Share

Bab 238.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-04-08 17:35:06

"Terimakasih Nona Keina, selamat malam Mas Elang," balas Nanako ramah dan tak lupa menyapa Elang yang masih bersama mereka.

Nanako pun langsung masuk ke kamar itu, dan menutup pintunya. Namun dia sempat melihat Elang balas tersenyum padanya.

'Deghh.!'

Hati Keina langsung panas, saat mendengar Nanako ikut memanggil 'mas' pada Elang.

'Huhh..! Apakah kau sudah merasa dekat dengan Mas Elang, Nanako..?!' seru bathin Keina kesal.

"Mari Mas Elang, kita ke kamarmu..!" ucap Keina agak keras, agar terdengar oleh Nanako di dalam kamar.

'Degh..!'

Kini hati Nanako yang berdegup keras, mendengar ucapan Keina di depan pintu kamarnya.

'Apakah Keina ikut masuk ke kamar Elang..? Seberapa dekat hubungan mereka?' bathin Nanako gelisah.

Berpikir begitu Nanako segera menuju ke arah balkon kamarnya, dilihatnya berselisih dua kamar darinya sebuah balkon kamar menyala lampunya.

'Disana rupanya kamarmu Elang', bisik bathinnya.

Sebagai ninja, mencapai balkon kamar Elang bukanlah hal 'rumit' bagi Nana
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rika Bohayy Bohayy99
yaa ampun malam panas bersama nanako nie mas elang kayaknya wkwkwkkk.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 239.

    "Luka ini akan membekas lama Mas Elang," ucap Nanako, dengan tatapan bersalah. "Tak apa Nanako, anggap saja bekas luka ini sebagai kenang-kenangan dari ninja cantik di Jepang. Hehe," Elang hanya bermaksud bergurau saat mengatakan itu. Namun bagi Nanako yang sama sekali hijau dengan gurauan seperti itu, ucapan Elang di artikannya sebagai pujian serius Elang atas kecantikkannya. 'Degh..!' Hati Nanako bagai melayang ke 'zona fantasi' terindah dalam hidupnya. Dia merasa bahagia sekali, mendengar pujian dari Elang itu. "Benarkah aku cantik Mas Elang..?" tanya Nanako pelan dengan wajah tertunduk kemerahan. Dia merasa tersipu sekaligus senang sekali mendengar ucapan Elang. Ya, karena di keluarga Kobayashi memang lelaki mendominasi. Hingga suasananya serba kaku dan terkesan dingin. Sangat jarang bahkan hampir tak pernah Nanako mendapatkan pujian, dan perlakuan lembut serta hangat dari keluarganya. Elang terdiam sejenak, dia tak menduga gurauannya akan mendatangkan pertanyaan serius d

    Last Updated : 2025-04-08
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 240.

    Klaankhh.!! Weshh..!! Sosok itu menarik lepas pintu mobil, dan melempar pintu itu ke tengah persawahan. Sungguh luar biasa tenaga sosok berhelm itu. Sementara 8 orang yang berada di 4 motor turun. Lalu mereka menyingkirkan polisi yang telah tewas dengan motornya itu, dengan melempar begitu saja ke tengah sawah. Dan mereka pun bergegas menghampiri mobil yang telah terbuka pintunya itu. Pengemudi dan seorang security dari pihak bank nampak terkulai pingsan di dalam mobil itu. Hal yang sungguh mujur bagi mereka. Karena jika mereka masih sadar, tentu pistol berperedam dari kawanan sadis ini akan mengirim nyawa mereka berdua ke pintu akhirat. Suasana sudah agak gelap, adzan magribh pun berkumandang saat itu. Dengan cekatan kedelapan orang itu menguras seluruh uang, yang ada di dalam mobil itu. Mereka memasukkan uang-uang itu ke dalam beberapa karung, yang telah disiapkan. Ciitt...! Datang sebuah mobil APV Luxury hitam, yang bagian kursi-kursi belakangnya sudah di angkat. Seorang

    Last Updated : 2025-04-09
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 241.

