Valentino masih susah untuk mempercayai apa yang sedang dilihatnya sekarang.
Di kardus besar yang baru saja dibuka oleh David dan Bara terdapat sebuah wine yang cukup langka. Wine itu seharusnya tidak boleh diperjualbelikan di Indonesia. Pemerintah Indonesia bahkan telah mengeluarkan larangan keras untuk tidak memperjual belikan wine itu.
Hal ini dikarenakan wine dengan merk VN12 tersebut mengandung senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Valentino sendiri sudah pernah mendengar juga tentang banyak sekali orang yang akhirnya seperti kecanduan keras terhadap minuman satu itu.
Di tempatnya tinggal dulu, di Inggris dekrit pembatasan untuk konsumsi minuman yang berbahaya itu sudah dikeluarkan oleh pemerintah.
Lalu bagaimana bisa saudara tirinya itu berurusan dengan hal seperti ini? Ini luar biasa berbahaya.
"VN12. Bagaimana bisa Anda mendapatkan ini?" tanya Valentino pada Bara selaku yang menjalankan bisnis itu.
Bara malah tersenyum pongah.
Seakan belum cukup semuanya. Valentino sedang diajak ke sebuah ruangan khusus untuk beberapa orang yang bisa membayar dana yang lebih besar. Ruangan itu cukup besar dan banyak sekali fasilitas mewah di dalamnya. Namun anehnya semua itu hanya terdiri dari sebuah kasur yang sangat besar dan juga sofa yang sangat mewah. Yang lebih mengagetkan lagi bagi Valentino, Valentino harus dipaksa untuk menodai matanya. Di depannya tampak beberapa gadis dengan pakaian minim yang sangat menggoda sedang tiduran di kasur Itu dan juga sebagian di sofa dengan tatapan yang menggoda. Bara dan David langsung saja menyerbu wanita-wanita itu dan melakukan sesuatu yang sangat menjijikkan di depan matanya. Dengan tidak tahu malunya, David meraba-raba para wanita itu dan yang lebih mencengangkan lagi Valentino harus melihat mereka itu bercinta. "Hei, apa gadis-gadis ini tidak ada yang sesuai dengan selera Anda?" tanya David. "Oh. Bukan begitu. Tapi saya baru saja melaku
Valentino untuk pertama kalinya masuk ke dalam sebuah Kasino. Seharusnya dia tidak perlu melakukan hal ini, tapi dia pun perlu untuk tahu jenis bisnis apa yang berada di sekitar David agar suatu saat jika dia membutuhkan keterangan ini, setidaknya ini akan membantunya. "Mau main?" tanya Stefan. "Tidak. Saya cukup jadi penonton saja," jawab Valentino. Stefan tak merespon ucapan Valentino dan dia malah langsung ikut dalam permainan itu. Di meja itu sudah terdapat beberapa orang yang tampak bersiap untuk ikut dalam judi itu. Stefan sedang membutuhkan suatu pelampiasan agar kemarahannya bisa mereda akibat wanita yang menjadi simpanannya itu hampir saja kabur dari cengkramannya. Valentino sendiri malah sedang mengamati ruangan itu yang benar-benar sangat ramai. "Sendiri saja?" tanya seorang wanita yang tampak berpakaian menggoda. Salah satu Lady Escort terbaik di kasino itu sedang menyapa Valentino. "Kalau sendiri, boleh say
"Apa!?" teriak Valentino dan Agusta secara kompak. David hampir saja terlonjak dari tempatnya karena kaget. "Bapak dari mana bisa memiliki pemikiran seperti itu?" tanya Valentino dengan rasa heran yang cukup tinggi. David malas sekali menanggapi karyawannya yang tidak penting itu. "Kalau bukan pacaran apa namanya? Kalian sering menghabiskan waktu berdua. Dan aku juga baru menyadari hal itu. Kalau bukan pacaran sekarang apa namanya? Teman? Tidak mungkin rasanya Agusta mau berteman dengan karyawan rendahan seperti kamu," ucap David. Valentino menahan dirinya agar tidak berbuat kasar. "Tapi kami itu..." "Iya, Pak. Kami memang berpacaran," jawab Agusta yang membuat Valentino melotot ke arahnya. "Dan saat ini kami mau berkencan jadi bolehkah kami pergi sekarang?" tanya Agusta. David kini merasa terkejut karena pengakuan yang dia dengar langsung dari Agusta. "Permisi, Pak." Agusta lalu menggandeng Vale
