Share

Bab 270.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-04-19 09:58:47

Tidak heran, 'Samara Embankment' adalah tempat wisata alam yang tidak hanya gratis, tapi juga wisata unggulan.

Di sungai Volga, kita bisa melihat pemandangan alam yang sangat cantik, kendati pada siang hari dan suhu cukup tinggi.

Namun, kita bisa berteduh di bar dan restoran yang tersedia, tidak jauh dari pedestrian.

Dan di sanalah kini seorang wanita cantik duduk termenung, memandangi keindahan alam yang terhampar dihadapannya.

Tapi tunggu dulu, mata sang wanita memang mengarah ke hamparan sungai indah di depannya, namun tidak dengan 'pikiran'nya.

Sesosok pemuda tak pernah lepas dari 'benaknya', sejak kepulangannya dari Bali. Sosok pemuda itu terus membayangi kemanapun dia berada.

Sosok pemuda yang telah menerima 'cincin' kenangan darinya. Ya, sosok itu adalah Mila..!

Sejak kepulangannya ke Samara, hatinya bagai tertinggal di Bali bersama Elang. Dan akibat kerinduannya yang mendalam, selama seminggu ini dia terus melakukan panggilan terhadap Elang.

Namun tiada pernah ada nada
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 271.

    Tuttt.. Tuttt.. Tuutttt..!Kini di layar ponsel Elang tertera, 'Keina Yoshida memanggil'. Klik.! "Ya Keina," sahut Elang. "Mas Elang di mana sekarang..? Kok belum datang ke rumah..?" "Saya masih di Awaji Island Keina. Mau menikmati pemandangan dulu," sahut Elang jujur. Dia khawatir Keina ngambek, karena tidak langsung ke rumahnya setelah dia keluar dari Tokyo. "Hmm. Nggak ngajak-ngajak ya, hihi..! Ya tak apa-apa Mas Elang, daripada menghabiskan waktu di Tokyo bersama Nanako. Keina boleh nyusul nggak mas Elang..?" tanya Keina. "Lebih baik tak usah Keina, dua hari lagi juga saya ke rumah," sahut Elang. Ya, dia sedang benar-benar ingin sendiri, untuk menikmati akhir perjalanannya di negeri Sakura ini. "Baiklah, selamat bersenang-senang Mas Elang." Klik.! *** "Selamat jalan Mas Permadi, cepatlah kembali sayank. Mmmhh," Shara mengucapkan salam, seraya mencium pipi Permadi. Saat Permadi hendak memasuki pesawat. "Terimakasih Shara," ucap Permadi, sambil menatap Shara. Hidup bers

    Last Updated : 2025-04-19
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 272.

    "Tapi tak apa Mas Elang jalan-jalan saja dulu. Daripada buru-buru bertemu Keina," ucap Nanako merasa senang. 'Aneh memang pola pikir dua wanita Jepang ini. Keina senang aku cepat keluar dari rumah Nanako. Sedangkan Nanako senang, kalau aku nggak buru-buru ke rumah Keina. Sungguh memusingkan..!' gerutu bathin Elang. "Mas Elang pasti sekarang sedang kelaparan ya..? Hihii," tebak Nanako tepat ke sasaran. Nanako memang paham, dia memperhatikan pola makan Elang selama berada di rumahnya. Dia tahu saat jam-jam pagi, biasanya Elang suka melintasi meja makan rumahnya saat bangun tidur. "Ahh..! Nanako tahu saja kamu. Hahaa," Elang tak bisa ngeles lagi. Karena sambil bicara, dia juga sambil mengunyah pelan-pelan rotinya. Tapi tetap saja ketahuan oleh Nanako, jika dia sedang makan sesuatu. Jujur saja, Elang lebih senang menganggap Nanako bagai adiknya sendiri. Nanako ini paling bisa meledek dan bermanja-manja padanya, saat Elang di rumahnya. "Ya sudah. Mas Elang lanjut makannya ya. Nanak

    Last Updated : 2025-04-19
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 273.