    Dan bisa dibayangkan betapa akan mengerikkan dan dahsyatnya sepak terjang GASStreet ke depannya di kota Surabaya dan sekitarnya. Pengaruh GASStreet di dunia hitam diperkirakan akan meluas, hingga ke seluruh kota-kota di negeri ini. Sungguh teramat rawan dan berbahaya. Jika tak muncul pula penegak-penegak kebenaran, yang sanggup menghadang mereka. Sepertinya para penegak hukum harus bersiaga..! Karena 'genderang perang' sudah ditabuh oleh GASStreet..! Ke esokkan paginya di kediaman Permadi. Nampak Rodent telah duduk dikursi teras rumah Permadi. Dia membawa sesuatu yang di pesan oleh Bosnya itu. Tak lama berselang Permadi muncul dari dalam rumah dan langsung duduk di depan Rodent. "Bos," sapa Rodent, sambil mengangguk hormat. "Bagaimana Rodent..? Sudah selesai barang yang kupesan..?" tanya Permadi langsung ke point. "Beres Bos," sahut Rodent sambil tersenyum bangga. Dia lalu menyerahkan sebuah passport dan visa, yang di inginkan oleh Bosnya itu. Permadi menerima pasport dan v

    Last Updated : 2025-04-09
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 242.

    "Saya sekarang di Nagoya, Nanako. Sudah seminggu lebih saya keluar dari Osaka," sahut Elang tenang. "Ohh, kalau begitu apa tidak sebaiknya Mas Elang datang ke Tokyo hari ini..?" tanya Nanako berharap. "Ya Nanako, saya memang bermaksud pergi ke Tokyo hari ini," sahut Elang lagi. "Asik. Kalau begitu kabarkan ke Nanako ya. Mas Elang berangkat naik kereta jam berapa dari Nagoya nanti..? Biar Nanako sendiri yang akan menjemput Mas Elang," suara riang Nanako terdengar. "Ahh, Nanako. Sebaiknya jangan merepotkan diri. Saya bisa datang sendiri ke rumah Nanako nanti," ucap Elang merasa rikuh. "Aishh..! Sama sekali tak merepotkan Mas Elang. Nanako malah senang sekalian jalan-jalan bersama Mas Elang nanti," sergah Nanako dengan cepat, memang hatinya merasa sangat gembira saat itu. "Baiklah Nanako, saya akan berangkat dari stasiun Nagoya jam 10:36 dengan kereta Nozomi 6," ucap Elang. "Baik Mas Elang, Nanako akan stand by di stasiun Tokyo jam 12 siang nanti." "Terimakasih Nanako." Klik.!

    Last Updated : 2025-04-09
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 243.

    Tampak di teras rumah Nanako. Tengah duduk Yutaka Kobayashi dan istrinya Mayumi, yang nampak masih cantik di usianya yang menginjak 47 tahun. Yutaka menatap tajam pada Elang. Dia sudah mendengar kabar tentang kemampuan pemuda itu, yang bahkan dikatakan oleh putrinya memiliki kemampuan bak dewa. Kabar itu tentu saja membuat dia menjadi penasaran, dan ingin bertemu langsung dengan Elang. Karena sebagian jiwa Yutaka adalah seorang pendekar ninja, yang tentunya sangat senang bertukar pengalaman dan kemampuan dengan pendekar lainnya. 'Hmm. Langkahnya sungguh ringan, dan aura gelombang powernya memang luar biasa. Pantass.. pantas..!' gumam bathin Yutaka kagum. Namun dia masih merasa penasaran, dan ingin memastikan kemampuan sesungguhnya dari Elang. Saat Elang dan Nanako hendak mencapai tangga teras, Sethh..! Setthh..! Dua buah shuriken melesat sangat cepat ke arah Elang. Nanako yang melihat hal itu langsung melesat, menghindar ke arah samping. "Awas Mas Elang..!" seru Nanako mengin

    Last Updated : 2025-04-09
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 244.