Detektif Ferisha bangkit dari tempat duduknya dan kemudian mengulurkan tangannya. "Selamat sore, Pak Agusta," balas Ferisha. Agusta dan Ferisha saling berjabat tangan. "Ah iya, ini Valentino Araya, sahabat saya yang ingin meminta bantuan kepada Anda," ucap Agusta. "Ferisha," ucap Detektif wanita itu tegas. Valentino mengulurkan tangannya pada Ferisha dan dijabatnya tangan itu. "Valentino," balas Valentino. "Silahkan duduk!" ucap Ferisha. Mereka pun duduk berhadapan sekarang. Valentino masih tidak habis pikir karena ternyata detektif yang disewa oleh Agusta itu adalah Detektif wanita. Dan sampai beberapa detik dia sudah duduk di depan wanita cantik itu, dia masih belum bisa mengutarakan apa yang ada di kepalanya. Dia masih sangat heran karena ternyata di Indonesia ada detektif wanita yang juga sepertinya cukup hebat. "Jadi apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?" tanya Ferisha sopan pada Valentino.
"Maksud Anda?" tanya Valentino tak percaya. "Anda tidak bisa menggunakan identitas palsu terus-menerus karena itu sangat bertentangan dengan hukum di Indonesia," ucap Ferisha sambil mencoretkan sesuatu di sebuah kertas. "Tapi bukankah saya sudah memberitahu Anda jika saya melakukan ini itu karena ini salah satu cara bagi saya untuk bisa masuk ke dalam keluarga Araya?" sergah Valentino. Ferisha menoleh langsung ke arah Valentino. "Tujuan Anda tidak bisa dibenarkan. Walaupun Anda memang tidak terbukti memiliki niat yang buruk dengan menggunakan tiga identitas sekaligus, tetap saja ini sangat menyalahi aturan. Jadi saya sarankan Anda tidak lagi menggunakan identitas palsu untuk melancarkan tujuan Anda," ucap Ferisha. Ferisha langsung bangkit sedangkan Valentino sekarang hanya terdiam membeku. "Saya langsung permisi dulu. Saya ada pertemuan dengan klien yang lain. Sampai ketemu nanti di agenda berikutnya," ucap Ferisha tenang dan dia pun m
Alfredo terkejut dengan perubahan sikap Valentino. Sebelumnya pria yang dikenalnya sebagai Aditya Putra itu dikenal dengan pria culun yang lemah dan juga tak bisa berbuat apa-apa. Namun hari ini dia terperangah saat pria culun itu menarik keras salah satu karyawan lain yang yang berkomentar tentang hubungan sesama jenisnya dengan Agusta. Alfredo bahkan bisa melihat kilat marah yang terlihat jelas di mata coklat tua milik Valentino. Ini pertama kalinya dia melihat karyawan yang tidak disukainya itu menyorot tajam ke arah semua orang yang telah menghinanya dengan kejam. Dia bahkan menantang semua karyawan yang berani menghina dirinya. Semua karyawan yang telah berkali-kali menghinanya pun hanya bisa terdiam karena terlalu terkejut dan syok atas apa yang baru saja terjadi di depan mereka. Seorang pria culun yang selalu dihina oleh mereka kini telah berubah menjadi sosok pria dingin yang begitu siap untuk menerkam siapa saja yang telah men
