Share

Bab 112.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-03-01 00:09:52

‘Hhhh. Kau benar Elang, rupanya aku tak bisa menyembunyikan sesuatu darimu’, bathin Brian, sambil menghela nafasnya.

“Kau benar Elang. Bapak sama sekali tak menganggapmu lancang dalam hal ini. Terimakasih Elang.

Baiklah, bapak akan mencoba berbaikkan padanya nanti,” Brian akhirnya berkata dengan kesadarannya.

Senyum terimakasih terlukis di wajah Brian.

“O ya, Pak Brian. Saya harap Bapak tak menolak pinjaman dana dari saya, yang tak seberapa ini.

Semoga dana ini bermanfaat, untuk menyegarkan kembali kondisi perusahaan Bapak,” Elang berkata sambil menyerahkan selembar cek pada Brian, yang menerimanya dengan mata basah.

Brian melihat nilai 15 miliar rupiah tertera di atas cek itu. Seketika pandangan Brian pun menjadi kabur. Akibat terselaputi oleh air matanya, yang mulai menggulir tak tertahan.

‘Elang.! Siapa kau..? Mengapa kamu begitu baik pada kami..?’ bathin Brian sesak. Karena uang itu sangat lebih dari cukup, untuk mengembangkan usahanya.

“B-bagaimana caranya saya mengembali
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
BayS
sdh up kok ka
goodnovel comment avatar
Windasari
lanjut thor makin panas konfliknya.
goodnovel comment avatar
BayS
coba keluar dulu terus masuk lagi ka.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 113.

    Plaaghk..!! “Arrghks.!!” seru keras dan kaget Dean. Telinganya berdenging seperti lengking ceret mendidih..! Dan kedua pipinya yang cukup putih itu, kini bagai adonan kue yang panas mengembang. Salam lima jari bagai stempel sayonara juga terlukis di pipinya. “Re..Revaa..! Ini tidak seperti yang kau pikirkan..!” seru Dean panik, sambil tetap memegangi sebelah pipi kanan indahnya yang membengkak. Tangan kanannya bergerak hendak menjamah pundak Reva. Namun langsung saja di tepis oleh Reva, yang masih menatapnya dengan nafsu merajam Dean hidup-hidup. “Aku tak ada hubungan apapun dengan Shafa..!” seru Dean, dan itu adalah kesalahan ganda bagi Dean. Plagh..!!“Arrghks..!!” Kembali bunyi ceret mendidih berdenging di kedua telinga Dean. Dan dua gambar tangan berwarna merah, menjadi tambahan koleksinya di sore yang ‘membagongkan’ bagi Dean itu. Ya, Kali ini pelakunya adalah Shafa, sepupu Reva. “Kita putus..!!” seru Reva dan Shafa hampir bersamaan.Ya, rupanya Reva maupun Shafa membua

    Last Updated : 2025-03-01
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 114.

    "Lupakan saja Lia. Aku memang agak sensitif, jika orang bicara soal kekayaan orangtuaku. Karena gara-gara mengejar kekayaan itulah, orangtuaku sampai tak menganggap aku ada, dan hidup di antara mereka,” Reva berkata dengan wajah yang nampak muram. Teringat Reva, saat pengambilan raport di sekolah dulu, yang mengambilnya adalah supirnya. Saat dia berteriak kaget mengalami haid pertamanya, yang menenangkannya adalah pelayannya. Bahkan saat dia ulang tahun pun, yang terlihat hanya postingan kedua orangtuanya di medsos, yang mengucapkan selamat padanya. Tapi pada kenyataannya..?! Bibir kedua orangtuanya tak mengucapkan sepatah kata apapun, secara langsung padanya di rumah..! Apalagi memeluk dan mengecupnya..! Itu mustahil..! Ya, Reva menganggap Itu semua hanyalah kamuflase orangtuanya di dunia luar. Agar publik menganggap, bahwa mereka perhatian pada putrinya. Dan pernah sangat menyakitkan bagi Reva, saat sebuah foto terpampang di IG mamahnya. Sang mamah tampak sedang mencium pu

    Last Updated : 2025-03-02
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 115.