    "Ayo Elang, kita makan bersama," ajak Tatsuya, sambil merangkul pundak Elang. 'Sungguh keluarga yang hangat', bathin Elang terkesan. Acara makan siang bersama di keluarga Yutaka berlangsung hangat dan menyenangkan. Elang seperti merasakan bagian dari keluarga itu. Semua saling tersenyum dan saling menawarkan menu yang tersaji siang itu. Selesai makan siang bersama, Yukata mengajak Elang ke teras halaman belakang rumahnya. Sementara Tatsuya bergegas ke kamarnya, untuk berganti pakaian dan berjanji menyusul ayahnya dan Elang. Yukata mempersilahkan Elang duduk di teras, yang menghadap ke arah halaman belakang rumah itu.Nampak halaman belakang rumah Yukata masih sangat luas. Banyak juga terdapat berbagai tanaman di sana, seperti pinus jepang (Matsu), pohon Sakura, cemara, dan beberapa tanaman lain yang nampak tertata rapih dan indah. "Elang, selagi kau disini maukah kamu memberiku beberapa petunjuk agar aku bisa meningkatkan kemampuanku..?" Yutaka bertanya penuh harap pada Elang.

    Last Updated : 2025-04-09
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 245.

    "Gilaa..!!" teriakkan keras penuh kekagetan terlontar dari mulut Tatsuya. Matanya terbelalak ngeri namun juga terpesona kagum, melihat 'power' ayahnya kini. "Haahh..!! A..apaaa..?!" seru keras Yutaka, seperti tak percaya pada apa yang baru dilakukannya. Matanya terbelalak dan menatap bergantian, pada kepalan tangannya dan pohon cemara yang telah tumbang itu. Tampak Nanako dan ibunya Mayumi keluar dari dalam rumah, menuju ke tempat tumbangnya pohon cemara itu. Bagi mereka adalah hal biasa, melihat sebuah pohon cemara tumbang di tangan ayah dan suami mereka. "Ada apa Ayah, Kak Tatsuya. Kenapa kalian berteriak keras..?! Mengagetkan saja..!" sungut Nanako, yang tak tahu proses tumbangnya pohon cemara itu. "Luar biasa Nanako..! Kini Ayah memiliki energi yang mengerikkan..!" seru Tatsuya, masih dengan perasaan kagetnya. "Mengerikkan bagaimana Kak Tatsuya..?!" seru Nanako. "Ayah memukul roboh pohon cemara itu dari jarak 2 meter, tanpa menyentuhnya Nanako..!" seru Tatsuya menjelaskan

    Last Updated : 2025-04-10
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 246.

    Kraghh..! Kraghh..! Kraghh..!Tiga orang security Bank langsung menghadap ke penciptanya. Hanya dengan 3 kali gerakkan sisi tangan sosok misterius, yang menghantam leher ketiganya hingga patah berderak. Sosok itu langsung menghantam perangkat CCTV, yang memonitor bagian luar kantor. Braghh..!! Perangkat CCTV luar itu langsung hancur berkeping, dan 4 layar monitor di posko itu pun hanya mengeluarkan gambar semut. Sosok berhelm itu melesat kembali, ke pagar gerbang Bank itu dan langsung meremas hancur gembok pagar. Lalu dia membuka pagar itu lebar-lebar. Klaakh..!! Klangg..! Secara beriringan masuk 7 sepeda motor yang kesemuanya berboncengan. Hingga jumlah totalnya 14 orang yang kesemuanya memakai helm. Masuk pula sebuah APV hitam dan sebuah truk box kosong, yang masing-masing kendaraan itu berisi 2 orang, supir dan asistennya. Sosok pembuka jalan itu lalu melesat, dan menghantam pintu masuk Bank dengan kedua telapak tangannya, Braaaghk...!! Praankhh..!! Pintu masuk yang terb

    Last Updated : 2025-04-10

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 263.