"Kenapa bisa begitu?" tanya Valentino yang kini sudah berdiri dengan gusar. "Aku tidak tahu. Mereka tiba-tiba saja tidak masuk ke kantor dan tak ada yang mengetahui mereka ada di mana sekarang," jawab Agusta. Valentino mengusap rambutnya karena mulai bingung. "Mereka tidak mungkin pergi begitu aja. Pasti ada sesuatu atau seseorang yang membuat mereka pergi. Apa menurutmu ini ada hubungannya dengan David?" tanya Valentino. Agusta tampak menoleh ke arah sahabatnya itu. "Bisa jadi," ujar Agusta. "Karena ini terlalu aneh. Mereka hilang secara bersamaan. Dan sama-sama tak ada yang mengetahui jejak mereka. Aku pikir mereka pasti disuruh untuk bersembunyi oleh David tau Rosa," tebak Valentino. "Kau benar, Valen. Tidak ada yang berurusan dengan mereka berdua secara bersamaan kecuali Rosa ataupun David. Tapi yang jadi pertanyaan adalah alasannya apa mereka bersembunyi?" ucap Agusta bingung. Valentino mengambil sebuah air mineral
"Kenapa kau bisa keluar dari kamar ibuku?" tanya David yang baru saja tiba di rumah. "Tadi saya membantu Nyonya ke kamarnya karena beliau merasa sedikit pusing," jawab Misky. David agak terkejut, pasalnya saat tadi pagi sebelum dia berangkat ke kantor, ibunya baik-baik saja. "Ibuku sakit? Apa kau sudah menelepon dokter?" tanya David. "Ibu Anda hanya merasa tidak enak badan sedikit, Tuan Muda," jawab Misky. "Oh, begitu. Apa dia sekarang sudah tidur?" tanya David. "Belum, Tuan Muda. Nyonya baru saja selesai memakan makan malamnya di dalam kamar," ucap Misky. David mengangguk. "Baiklah kalau begitu, aku masuk dulu," kata David. "Baik, Tuan Muda. Saya permisi ke bawah," ujar Misky. David tak menjawab danlangsung saja masuk ke kamar ibunya tanpa mengetuk pintu. "Ibu baik-baik saja?" tanya David yang kini sudah masuk dan sedang berjalan ke arah panjang ibunya yang terlihat sedang duduk sambil meminum a
Dear, Readers. Terima kasih sudah setia membaca kisah Valentino Araya selama ini. Valentino Araya menjadi salah satu tokoh favorit saya (yah gimana nggak jadi favorit kalau saya sendiri yang menciptakannya) hehe. Ide novel ini tercipta begitu saja dan tidak menyangka jika ternyata banyak yang merelakan waktu dan juga koinnya untuk membaca kisah ini. Sungguh saya tidak pernah menduganya. Mohon maaf jika masih banyak sekali typo.Tapi jangan khawatir, akan segera direvisi agar nyaman dibaca. Season 1 dari Sang Miliarder yang Tersembunyi telah selesai ya readers. Saya akan kembali untuk season 2 ya readers, tapi kemungkinan tidak akan secepat season1 updatenya. Terima kasih,
Beberapa orang terlihat berdiri karena terlalu terkejut sedangkan beberapa lainnya masih duduk dengan ekspresi yang mulai terlihat sangat takut. Mereka saling melihat kearah orang-orang di sekitar mereka karena takut jika mereka duduk disekitar orang yang menjadi pembunuh Misky itu.Ferisha masih terlihat sangat tenang sekali tanpa apa rasa takut sedikitpun. Dia juga telah memerintahkan mantan anak buahnya dan juga bersama-sama dengan polisi untuk menangkap pembunuh itu di gedung itu."Tak perlu khawatir. Pembunuh itu sudah diawasi dengan ketat oleh banyak polisi yang ada di sini jadi Anda tidak perlu mencurigai orang-orang di sekitar Anda," lanjut Valentino.Aryan menatap sahabatnya itu dengan bingung tapi dia tidak mengucapkan apapun.Valentino mengangguk pada Ruslan. Ruslan langsung mengangguk pada ada polisi yang juga berdiri di sampingnya.Petugas polisi itu kemudian mendekat ke arah Aryan."Pak Aryan, Anda ditangkap atas pembunuhan ter