    Elang segera menerapkan ‘mata bathin’nya, yang merupakan bagian dari aji ‘wisik sukma’ miliknya.Kini mata bathin Elang menatap tembus dinding kamar hotel. Diarahkannya pandangannya pada kamar, yang berada di sudut lorong itu. Dan Elang pun menjadi terkejut di buatnya. Nampak dalam mata bathinnya, dua gadis itu dalam keadaan yang menyedihkan di atas ranjang. Ada dua buah ranjang, di dalam kamar yang cukup luas itu. Kini kedua tangan dan kaki gadis itu tengah di ikat dengan tambang, yang ditambatkan ke masing-masing pojokkan ranjang. Kedua tangan dan kaki mereka melebar bagai huruf ‘X’ di atas ranjang. Pakaian kedua gadis itu pun sudah tanggal lepas, dan tergeletak begitu saja di lantai kamar. Ya, kini tubuh dua gadis itu hanya tertutupi oleh bra dan celana dalam saja. Tampak pemuda perlente di antara mereka, dia memandang tubuh keduanya silih berganti. Dean seolah sedang menaksir, mana wanita yang lebih dulu akan dikerjainya. Sepasang matanya pun berminyak penuh hasrat. Air ma

    Last Updated : 2025-03-02
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 116.

    Plaghk..! Plakh..!! Dughk..! ... Plaghk..!!Terdengar pembantaian sedang terjadi di dalam kamar khusus..! Dengan bersenjatakan sebelah sepatu diskonya. Reva membombardir wajah dan tubuh Dean, dengan amarah yang telah tiga hari ini di pendamnya. Bahkan api yang telah membara di dada Reva pada Dean bagai semakin berkobar. Dengan adanya insiden penculikkan dan pemerkosaan yang gagal itu..! Wajah Dean hancur babak belur dan berlumuran darah, di hantam hak sepatu disko Reva. Namun anehnya air mata Reva malah semakin deras menggulir di pipinya. Ya, biar bagaimanapun juga dalam setahun lebih kedekatannya dengan Dean. Pastilah pernah terselip ‘kisah indah’ di antara mereka berdua. Dan air mata Reva adalah jawaban dari rasa penyesalannya. Karena ia pernah ‘sangat percaya dan menaruh harapan’ pada Dean, yang ternyata hanyalah seorang ‘playboy cap tusuk gigi’. Elang menghampiri Reva, dia masuk ke dalam kamar khusus itu. Elang melihat kondisi mengenaskan Dean. Jidat Dean benjol sebesar te

    Last Updated : 2025-03-02
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 117.

    Seth..! Elang reflek melesat ke depan dengan sangat cepat. Lalu dia menoleh ke arah suara klakson tadi. Dan betapa gemasnya Elang, saat mengetahui yang mengagetkannya dengan klakson adalah dua gadis yang tadi. Reva agak geli melihat kekagetan Elang. Namun disisi lain dia juga sangat terkejut, melihat daya lesat yang di tunjukkan oleh Elang. Reva hanya melihat kelebatan bayangan Elang, lalu tiba-tiba Elang sudah sekitar 200 meter di depannya. ‘Masih manusiakah pemuda bernama Elang ini..?!’ bathin Reva agak bergidik. Ternyata bukan hanya Reva saja yang ngeri dan kaget. Julia juga berpikir hal yang sama seperti Reva. 'Apakah dia hantu..?!' bathin Julia ngeri. Wajah Julia nampak pucat, saat mobil Reva akhirnya tiba di dekat Elang, yang seperti gemas menunggu mereka. “Kalian ini mengagetkan orang saja..!” seru Elang kesal. “M-maaf Mas Elang, kami tak sengaja. Kami cuma mau mengucapkan terimakasih,” ucap Reva agak tak enak hati, melihat wajah kesal Elang. “Kalian kan sudah berter

    Last Updated : 2025-03-03
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 118.