    Padahal jika Elang mau, maka dia bisa membawa beberapa 'barang antik', dari peradaban dalam dimensi itu. Seperti halnya 'cincin mustika Nagandini', yang berhasil ditariknya dulu untuk Nadya. Akhirnya setelah merasa cukup puas melihat-lihat. Elang memutuskan untuk kembali ke hotelnya, yang berjarak sekitar 25 menit dari kuil itu. Elang pun naik bus umum yang melintas di sekitar area kuil itu. *** Permadi baru saja usai makan malam, dan kini dirinya tengah memandangi gemerlap lampu kota Osaka di malam hari, dari jendela kamar hotelnya. Ya, tak lama lagi dia akan mulai mendeteksi keberadaan energi Elang dari kamarnya itu. Jujur saja hati Permadi berdebar-debar. Karena dia bisa merasakan, jika energi Elang adalah energi terbesar, yang pernah dirasakannya dimiliki seseorang. 'Aku tak boleh mundur lagi. Sekarang atau tidak selamanya..!' seru bathin Permadi menguatkan tekadnya. Teringat dia kenangan masa lalunya. Kenangan saat dia ditinggal mati oleh kedua orangtuanya. Betapa dia

    Last Updated : 2025-04-19
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 274.

    Elang mendengar, letak pusaran itu berada di bawah jembatan Onaruto. Sebuah jembatan yang masuk di prefektur Tokushima. Tepatnya di sepanjang pantai Shikoku di Selat Naruto. Pusaran air ini terjadi karena pertemuan gelombang air yang besar. Antara Laut Pedalaman Seto dan Samudra Pasifik, saat pasang dan surut. Elang bergegas ke perhentian bus. Karena untuk sampai kesana, cara yang paling umum dan mudah, adalah dengan naik bus. Tak sampai setengah jam perjalanan, Elang sudah tiba di area wisata 'pusaran Naruto' itu. Untuk bisa menikmati pusaran Naruto ini, kita bisa memesan tiket untuk berlayar. Agar kita bisa melihat dari dekat Pusaran Air Naruto, dengan durasi 20-30 menit. Untuk harganya sendiri mulai dari 2.000 yen sampai 2.800 yen atau sekitar 300 ribuan.Namun, jika kita enggan naik kapal, kita juga diberi opsi lain. Yaitu menikmati pusaran air Naruto, dengan menaiki jembatan besar Onaruto. Jembatan ini punya ruang observasi sepanjang 450 meter, yang terletak di bagian bawa

    Last Updated : 2025-04-20
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 275.

    Glaaghk...!! Sraappphh...!!! Nampak kini gelombang di sekitar pusaran Naruto makin naik tinggi. Badai angin berpusar dahsyat tercipta. Rupanya pergerakkan Elang dan Permadi menjadi terhenti. Akibat sepasang tangan keduanya kini saling berbenturan, dan saling melekat erat. Dan awan gelap pun mulai bergerak bergulung, dan menyelubungi area di sekitar pusaran Naruto. Ya, sepertinya pertarungan 'jurus-jurus dasar' telah selesai dan berakhir imbang..! Kini keduanya sama-sama sedang menyerap, dan menghimpun energi alam di sekitar mereka. Weerrsshk..!! Byaakkhs..!! Hingga nampak kini beberapa pusaran angin dan gelombang tinggi, mulai membadai dan bergolak di sekitar pertarungan mereka. Hawa pengap dan panas pun mulai menebar ke seantero tempat itu. Sepasang telapak tangan Permadi dan Elang masih saling menempel. Keduanya nampak saling tekan dan saling dorong. Namun karena power mereka berimbang, maka yang terjadi adalah kedua tangan mereka bagai patung tak bergerak. Hanya otot-oto

    Last Updated : 2025-04-20
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 276.