    Nadya segera beranjak turun dari ranjangnya, dan mengambil segelas air minum dari dispenser di kamarnya. Glk, glek..! Rasa segar memenuhi kerongkongannya, namun rasa resah dalam dirinya tak jua menghilang. Ingin rasanya dia menelepon Elang saat itu juga. Namun sudah 2 minggu lebih ponselnya tak bisa menghubungi nomor Elang. Karena operator selalu memberi pesan nomor Elang berada di luar jangkauan. Ya, Nadya memang tak mengetahui keberadaan Elang di mana saat ini. Nadya ingat terakhir kali dia menghubungi Elang, pada saat Elang berada di Bali. Maka 'kecemasan luar biasa' kini melanda hati Nadya. Kecemasan akan keselamatan Elang. Pemuda yang sudah menjadi kekasih di hatinya. Nadya merasa tak ingin tidur kembali. Dia hanya memanjatkan do'a dalam hatinya, berharap keselamatan selalu bersama kekasih hatinya itu, saat...Tuttt. Tuuttt..! Nadya yang masih terduduk di tepi ranjangnya bangkit, dan melangkah menuju ponselnya yang terletak di atas meja kamarnya. 'Siapa sih yang pagi-pa

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 262.

    Braghh...!!Permadi yang tak bisa menahan rasa penasarannya, dia reflek memukul lantai di samping tubuhnya, yang masih dalam kondisi bersila. Sedikit saja tenaga dalamnya mengalir. Namun itu saja cukup, untuk membuat lantai di sisi tubuhnya ambyar berlubang. 'Lusa besok aku berangkat ke Osaka. Namun kenapa mimpi brengsek itu selalu datang mengganggu konsentrasiku..?! Siapa kau sebenarnya Kakek Tua..?!' bathin Permadi berseru, penuh rasa marah dan penasaran. Tok, tok, tokk..! "Mas Permadi.." suara merdu Shara terdengar, di depan pintu kamar khususnya. Permadi bangkit dari bersilanya dan beranjak membukakan pintu bagi Shara. Klek.! "Ya Shara.." ucap Permadi, sambil membuka setengah pintu kamarnya. "Mas Permadi tak apa-apa kah..? Tadi Shara mendengar suara keras dari dalam kamar Mas," tanya Shara, dengan wajah agak cemas. "Tak apa-apa Shara. Aku hanya sedang sedikit kesal dengan sesuatu," sahut Permadi datar. "Tapi bukan sedang kesal sama Shara kan Mas..?" tanya Shara agak pan

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 261.

    Ingin rasanya Elang bertemu kembali, dan bertanya pada 'Ki Buyut Sandaka'. 'Apakah ada suatu tanda atau petunjuk, jika dia telah menemukan cinta sejatinya alias jodohnya..? Adakah sesuatu yang belum diketahuinya mengenai kutukkan Naga Asmara..? Atau ke arah mana Elang harus mencari cinta sejatinya di dunia yang luas ini..? Apakah kutukkan Naga Asmara ini akan terus menempel padanya hingga dia mati, jika tak jua menemukan jodohnya..?'Seribu tanya terlintas di benak Elang, namun satu jawab pun tak terungkap..?! Akhirnya dengan di iringi suasana haru dan sedih, dari Yukata dan keluarganya. Dan juga mata beriak basah dari Nanako. Elang pun langsung melesat lenyap, menerapkan puncak dari ilmu 'Pintas Bumi'nya. Elang menolak untuk di antarkan ke stasiun Tokyo, oleh Nanako. Dia lebih memilih ke stasiun seorang diri sambil berjalan-jalan. "Mas Elang. Aku pasti datang ke Indonesia, setelah semua urusan pengadilan selesai," begitu ucapan terakhir Nanako serak, saat Elang pamit tadi. El

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 260.