    "Saya cuma teman ketemu di jalan sama Reva, Bii,” ucap Elang tersenyum ramah. Wajah Bi Rina pun tersenyum membalas senyuman Elang, ‘Pemuda yang baik’, bathin bi Rina. Ya, dia sudah banyak melihat watak dan karakter orang selama masa hidupnya. Dan matanya tak bisa di tipu dengan kepura-puraan. Dan dia pun langsung bisa mengambil kesimpulan, beberapa saat setelah melihat prilaku Elang yang apa adanya. Dia pun beranjak ke dapur untuk membuat minuman. Reva agak terkejut melihat senyum Bi Rina pada Elang. Karena sangat jarang tamu di rumahnya yang mendapat senyum dari bibinya itu. Bahkan Dean yang beberapa kali ke rumahnya, tak pernah dia sekali pun mendapat senyumnya. ‘Bahkan Bi Rina pun tersenyum padamu Elang’, bathin Reva, semakin penasaran pada sosok Elang. “Mas Elang, bolehkah aku bertanya pada Mas?” Reva berucap. “Tanya soal apa Reva?” sahut Elang bertanya.“Mas Elang sebenarnya berasal dari Bogor daerah mana ya? Apakah keluarga Mas Elang tak merasa kehilangan dengan kepergi

    Last Updated : 2025-03-03
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 119.

    Sementara itu terjadi kehebohan di Hotel MoonLight. Kehebohan terjadi saat Elang menarik aji ‘Sirep Megantara’nya, setelah ia tiba di X Club semalam. Yang pertamakali terdengar adalah lengkingan indah 11 oktav dari Dean, “Aaarrhhks...!!!” Sedemikian menyayat hatinya suara jeritan Dean, dari kamar khusus yang pintunya terbuka lebar itu. Akibat pintunya terganjal tubuh dua orang temannya, yang terkapar dan juga mulai sadarkan diri itu. “Bos Muda..! Wajahmu penuh darah..! Siapa yang melakukan ini padamu Bos..?!” teriak kedua orang bayarannya panik, dengan wajah pucat. ‘Bisa celaka kita, kalau Bos Besar marah melihat kondisi anaknya ini..!’ benak kedua orang bayaran itu, otomatis berpikir hal yang sama. Klek, klekh, ... Klekh!Beberapa pintu kamar hotel, di lorong yang sama dengan kamar khusus itu terbuka sedikit. Dan semua mata di celah pintu memandang ke arah yang sama, ke arah kamar khusus di pojok lorong. Hingga saat muncul 3 sosok tubuh dari kamar khusus itu, Klakh..! Brak

    Last Updated : 2025-03-03
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 120.

    “Siapp Bos!” mereka berdua pun maju menghampiri Roni dan Kasim, yang wajahnya sudah pucat pasi itu. Namun Roni dan Kasim sudah pasrah saja, menerima nasib mereka. ‘Dimana lagi mereka bisa bekerja dengan gaji besar, tanpa harus menguras pikiran? Ya, hanya di sini’, bathin Roni dan Kasim. Baghh..! Bughh..! ... Plaghh..!! Terdengar hantaman bertubi-tubi dari Joko dan Markus, yang deras melanda wajah Roni dan Kasim. Ya, keduanya hanya bisa berteriak kesakitan, menerima hantaman demi hantaman di wajah mereka. Mungkin ini juga sebuah karma, atas perbuatan mereka sendiri, yang juga kerap melakukan kekerasan pada orang lain. “Hari..! Tanto..! Bondan..! Kalian harus cari tahu, siapa yang membuat putraku Dean babak belur begitu..?! Sekarang kalian pergi ke Hotel MoonLight..! Teliti dan periksa rekaman CCTV hotel malam tadi..!! Cepatt..!” bentak Dibyo. Ya, darah di kepalanya serasa meluap dan mendidih. Mengingat kejadian pembantaian putranya itu, terjadi di salah satu hotel miliknya sen

    Last Updated : 2025-03-04

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 273.