    Blaarggkh..!! Glaarghkk...!!!Bumi di sekitar tepian pantai berguncang hebat, bak di terpa gempa besar. Nampak lubang besar menganga, disertai pasir pantai yang buyar bertebaran ke segala arah. Beruntung sudah tak ada orang di sekitar pinggiran pantai. Hanya kapal-kapal pengojek pusaran Naruto, yang terlihat sudah berpencaran terdampar naik di daratan pantai. Akibat gelombang pasang menggila, yang tak pernah dibayangkan akan terjadi seperti saat itu. Sementara melesetnya pukulan Permadi lebih parah lagi. Lesatan pukulannya tepat menuju ke arah tiang penyangga jembatan Onaruto, yang sudah oleng tadi. Hingga...Braagghk...!! Kraannkhhss...!! Byaarrssshk..!!! Tiang penyangga jembatan, yang terbuat dari beton tebal dan bertulang besi tebal itu pun bagai sebuah paku keropos, yang terhantam palu godam. Tiang penyangga jembatan yang dasarnya memang sudah oleng itu, langsung roboh seketika, dengan menimbulkan suara menghantam permukaan laut yang mengerikkan. Otomatis jembatan Onaruto ju

    Last Updated : 2025-04-20
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 277.

    “Hiyahh..!!" Scraaatzzhk..!!Pusaran air laut yang tinggi itu, tiba-tiba berubah menciut, membeku, dan mengkristal. Terbentuklah sebuah tombak bercahaya biru terang, dalam genggaman Permadi..!Ya, 'Tombak Samudera' bercahaya biru terang milik Permadi siap di luncurkan..! Mundur sejenak ke belakang. Saat tadi Permadi melesat ke atas pusaran Naruto. Maka Elang pun melesat ke tepi pantai selat Naruto itu.Elang segera menerapkan aji ‘Guntur Jagad’ tingkat 7 pamungkasnya. Tangan kanannya terangkat mengepal ke arah langit bak penangkal petir. “Hiyahh..!" Daammbh..!! Dengan diiringi teriakkan lantangnya, kaki kanan Elang pun menghantam bumi. Bumi di sekitar selat Naruto kembali bergetar dahsyat. Cuaca sekitar mendadak menjadi sangat gelap, dan awan hitam pekat bergulung-gulung bergerak mendekat. Lalu gulungan awan pekat itu pun berhenti, dan menaungi sosok Elang di bawahnya. Scratzks..! Krtzsh..! Krtzsk..! ... Krtzzsk..!!! Di dalam awan hitam pekat itu, berkeredepan kilatan tujuh b

    Last Updated : 2025-04-20
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 278.

    Suasana di area duel pun menjadi kelam dan mencekam..! Tidak hanya di sekitar area pertarungan. Tetapi suasana mencekam juga merayapi hati semua orang, yang menyaksikan pertarungan itu dari layar ponsel mereka. "Hiyaahh..!!" Krraaattzzzhsk...!!! Wuursshk.!!!Permadi berseru keras, 'Tombak Samudera' di lontarkan dengan sepenuh 'power'nya, ke arah Elang. 'Tombak Samudera' itu pun melesat cepat. Hingga membuat garis 'alur cekungan' di atas permukaan gelombang di bawah luncurannya. Menandakan adanya tekanan power Tombak Samudera yang berenergi penuh, terhadap permukaan laut. Laut pun bagai terbelah..! "Hiyaahh..!" Spraattzzhk...!! Ctaartzzzzshk...!!! Elang juga berseru lantang, segenap 'power'nya dikerahkan. Ledakkan 'Cambuk Tujuh Petir'nya bagai membungkam badai di sekitarnya. Ya, 'Cambuk Tujuh Petir' melecut dahsyat dengan kekuatan 'ribuan kilovolt', yang terbentuk dari gabungan daya tujuh kilatan petir menjadi satu. Peth..! Blaphh..!! ... Blaph..!! Arus listrik di sekitar lok

    Last Updated : 2025-04-20

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 295.