Valentino telah yakin atas apa yang dia lakukan. Ferisha memang tidak memberitahu dirinya mengenai kecurigaan istrinya itu pada salah satu orang yang dianggap benar-benar melakukan pembunuhan itu.Akan tetapi dia ingin mengalihkan pikirannya dulu dan berujar, "Aryan, bersiap-siaplah karena aku akan segera melantik dirimu menjadi direktur pemasaran."Aryan mengangguk kemudian dia keluar dari ruang kerja Valentino. Pria itu tersenyum dan berjalan kembali menuju ruangannya.Setelah pria itu keluar dari ruang kerjanya, Valentino menghubungi istrinya dan mengatakan akan pulang dengan cepat.Ferisha telah menyiapkan makanan untuk sang suami. Saat Valentino di apartemen mereka, dia itu langsung menghambur ke pelukan istrinya."Hei, apakah kau terlalu merindukan aku sampai kau memelukku seperti ini?" tanya Ferisha sambil mengusap punggung suaminya itu.Ferisha melepaskan pelukannya dan menatap suaminya yang terlihat cukup sedih itu."Apa yang
Malam itu Ferisha menemani suaminya hingga suaminya itu bisa tertidur pulas di tempat tidur mereka. Ferisha tidak langsung tidur cantik langsung saya menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan terhadap Misky. Wanita itu sedang hamil besar dan kehamilannya telah mencapai usia tujuh bulan. Usia kehamilan yang sudah memasuki usia tua karena sebentar lagi dirinya akan segera melahirkan. Akan tetapi, semangatnya untuk mengungkap kasus itu tidaklah sirna karena dia telah mencurigai seseorang yang mungkin saja menjadi pelaku utama dalam kasus pembunuhan itu. Dia sangat yakin dugaannya itu benar karena banyak hal yang mencurigakan tentang orang itu. Ferisha hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tak bisa mengungkap kasus pembunuhan itu. Dia tidak bisa menolong sahabatnya, Almyra saat itu. Dan bahkan dia juga tidak bisa menyelamatkan Misky, suami Almyra. Jadi satu-satunya cara untuk menebus rasa bersalahnya terhadap
Meskipun perkataan Bara dan argumen Valentino dan juga Aryan cukup terdengar meyakinkan, Misky belum bisa mempercayai sepenuhnya dan kemudian dia kembali mencari Stefan Aditama di sekitar daerah tempat dia menemukan Bara. Dia kembali menelusuri apartemen mewah di sekitar tempat itu tapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.Misky mulai frustrasi ketika hingga hampir satu minggu lamanya setelah kematian Bara, Misky belum juga menemukan setitik terangkan mengenai keberadaan Stefan. Pria itu pintar sekali menyembunyikan dirinya hingga bahkan ketika Valentino mengarahkan semua anak buahnya untuk mencari Stefan, tetap tak ada hasilnya.Misky merasa tidak bisa membalas dendamnya pada pria itu dan langsung saja dia pergi ke makam istrinya.Saat itu sudah sore dan Masih banyak orang yang sedang mengunjungi pemakaman tersebut.Misky terduduk di makam istrinya itu dan dia malah kembali teringat semua kejadian yang telah dia alami. Dia merasa menjadi pria paling sial
Warning! Terdapat adegan kekerasan yang mungkin tidak membuat nyaman, jadi bijaklah dalam membaca. Bara masih belum juga menyerah padahal dia sudah hampir kehabisan napasnya karena terus-menerus berlari tanpa henti. Pada akhirnya Misky tetap saja berhasil mobilnya di depan pemuda itu dan kemudian turun dari mobilnya dengan wajah yang masih tenang. "Kau mau lari ke mana lagi?" Misky bertanya sambil minum susu kotak dengan santainya tanpa menoleh pada Bara yang sudha pucat pasi. "Kenapa kau mengejarku?" tanya Bara mencoba untuk mencari peruntungannya berharap jika mereka tidak mengetahui jika dirinya yang telah membunuh Almyra. Misky tersedak saat minum susu itu dan kemudian melempar kotak susu yang hampir habis itu ke tempat sampah. Saat dia berhasil memasukkan susu kotak itu dia pun berseru, "Wow. Aku hebat, bukan?" Bara menggelengkan kepalanya seakan pria yang sedang ada di depannya itu sudah gila karena bisa-bisanya ma
