Di kediaman Nenek Amora.Amora baru saja menghabiskan sarapan bersama dengan putra sulungnya, Carlos. Mereka sekarang berpindah ke taman belakang rumah. Di sana ada beberapa tanaman hisan dan juga sebuah kolam ikan yang unik.Amora sebenarnya tidak terlalu suka berkebun, tapi almarhum suaminya menyukai hal tersebut. Agar mengingat tentang suaminya, dia akhirnya merawat kebun tersebut sampai sekarang.Teh hijau menemi keduanya seakan memberikan aroma kesegaran yang bisa membangkitkan mood untuk siapa pun yang meminum dan juga menghirup aromanya."Ibu, kerja sama akan lebih menguntungkan kita pada saat ini. Handerson sudah memberi tahu bahwa kakeknya sudah memberi restu. Hal itu sama saja dengan pintu masuk sudah terbuka lebar. Kita akan lihat bagaimana CEO itu tahu betapa besarnya pengaruh kita di Perusahaan Horizon Solution," ucap Carlos sambil meminum tehnya."Tentu saja harus begitu. Kita tidak akan membiarkan kesempatan seperti ini berlalu begitu saja. Sebagai orang yang sudah lama
Beberapa kali Handerson mencoba menghubungi, tapi panggilan yang dia lakukan sama sekali tidak diangkat.Hal ini membuat Handerson kesal, jika tidak berada di samping ayahnya, mungkin dia sudah mengumpat beberapa kali. Sungguh sebuah kekesalan yang tertahan di dalam dadanya."Ayah, dia sama sekali tidak mengangkat panggilan dariku. Sekarang kita harus bagaimana?""Mau bagaimana lagi?" ujar Carlos mencibir. "Dia mungkin masih menyimpan kemarahan kepada kita. Sepertinya kita harus mengujungi rumah barunya. Jadi kita akan bicarakan secara langsung, termasuk kompensasi yang tidak mungkin bisa mereka tolak."Kalau bukan karena tender proyek yang sangat penting ini, Carlos atau pun Handerson tidak mau melihat keluarga Axton lagi.Mereka menganggap bahwa keluarga Axton adalah aib keluarga yang sangat memalukan.Meski begitu, sekarang dia tidak punya pilihan, selain menemui mereka.Beruntung pada waktu mereka pindah ke rumah ini, Carlos sudah menyuruh orang untuk membuntuti, sehingga dia bisa
Perasaan Handerson benar-benar dibuat tidak berdaya. Devano menjelma menjadi orang yang tidak bisa diganggu. Sungguh sebuah perubahan yang berbeda pada waktu beberapa waktu yang lalu."Apa kau mau dihajar sampai babak belur? Aku bisa melakukan hal itu, jika kau mau."Tentu saja perkataan Devano kali ini benar- benar membuat Handerson tidak berkutik lagi. Lelaki yang beberapa saat yang lalu dia lecehkan ternyata memiliki keberanian melebih dari apa yang dia pernah pikirkan sebelum.Semua itu disadari oleh Handerson sebagai keberanian karena dia berada di rumahnya sendiri. Di dalam hati dia berjanji akan membuat lelaki tersebut membalas atas semua yang telah dilakukan kepada dirinya!Tentu saja Carlos tidak bisa menerima tindakan yang baru saja dilakukan oleh Devano. Dia benar-benar marah."Kau sangat tidak beradab! Berani-beraninya kau menampar menantuku! Apa kau sudah bosan hidup?'Plak!Sebuah tamparan mendarat di pipi Carlos yang membuatnya terjengkal dan jatuh."Apa kalian mau berk
Setelah Carlos dan anak menantunya Handerson tiba di rumah.Prak!Carlos membanting asbak ke atas lantai keramik. Dia sepertinya sangat marah atas apa yang dilakukan oleh menantu dan anak dari Axton.Dia sama sekali tidak mengira, jika keluarga yang sudah jatuh miskin itu, dengan begitu berani melawan dan menampar dirinya.Dia merasa kesal, sekaligus malu atas apa yang terjadi."Handerson, kau sudah membuat aku malu hari ini. Jika kau tidak bisa mendapatkan tanda tangan proyek tender tersebut, maka kau lebih baik tidak menjadi menantuku lagi!"Carlos tentu saja saj tidak mampu menyembunyikan kemarahan itu lagi. Menantunya tidak mau berbuat apa-apa, sehingga dia harus menerima malu sebesar ini."Maaf, ayah. Aku akan berusaha membuat mereka lebih menderita. Sementara berkaitan dengan tender proyek, jangan kahwatir, aku akan segera menemui dan mengajak kakekku untuk datang langsung menemui CEO tersebut. Aku sangat yakin bahwa dia tidak memiliki pilihan, selain menerima proposal yang kita