    "Tak penting darimana aku tahu hal itu. Yang penting sekarang, cepatlah kau pergi tinggalkan negeri ini..! Keluargamu menanti di sana," ucap Elang tegas dan tenang. "Baik..! Terimakasih semuanya..!" Sethh...! Hong Li langsung melesat dengan 'ginkang'nya yang lumayan tinggi. Perlahan sosoknya lenyap di rerimbunan pohon. "Sekarang kalian..! Siapa nama kalian..?" seru Elang. "S-saya Dong Min.." "S-sya Gunadi..' "Kalian berdua harus mau menjadi saksi bagi kami di pengadilan. Katakan, bahwa kalian disuruh oleh Kairi dan Hitoshi, untuk mencelakai keluarga pak Yutaka..! Kami tak akan menuntut kalian. Kami hanya ingin dalang dari semua ini 'divonis bersalah dan dihukum'..! Namun jika kalian menolak. Maka kami jamin kalian akan kami tuntut dan ikut mendekam di penjara bersama Kairi..! Kalian mengerti..?!" sentak Elang tegas. "Ba..baikk..!! Kami mengerti..!" sahut mereka berdua hampir bersamaan. "Gunadi..! Untuk apa kau ikut-ikutan kelompok ini..? Kamu di mana di Indonesia..?" tanya E

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 259.

    "Ahhh..! Ampunnn...!! Saya mengaku kalah..!" seru Gomchen Yeshe, tak berani lagi menatap Elang. Nampak kepala Yeshe tertunduk malu dan lemah tanpa daya. Habis sudah kebanggaannya sebagai pertapa agung. Dia selama ini merasa tak ada lawan baginya, kecuali gurunya sendiri. Dia teringat pada gurunya, Gomchen Karpala. Gurunya pernah mengatakan padanya, bahwa ada beberapa pusaka semesta di bumi ini. Dan hanya orang-orang terpilihlah, yang mampu mewarisinya. Pusaka-pusaka itu berasal dari langit, laut, dan bumi.Splaasshhk..!! Elang melepas kembali aji Guntur Jagad tingkat ketujuh nya. Cambuk Tujuh Petir pun kembali melesat, dan lenyap di pusaran dahsyat awan hitam di langit. Dan perlahan pusaran awan hitam di atas langit itu pun lenyap. Cahaya rembulan kembali menerangi area itu. Dan sesungguhnya memang tiada maksud bagi Elang, untuk melenyapkan atau menggunakan cambuk 7 lidah petirnya. Dia hanya ingin mengintimidasi 'kesombong'an, yang bercokol di hati Gomchen Yeshe. Ya, menghad

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 258.

    "Baik..! Tapi jika kau keterlaluan dan tak sadar diri. Maka jangan salahkan saya menunjukkan kekuatan sejati saya..!" kali ini hampir habis kesabaran Elang, menghadapi pertapa bandel ini. Memang agak 'degil' si Yeshe ini. Sudah beberapa kali Elang mengingatkan dengan halus, bahwa tingkat kemampuan Yeshe masih 'dibawahnya'. Namun hal ini tak juga membuat Yeshe ini sadar diri, serta masih tak mau mengakui kekurangannya. Entah ini karena Yeshe penasaran, atau memang dia keras kepala, dan tak mau melihat kelebihan lawan. Agak tergetar juga hati Yeshe, saat melihat sekilas kilatan tajam merah dari mata Elang. Hal yang seolah memberi warning padanya. Gomchen Yeshe segera duduk bersila, perlahan tubuhnya melayang dalam keadaan bersila. Matanya tajam berkilat dan tampak memancarkan kekuatan magis. Matanya memandang ke arah dua buah pohon cemara, yang letaknya bersebelahan. Kragghh...!! Kraghh..!! Byarrrghhh..!! "A-apaa..?!" "Hahh..!!" "Ya Tuhan..!!" Seruan kaget, ngeri, dan cemas t

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 257.