    Padahal jika Elang mau, maka dia bisa membawa beberapa 'barang antik', dari peradaban dalam dimensi itu. Seperti halnya 'cincin mustika Nagandini', yang berhasil ditariknya dulu untuk Nadya. Akhirnya setelah merasa cukup puas melihat-lihat. Elang memutuskan untuk kembali ke hotelnya, yang berjarak sekitar 25 menit dari kuil itu. Elang pun naik bus umum yang melintas di sekitar area kuil itu. *** Permadi baru saja usai makan malam, dan kini dirinya tengah memandangi gemerlap lampu kota Osaka di malam hari, dari jendela kamar hotelnya. Ya, tak lama lagi dia akan mulai mendeteksi keberadaan energi Elang dari kamarnya itu. Jujur saja hati Permadi berdebar-debar. Karena dia bisa merasakan, jika energi Elang adalah energi terbesar, yang pernah dirasakannya dimiliki seseorang. 'Aku tak boleh mundur lagi. Sekarang atau tidak selamanya..!' seru bathin Permadi menguatkan tekadnya. Teringat dia kenangan masa lalunya. Kenangan saat dia ditinggal mati oleh kedua orangtuanya. Betapa dia

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 272.

    "Tapi tak apa Mas Elang jalan-jalan saja dulu. Daripada buru-buru bertemu Keina," ucap Nanako merasa senang. 'Aneh memang pola pikir dua wanita Jepang ini. Keina senang aku cepat keluar dari rumah Nanako. Sedangkan Nanako senang, kalau aku nggak buru-buru ke rumah Keina. Sungguh memusingkan..!' gerutu bathin Elang. "Mas Elang pasti sekarang sedang kelaparan ya..? Hihii," tebak Nanako tepat ke sasaran. Nanako memang paham, dia memperhatikan pola makan Elang selama berada di rumahnya. Dia tahu saat jam-jam pagi, biasanya Elang suka melintasi meja makan rumahnya saat bangun tidur. "Ahh..! Nanako tahu saja kamu. Hahaa," Elang tak bisa ngeles lagi. Karena sambil bicara, dia juga sambil mengunyah pelan-pelan rotinya. Tapi tetap saja ketahuan oleh Nanako, jika dia sedang makan sesuatu. Jujur saja, Elang lebih senang menganggap Nanako bagai adiknya sendiri. Nanako ini paling bisa meledek dan bermanja-manja padanya, saat Elang di rumahnya. "Ya sudah. Mas Elang lanjut makannya ya. Nanak

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 271.

    Tuttt.. Tuttt.. Tuutttt..!Kini di layar ponsel Elang tertera, 'Keina Yoshida memanggil'. Klik.! "Ya Keina," sahut Elang. "Mas Elang di mana sekarang..? Kok belum datang ke rumah..?" "Saya masih di Awaji Island Keina. Mau menikmati pemandangan dulu," sahut Elang jujur. Dia khawatir Keina ngambek, karena tidak langsung ke rumahnya setelah dia keluar dari Tokyo. "Hmm. Nggak ngajak-ngajak ya, hihi..! Ya tak apa-apa Mas Elang, daripada menghabiskan waktu di Tokyo bersama Nanako. Keina boleh nyusul nggak mas Elang..?" tanya Keina. "Lebih baik tak usah Keina, dua hari lagi juga saya ke rumah," sahut Elang. Ya, dia sedang benar-benar ingin sendiri, untuk menikmati akhir perjalanannya di negeri Sakura ini. "Baiklah, selamat bersenang-senang Mas Elang." Klik.! *** "Selamat jalan Mas Permadi, cepatlah kembali sayank. Mmmhh," Shara mengucapkan salam, seraya mencium pipi Permadi. Saat Permadi hendak memasuki pesawat. "Terimakasih Shara," ucap Permadi, sambil menatap Shara. Hidup bers

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 270.