    "Hayuk kita berangkat sekarang saja Nadya. Kita bisa bicara sambil mandi di sana. Karena aku akan kembali ke Tokyo sore nanti Nadya," ajak Nanako, sambil memberitahukan soal kepulangannya nanti sore. Akhirnya jadilah mereka berangkat menuju Matsuho-no-sato onsen. Tak sampai satu jam, mereka akhirnya telah sampai di tujuan. Matsuho-no-sato adalah sebuah onsen yang terletak di di perbukitan utara, di atas jembatan Akashi Kaikyo sepanjang 3,5 km. Jembatan ini menyala selama beberapa jam mulai senja, dan selama lima menit setiap jam. Pola lampu pelanginya yang mempesona, bagai memantulkan air dan memenuhi langit. Cara terbaik untuk menikmati pertunjukan cahaya lampu itu, adalah dengan berendam di onsen luar ruangan. Sayangnya mereka tiba disana saat hari masih terbilang pagi. Mereka pun menitipkan alas kaki di loker, menerima dua buah handuk besar dan kecil, lalu masuk keruang ganti. Sebetulnya bukan ruang ganti, tetapi lebih tepat disebut ruang untuk melepas seluruh pakaian mereka

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 294.

    "Ceritakanlah Permadi. Aku akan mendengarkan," sahut Elang tersenyum. Lalu Permadi pun mulai menceritakan kisahnya. Di mulai dari orangtuanya terbunuh, soal Ki Sentanu, soal GASStreet, dan tentang perjalanannya mencari Elang. Hingga berakhir pada 'duel' hidup mati mereka, di selat Naruto. "Begitulah perjalanan hitam diriku, Elang," Permadi mengakhiri kisah dirinya pada Elang. "Wahh, Permadi. Rupanya kau pemimpin kelompok berhelm, yang menggegerkan di Surabaya itu," Elang mengeluh dalam sesal, mendengar pengakuan jujur Permadi. Namun kejujuran Permadi itu, menjadi pertimbangan tersendiri bagi Elang. 'Bagaimana aku membantumu jika begini Permadi..?' desah bathin Elang bingung. *** Sementara itu ke esokkan harinya di Awaji Island. Pagi-pagi sekali Nadya terpaksa membongkar ransel Elang. Karena dia mendengar, jika Mila akan pulang malam ini ke Rusia. Sementara Nadya sendiri akan pulang ke Indonesia besok harinya. Praktis waktu yang tersisa hanya hari itu. Untuk mencari dan menge

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 293.

    "Bangunlah Permadi," pelan saja suara Ki Bogananta, namun terdengar hingga menembus dan meresap masuk ke relung jiwa Permadi. Suara yang dilambari tenaga bathin yang luar biasa menggetarkan. Perlahan pelupuk mata Permadi bergerak, dan akhirnya terbuka lebar. "Ahhh, di mana aku..?!" seru Permadi sambil beranjak duduk, dan melihat ke sekitarnya. Saat matanya membentur sosok yang baru saja 'berbicara' dengannya di kedalaman jiwanya."Eyang sepuh Bogananta..," ucap Permadi, yang langsung menundukkan wajahnya penuh hormat. Ki Bogananta nampak tersenyum damai padanya. Dan Permadi merasa bagai 'telanjang' di hadapan sepuh itu. Habis sudah isi jiwanya 'dikuliti', oleh moyang sepuhnya itu barusan. "Permadi. Kiranya cukup sudah apa-apa yang perlu kautahu, dan Eyang beritahu padamu. Sekarang bersiaplah untuk bertemu dan berbicara dengan Elang. Dia berada tak jauh darimu saat ini. Bicara dan bekerjasamalah kalian di alam nyata nantinya. Eyang yakin, Elang akan memiliki jalan keluar dari m

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 292.