    "Buktikan kemampuan itu.! Jika tidak ingin aku mencapmu cuma seorang 'pembohong'..!" teriak gomchen Yeshe murka. Ya, dia merasa seperti anak kecil yang sedang di bohongi oleh Elang. Elang langsung menerapkan aji 'Wisik Sukmanya' kembali, ditatapnya Gomchen Yeshe dengan tajam. 'Ilmu seperti itu sudah punah..! Mustahil orang yang sosoknya masih lebih muda dariku bisa menguasainya. Aku.. Yeshe..! Berpuluh tahun aku telah mengasah bathinku. Namun tetap saja masih jauh dari kemampuan itu..!' bathin Yeshe. "Hmm. Pak Tua, terkadang takdir melawan kenyataan. Kau bilang ilmu itu sudah punah..? Namun takdir membuat saya bisa mewarisi ilmu itu. Apakah takdir memilih usia muda ataupun tua, Pak Yeshe..?" perkataan Elang seolah menjawab bisikkan hati Gomchen Yeshe. Elang bahkan menegaskan lagi, dengan menyebut nama Yeshe. "A-apa.?! Amitabha.!" bagai di setrum listrik ribuan volt, Gomchen Yeshe berseru keras. Lalu dia langsung melintangkan telapak tangannya, dalam posisi berdiri di tengah da

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 256.

    "Nanako. Hadapi petarung wanita yang berambut panjang itu, sepertinya dia dari China. Jangan bunuh dia, lumpuhkan saja," bisik Elang pada Nanako di sebelahnya. "Pak Yutaka, hadapi saja Ninja Emas itu. Tatsuya hadapi yang di bawah," ucap Elang cepat. "Baik..!" seru ketiganya mantap. Ninja emas langsung melesat dari atap rumah ke arah mereka, sambil melesatkan 2 buah shuriken emasnya. Sethh..! Werrshh..!Yutaka cepat melesatkan juga 2 shurikennya, memapaki serangan shuriken dari Ninja Emas, Tinngg..!! Criingg..!! Dua buah shuriken yang dilepaskan Ninja Emas langsung terpental jauh, saat bentrok dengan shuriken yang dilepaskan Yutaka. Sementara shuriken Yutaka terus melesat cepat ke arah sosok Ninja Emas. "Hahh.?! Gila..!" Ninja Emas terkejut bukan kepalang, melihat shurikennya terpental jauh, oleh shuriken lawan. Sethh..! ... Taph..! Ninja Emas langsung melesat ke samping, dan menggulingkan dirinya ke tanah lalu berdiri kembali. Dari sini dia pun menyadari. Bahwa tenaga dala

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 255.

    "Baik Elang, terimakasih," sahut Yutaka, Tatsuya, dan Mayumi serentak. "Terimakasih Mas Elang," ucap Nanako, dengan mata beriak basah. Dia merasa sangat berhutang budi pada Elang, yang telah menyelamatkan keluarganya dari ancaman kematian. Rasa sayang dan respeknya terhadap Elang semakin menjadi. "Sudahlah Nanako. Mari saya buka beberapa simpul energimu," Elang mempersilahkan Nanako bersila. Tak lama kemudian, beberapa simpul energi Nanako pun berhasil di buka oleh Elang. Elang merasa energi Nanako kini bahkan paling bersinar dan paling kuat, di antara keluarganya. Karena pada dasarnya, Nanako memang memiliki bakat yang terbaik diantara keluarganya. Dan Elang tak merasa begitu cemas lagi, atas keselamatan Nanako nanti malam. Rupanya pelayan Yutaka di rumah itu cukup tanggap. Mengetahui keluarga Tuannya datang, mereka pun langsung memasak agak spesial siang itu. Maka siang itu mereka pun makan siang bersama, dengan suasana yang cukup hangat. Hati mereka tak lagi cemas seperti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status