    Tidak heran, 'Samara Embankment' adalah tempat wisata alam yang tidak hanya gratis, tapi juga wisata unggulan. Di sungai Volga, kita bisa melihat pemandangan alam yang sangat cantik, kendati pada siang hari dan suhu cukup tinggi. Namun, kita bisa berteduh di bar dan restoran yang tersedia, tidak jauh dari pedestrian. Dan di sanalah kini seorang wanita cantik duduk termenung, memandangi keindahan alam yang terhampar dihadapannya. Tapi tunggu dulu, mata sang wanita memang mengarah ke hamparan sungai indah di depannya, namun tidak dengan 'pikiran'nya. Sesosok pemuda tak pernah lepas dari 'benaknya', sejak kepulangannya dari Bali. Sosok pemuda itu terus membayangi kemanapun dia berada. Sosok pemuda yang telah menerima 'cincin' kenangan darinya. Ya, sosok itu adalah Mila..! Sejak kepulangannya ke Samara, hatinya bagai tertinggal di Bali bersama Elang. Dan akibat kerinduannya yang mendalam, selama seminggu ini dia terus melakukan panggilan terhadap Elang. Namun tiada pernah ada nada

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 269.

    Bip..! Nadya :"Sudah tidur belum Mas Elang..?" Balas : "Belum Nadya." Nadya :"O iya Mas Elang, minggu depan Nadya ujian Sripsi. Doa'in ujiannya lancar ya Mas." Balas : "Pasti Nadya. Mas percaya Nadya pasti lulus dengan gemilang." Nadya:"Minggu depan mudah-mudahan Mas Elang sudah di Jogja ya. Biar bisa merayakan kelulusan Nadya." Balas :"Mudah-mudahan Nadya. O iya, sekarang Mas menginap di 'Yumekaiyu Awajishima Hotel'. Mas baru saja masuk malam ini." Nadya :"Wah, asyiknya bisa travelan terus. Besok-besok Nadya ikut lho Mas." emot senyum plus ketawa. Balas : "Boleh-boleh saja, kalau nggak ada yang marah Nadya." emot kedip mata satu. Nadya:"Ihh. Siapa yang berani marahin Nadya, wee.." emot ngeledek. Nadya:"Nanti lanjut ya Mas. Nadya dipanggil Mamah, paling di suruh dinner." Balas : "Ok." emot jempol. Elang beranjak dari ranjang dan memandang keluar kamar, melalui jendela kamar yang cukup luas. Belum lama Elang meresapi keindahan pemandangan malam, dari jendela kamarnya, Tiba

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 268.

    'Luar biasa..! Bahkan Bos sudah berpikir jauh ke depan', bathin Rodent. Dalam kesendiriannya, Rodent kadang juga bertanya-tanya. Akan sampai kapan mereka menjadi buronan aparat..? Ternyata pertanyaan itu kini sudah terjawab, dengan ucapan Permadi barusan. Dan hatinya pun menjadi makin mantap, untuk bersetia pada Permadi hingga akhir hayatnya. "Siap Boss..!” seru Rodent bersemangat. Klik.! Suara adzan magribh berkumandang, Permadi pun beranjak masuk ke dalam rumahnya. Dari wajahnya nampak Permadi sedang memikirkan sesuatu hal, yang begitu mengganjal di hati dan benaknya. Entah hal apa gerangan. "Mas Permadi sayang, sebenarnya apa yang sedang Mas pikirkan..?" tanya Shara, saat dia melihat Permadi masuk ke kamar dan hanya diam duduk di tepi ranjang. "Tidak ada apa-apa Shara. Aku hanya lelah saja," sahut Permadi. "Apakah Mas Permadi mau Shara pijat badannya..? Biar rasa lelahnya hilang," tanya Shara lagi. Walau dia tak terlalu bisa memijat, tapi demi pria kesayangannya ini, dia

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 267.