    Taph..! Blaaph..! Ki Palasara langsung menyambar tubuh Permadi, dan keduanya langsung lenyap dari rumah panggung itu. Blaph..! "Salam Moyang Bogananta. Aku datang membawa Permadi," Ki Palasara berkata dengan daya bathin melambari suaranya. Dia muncul di hadapan Ki Bogananta, yang kala itu tengah 'hening' di ruang dimensinya. Karena hanya dengan melambari suaranya dengan daya bathinnya, maka suaranya akan menembus alam keheningan moyangnya itu. Perlahan sepasang mata Ki Bogananta terbuka. Ki Palasara pun langsung tertunduk hormat. Ya, sejak dulu dia memang tak pernah sanggup beradu tatap dengan moyangnya itu. Karena tatap mata Ki Bogananta memang seolah menenggelamkannya, ke dalam samudera tanpa dasar. Pasca insiden di 'medan pasir', Ki Bogananta dan Ki Prahasta Yoga memang langsung kembali ke ruang dimensinya masing-masing. Mereka menyerahkan pengurusan Elang dan Permadi, di tangan Ki Sandaka dan Ki Palasara hingga pulih."Hmm. Palasara, baringkan Permadi di hadapanku. Energi

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 291.

    "Benar Elang. Gadis itu baru saja melintas di benakmu," sahut Ki Sandaka tersenyum bijak. Ya, tingkatan 'wisik sukma' Ki Sandaka bahkan sudah tak memerlukan penerapan lagi. Ajian wisik sukma seakan sudah menjadi bagian dari nafasnya. "Ahhh..! Benarkah Ki Buyut..?!" kini wajah Elang nampak sangat cerah sekali, bukit besar yang menindih hatinya selama ini bagai lenyap hancur berkeping tanpa bekas. Plonngg..!! "Elang, menurut buyut. Sebaiknya kalian segeralah menikah. Dan jadikan malam pertamamu, sebagai perayaan akan 'lenyap'nya kutukkan Naga Asmara dari dirimu. Setelah kutukkan itu lenyap, maka kau baru akan bisa menggabungkan 'power' Naga Merah dan Biru dalam cincin naga asmara dengan aji pamungkasmu 'Cambuk Tujuh Petir'. Itulah pamungkas terdahsyat trah langit, yang takkan tertandingi oleh 'pusaka bumi maupun pusaka samudera'. Jika kamu sudah berhasil menguasainya Elang," jelas Ki Sandaka. "Baik Ki Buyut. Elang akan mematuhi pesan Ki Buyut," Elang berkata sambil menundukkan ke

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 290.

    "A-apa..?!" Nadya terkejut, namun dia merasakan tubuhnya tiba-tiba menjadi dingin. Sprassh..! Dari jari tangan Nadya seketika melesat cahaya kuning kehijauan, yang langsung membentur lesatan shuriken yang dilepaskan Nanako. Craackh..!! Clapphs..! Shuriken yang dilontarkan Nanako langsung membentur selarik cahaya kuning kehijauan itu. Lalu shuriken itu terpental berubah arah, dan masuk ke dalam kolam renang. "Aahhh...!!" Seru kaget dan ngeri, dari semua wanita cantik yang berada di situ. Nampak mata mereka semuanya terbelalak. Ya, awalnya mereka semua bahkan tak bisa melihat lesatan shuriken Nanako. Mereka hanya melihat Nanako seperti melemparkan sesuatu ke arah Keina. Dan kini mereka semua baru sadar, jika yang dilemparkan Nanako adalah senjata yang berbahaya. "Hei sudahlah Nanako, Keina..! Ini benar-benar tak berguna..! Yang kalian ributkan sudah damai di sana. Biarkan Mas Elang tenang dan damai di sana. Jangan menambah beban langkahnya, karena melihat kalian ribut di sini.

