hari saja untuk sampai ke sana.” Jiro melangkahkan kakinya.Setelah cukup jauh berjalan, tiba-tiba saja pasir di bawah kakinya mengalami getaran. Jiro yang merasakan adanya bahaya, segera melompat untuk menjauhi daerah itu.Dan benar saja, pasir yang awalnya bergetar seketika saja berhamburan ke segala arah hingga memperlihatkan seekor kalajengking hitam yang berukuran lima meter, dengan dua capit dan delapan kaki. Di bagian belakang tubuhnya terdapat empat ekor yang masing-masing ujungnya terdapat sengat yang sangat beracun.“Astaga! Mengapa ada kalajengking yang berukuran seperti ini!” pekik Jiro deng
Beberapa jam sebelumnya, disaat matahari mulai menampakkan dirinya ….Puluhan orang dalam satu kelompok, mendaratkan kaki di alam rahasia dan melangkah masuk sampai ke perkampungan tempat tinggal Jiro.Terlihat perkampungan yang kini telah hangus terbakar hingga rata dengan tanah. Bahkan, pohon-pohon di hutan dan pegunungan telah hancur berantakan. Energi iblis menyebar di tempat itu, membuat alam yang dulunya sangat indah seperti surga kini telah kehilangan vitalitasnya dan tidak layak untuk dihuni.“Kita terlambat!” Pria dewasa yang menjadi pemimpin kelompok itu tampak sangat marah. Terlihat dari rahangnya yang mengeras.Ia mengenakan pakaian semacam jas, tampak jelas bahwa ia merupakan pemimpin dalam kelompok itu.“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Pemimpin?” tanya salah satu anggotanya.“Bagaimana kalau kita mengejar mereka?” usul yang lainnya.Pria dewasa itu adalah orang yang sebelumnya pernah berbicara dengan seorang pemuda yang berada di benua tengah. Ia bersama pasukan el
Di dalam ruangan rahasia, tempat Jiro berada.“Dasar tidak berguna! Kalau saja aku lebih kuat lagi …,” teriak jiro menyalahkan dirinya sendiri.Ia merasa dirinya tidak berguna karena bersembunyi seperti seorang pengecut. Sementara Ibu, Bibi, dan orang-orang desa harus bertarung untuk melindungi desa. Ia berjalan kesana-sini dan berteriak, juga mencoba menghancurkan dinding ruangan itu meskipun tidak ada gunanya.Namun perlahan, Jiro menjadi sedikit lebih tenang saat ia teringat tentang sikap seorang pejuang, seperti yang dikatakan oleh bibinya. “Tidak ada gunanya aku terus bertingkah seperti ini! Lebih baik aku memperkuat hati dan pikiranku, seperti yang dikatakan oleh Bibi!” ucap Jiro dengan tegas.Jiro berjalan ke tengah-tengah ruangan itu, lalu mengambil sikap duduk bersila. Ia berencana untuk melakukan meditasi sampai ibunya datang kembali.Satu jam berlalu, sejak Jiro bermeditasi ….Semakin lama Jiro bermeditasi, entah kenapa hatinya semakin terasa sakit. Tubuhnya bergetar, hingg
Di dalam rumah.Jiro dan ibunya saling tertawa bahagia dalam waktu yang cukup lama, hingga tiba-tiba saja Jiro teringat akan sesuatu. Ia menatap Ibunya, dan berkata, “Jika Ayah dan ayah Zia mengorbankan diri dalam tragedi itu, mengapa Zia bisa lahir?”Saat Elora ingin mengatakan sesuatu, pintu rumah tiba-tiba saja hancur ditendang oleh seseorang yang tidak lain adalah Bibi Fiona yang masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa. "Gawat, Kak! Ras iblis sudah memasuki pemukiman dan menyerang para warga!" ucapnya dengan panik."Bagaimana mereka bisa menemukan keberadaan alam ini?" tanya Elora yang langsung berdiri karena terkejut. Demikian juga dengan Jiro.Bibi Fiona menggelengkan kepala. "Kami tidak tahu bagaimana mereka melakukannya! Yang pasti, segel yang melindungi alam ini telah hancur!""Baiklah, kau bantu pejuang yang lainnya dulu! Nanti aku akan menyusulmu!" perintah Elora.Bibi Fiona langsung mengerti maksudnya setelah menatap Jiro. Ia pun segera pergi.Elora mengalihkan pandangan
Sore hari di dalam hutan."Sialan, jika saja aku tidak lupa untuk mengisi ulang anak panahku ke dalam gelang kosmik, mungkin aku tidak akan terpojok seperti ini!" geram Jiro, yang membawa busur panah di tangannya.Ia saat ini sedang berada dalam situasi antara hidup dan mati. Dikepung oleh puluhan serigala yang ganas, memaksanya untuk berjuang sekuat tenaga agar dapat kabur dari pengepungan.Salah satu serigala diam-diam menerjang Jiro dari belakang, namun berhasil dihindari oleh Jiro dengan melompat ke samping dan berguling di tanah. Ia lantas menarik tali busurnya dan langsung melepaskan satu satunya anak panah yang tersisa dengan kuat, tepat mengenai jantung hingga menembus perut serigala tersebut.Pemimpin serigala yang melihat hal itu, lantas melolong marah dan langsung menyerbu ke arah Jiro dan diikuti oleh serigala lainnya.Saat menyaksikan hal itu, Jiro hanya bisa pasrah dengan keadaan. Dia meletakkan busur panahnya di tanah dan menutup mata, menunggu kematian. Namun sesaat ke