    "Baiklah Elang. Nanti tante akan kirimkan nomor rekeningnya. Tapi tante tak akan memakai uang kiriman dari Elang, selain hanya untuk simpanan ...... 'anak kita'," Halimah berkata terputus. Ya, Halimah agak bingung menyebut apa pada anak yang di kandungnya. Akhirnya dia menyebutkan 'anak kita' pada Elang. Wajahnya langsung 'merah merona', saat dia mengatakan itu. Halimah terbayang kembali, saat-saat 'penuh madu' bersama Elang dulu dikamarnya. Wanita yang tetap cantik di usia matangnya itu. Dia 'sejujurnya' sangat merindukan saat-saat manis itu, bisa terulang kembali dalam hidupnya. "Baik Tante, tolong dikirim ya. Salam buat Om Baskoro." Klik.! Elang menutup panggilannya pada Halimah. Dia berniat memasukkan saldo 10 miliar rupiah, pada rekening Halimah nanti. Elang kembali melihat-lihat kontaknya, dia mencari nomor Sekar di list kontaknya. Lalu... Tuttt.... Tuttt... Tuutttt.! "Halo. Kang Elang..?!" sapa suara merdu Sekar, yang sedang berada di kamarnya. "Halo Mbak Sekar. Baga

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 266.

    "Pak Daisuke, Pak Matsuki. Ayo temani saya makan bersama. Saya tak bisa makan sendirian. Anggap saja sebagai ucapan terimakasih saya pada Bapak berdua, yang sudah 'bekerja' mengantar saya ke sini," ajak Elang hangat. Ya, Elang mengatakan 'bekerja' bukan membantu. Itu karena Elang sangat paham, dengan 'budaya malu' yang mengakar kuat di negeri ini. Sehina-hinanya kaum miskin negeri ini. Mereka sangat jarang meminta-minta, bahkan hampir tak terlihat pengemis di negeri ini. Mereka juga tak akan mau menerima sesuatu tanpa 'bekerja'. Walaupun hanya sebagai pemulung atau buruh serabutan sekalipun. Rata-rata mereka merasa malu, bila menerima sesuatu dari rasa belas kasihan. Itulah moral yang masih dipegang erat masyarakat negeri ini, budaya malu.!"Ahhh. Bagaimana Matsuki..?" tanya Daisuke menatap Matsuki temannya. Agak lama akhirnya Matsuki menganggukkan kepalanya. Akhirnya mereka bertiga makan siang di rumah makan itu. Tampak kedua lelaki itu tersenyum gembira. Elang sengaja menga

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 265.

    Tuttt.... Tuttt..! 'Pak Yutaka memanggil' tertera di layar ponsel Elang. Klik.! "Ya Pak Yutaka," sahut Elang. "Halo Elang. Di mana posisimu sekarang..?" tanya Yutaka. "Saya di Kobe sekarang Pak Yutaka. Berjalan-jalan dulu sebelum kembali ke Indonesia," sahut Elang. "Wahh, pantas kemarin aku tanya Pak Hiroshi, kamu belum datang katanya. Hahaa!" Yutaka memaklumi keinginan Elang berjalan-jalan seorang diri, sebelum dia pulang ke Indonesia. Tentunya pemuda ini ingin bebas lepas, melihat apa yang belum dilihatnya di Jepang, pikir Yutaka. "O iya Elang. Aku menitip sedikit di saldo rekeningmu ya. Sebagai tanda terimakasih keluarga Kobayashi atas pertolonganmu. Sepertinya sampai mati pun, kami tak akan sanggup kami membalasnya Elang. Terimalah pemberian kami yang sedikit itu ya." Ungkap Yutaka, dengan rasa terimakasih yang tulus pada Elang. "Pak Yutaka. Sungguh hati saya sudah senang, melihat 'kemelut' di keluarga Bapak sudah berlalu. Melihat keluarga Bapak bisa tenang dan bahagi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status