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 289.

    'Ahh.! Maafkan Nadya Mas Elang. Sepertinya Nadya terpaksa harus membongkar ransel Mas Elang. Nadya harus mengembalikan 'cincin' pemberian Mila. Nadya tak rela Mas Elang menyimpan kenangan darinya', bathin Nadya. Ya, jujur saja Nadya cemburu pada Mila. Namun yang membuatnya merasa harus mengembalikan cincin Mila, adalah rasa ibanya pada Mila. Cincin itu pasti sangat bernilai bagi Mila. Dan Nadya punya suatu cara, untuk mengembalikan cincin itu tanpa menyakiti dan membuat Mila curiga padanya. "Ahh, kalian ini. Belum tentu aku yang berada dalam hati Mas Elang. Kita bertiga adalah orang-orang yang pernah mendapatkan pertolongannya. Namun belum tentu mendapatkan 'hatinya'," ucap Nadya agak jengah, karena kedua rekannya itu seperti memastikan hati Elang adalah untuknya. Namun tak munafik, hati Nadya juga merasa senang dan 'melayang', atas pengakuan Mila dan Nanako barusan. "Aku bisa merasakannya dengan sangat jelas, Nadya," ucap Nanako tersenyum tulus. Bagi Nanako kini, dia telah re

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 288.

    'Elang. cantik-cantik sekali sahabat wanitamu', bisik hati Mila. Dia sungguh tak heran jika Elang memiliki banyak 'fans'. Namun dia tak menduga, bahkan di negeri Jepang pun Elang memiliki beberapa 'fans' wanita cantik. Akhirnya pesanan mereka datang hampir bersamaan, mereka pun langsung menyantap sajian restoran Hato itu. Sungguh sedap dan nikmat memang karya koki restoran itu. Tak lama kemudian mereka bertiga menyudahi 'dinner' mereka. Seolah sepakat, mereka tak menyentuh pembicaraan tentang Elang di rumah makan itu. Dalam hati mereka berniat membicarakan tentang hal itu, di tempat yang lebih privacy. "O ya Nadya, Nanako bisakah kalian singgah di hotel tempat aku menginap setelah ini..?" tanya Mila penuh harap. "Ohh..! Di mana hotel tempatmu menginap Mila..?" sahut Nanako balas bertanya. "Saya menginap di hotel Anaga, di dekat jembatan Onaruto," sahut Mila tersenyum. "Wah, itu dekat sekali dengan hotel tempat saya menginap Mila," sahut Nanako. "Baiklah saya ikut ke tempatmu M

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 287.

    "Palasara, Sandaka.! Bukankah sudah kukabarkan kebaikkan pada kalian tadi. Belum selesai aku berkata, namun panggilan dari Yang Maha Kuasa menarikku. Ketahuilah, Nyawa Kesempatan yang diberikan Yang Maha Kuasa, memang hanya satu, dan itu untuk Permadi. Sedangkan Yang Maha Kuasa memberikan sesuatu yang 'istimewa' pada Elang. Hal istimewa itu berupa 'nyawa kesempatan', yang terbentuk dari ribuan do'a-do'a orang yang pernah di bantunya. Terimalah ini Sandaka, dan segeralah pulihkan mereka berdua," seraya berkata begitu. Dari sosok Penguasa Dimensi muncul dan melayang, sebuah cahaya keemasan berbentuk bola yang sangat menyilaukan. Ki Sandaka langsung menerima bola keemasan itu, dengan kedua tangannya yang menengadah. Blaasshp..! "Namun ingatlah kalian. Damaikan dulu kedua keturunan kalian itu di sini. Sebelum mereka dilepas kembali ke dimensi nyata. Camkan itu..!" gema suara sosok Penguasa Dimensi yang telah lenyap. Ya, sosok sang Penguasa Dimensi lebih dulu lenyap, meninggalkan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status