Misky dengan mudah bisa mendapatkan informasi mengenai Bara Ali yang telah membeli apartemen mewah itu dengan namanya sendiri.Misky sungguh berpikir itu adalah suatu kebodohan terbesar yang pernah dilakukan oleh Bara. Dia benar-benar bingung kenapa kecerobohan yang fatal seperti ini malah dilakukan oleh Bara.Entah karena Bara yang terlalu bodoh tahu mungkin memang dia yang terlalu meremehkan Misky hingga tak mengira mereka bisa menemukan dia.Misky lebih mempercayai kedua alasan itu sekaligus.Ruslan yang menemani pria itu juga merasa sangat bersemangat karena sebentar lagi mereka akan segera menemui Bara, pria yang telah dengan sengaja membunuh Almyra dengan tangannya sendiri."Jangan gegabah!" ucap Ruslan yang mencoba untuk memperingatkan Misky pria itu tetap lebih berhati-hati karena mereka belum tahu apakah Bara memiliki anak buah yang melindunginya atau hanya sendirian saja."Iya, aku tahu. Aku juga tak ingin mati konyol sebelum membala
Bara telah menemukan tempat tinggalnya yang baru dan kemudian segera minta anak buahnya untuk menyiapkan tempat itu.Pria itu takkan pernah memaafkan temannya itu karena lebih membela orang yang tidak dikenalnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Almyra bukankah teman dekat mereka dan mereka hanya mengenal dari situ sebagai kekasih David tanpa pernah terlalu sering terlibat dengannya.Namun Stefan malah membelanya mati-matian hingga membuat hubungan mereka semakin memburuk. Bara masih tidak habis pikir bagaimana bisa dia menyalahkan dirinya tentang penembakan itu padahal Stefan juga menginginkan mereka semua mendapatkan balasan atas perbuatan mereka terhadap David dam kepada mereka sendiri. Tapi anehnya pria itu malah mengecam perbuatannya pada Almyra.Bara tidak bisa menerima semua itu dan dia bahkan tidak menjawab panggilan dari Stefan yang sudah berkali-kali menghubungi dirinya. Pria berambut cepak itu benar-benar telah mengabaikan Bara sepenuhnya dan tak i
Misky mendekatkan dirinya ke arah istrinya itu dan kemudian dia mendengar istrinya berkata, "Bunuh mereka."Misky membeku di tempatnya. Dia kembali menatap istrinya yang menangis dan mulai terlihat semakin lemah tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap berusaha mengeluarkan suaranya.Misky mendengar Almyra kembali berkata, "Bunuh mereka. Bunuh mereka untukku, Misky."Wanita itu pun memandang sang suami secara lekat lekat dan kemudian menutup matanya secara perlahan. Almyra mengembuskan napas terakhirnya di dalam mobil ambulans itu.Misky yang melihat istrinya itu sudah udah tak bernyawa hanya bisa menangis frustrasi dan tak henti-hentinya mengecup tangan istrinya dengan rasa sedih yang luar biasa.Ketiga tak bisa berbuat apa-apa karena memang Almyra sudah benar-benar pergi. Peluru itu menembus jantungnya dan tak mungkin bisa dikeluarkan. Perdarahan pun yang terjadi cukup fatal hingga membuat wanita itu tak bisa bertahan. Meskipun mereka tiba t