Meski begitu, Safira tidak mau banyak keraguan lagi. Dia seperti mendapatkan keberuntungan, maka dari itu bergegas dia mengikuti di belakang sang asisten. Setiba di sebuah ruangan yang merupakan milik Alana, Wakil Direktur Utama Perusahaan Horizon Solution. Alana langsung berdiri dan menyambut kedatangan Safira dengan senyum ramah. "Hai Nona Safira, perkenalkan saya adalah Alana, Wakil Direktur Utama Perusahaan Horizon Solution, senang bertemu dengan Anda." Tentu saja detak jantung Safira tidak berpacu dengan normal. Dia sama sekali tidak mengira akan diterima secara langsung oleh seorang direktur. Tidak hanya itu, dia diperlakukan dengan sangat hormat, seakan semua menjadi begitu luar biasa. Meski mencoba untuk tetap tenang, tetap saja raut wajahnya tidak mampu menyembunyikan rasa gugup yang luar biasa. Akhirnya setelah beberapa kali menarik napas, Safira berkata, "Saya sangat berterima kasih karena ibu sudah bersedia menemui saya. Saya sebenarnya menanyakan tentang bisnis antara
Tentu saja Alana memahami dengan apa yang disampaikan oleh Safira. Dia tidak akan memaksa wanita tersebut untuk menerima apa yang dia tawarkan, meski sebenarnya pria yang menawarkan posisi tersebut tidak lain adalah suaminya sendiri, yaitu Devano."Sungguh wanita yang berintegritas. Dia tidak mau menerima sebuah kesempatan, karena dia adalah seorang istri yang setia," gumam Alana di dalam hati."Maaf, jika saya harus menolak dengan tegas seperti ini. Bukan apa- apa, saya merasa ada yang tidak beres dengan tawaran yang diberikan oleh CEO. Jadi tolong sampaikan bahwa saya sama sekali tidak peduli dengan semua itu. Kesetian yang saya miliki melebihi dari apa yang ditawarkan," ucap Safira dengan tanpa menunjukkan keraguan sedikit pun.Alana tersenyum mendengar penolakan Safira. Dia sama sekali tidak meminta Safira untuk setuju dengan penawaran yang dia berikan. Dia hanya mengikuti perintah yang diberikan oleh Devano, yang tentu saja tidak lain adalah suami dari Safira sendiri."Saya sama
Safira sudah pulang meninggalkan Alana, sementara itu, Devano sudah menunggu Alana di ruangannya. Dia memang ingin tahu hasil pembicaraan Alana dengan istrinya. Dia tentu saja tidak mau mengecewakan Safira, meski dia juga tidak mau Safira mengetahui tentang dirinya yang sebenarnya.Tok! Tok! Tok!Terdengar pintu ruangan diketuk dari luar."Masuk," ucap Devano pelan.Pintu terbuka dan Alana masuk dengan langkah penuh wibawa."Maaf Tuan sudah lama menunggu.""Tidak masalah. Bagaimana dengan istriku? Apa dia menerima tawaran yang aku berikan?""Dia sepertinya mencurigai tawaran tersebut. Dia menolak karena merasa bahwa tawaran tersebut tidak murni dan ada maunya. Dia tidak mau mengecewakan suaminya. Selain itu, dia merasa tidak cocok menjadi CEO atau pun memiliki Mega Rejeki.""Apa kau sudah mencoba mempengaruhinya?""Sudah, tapi dia tetap menolak dengan sangat keras, Tuan."Tetap saja Devano berharap untuk mengakuisisi Mega Rejeki dan membalas semua perbuatan keluarga istrinya terhadap
Alana masih terdiam dengan pertanyaan yang terus menerus membuat dirinya sama sekali tidak bisa berpikir jernih. Dia biasanya sangat mudah menolak sesuatu yang sama sekali tidak dia sukai, tapi berhadapan dengan Devano, dia sama sekali tidak mampu memberikan sebuah jawaban yang cukup memuaskan.Dia bukan takut, tapi entah mengapa, dia merasakan ada kekuatan wibawa yang begitu besar yang dimiliki oleh Devano yang membuat dirinya tidak mampu menolak secara vulgar seperti biasa. Bisa dikatakan dia sangat mengagumi sikap yang ditunjukkan oleh Devano kepada dirinya."Apa ada pilihan lain, selain dari mengikuti apa yang Anda mau?" tanya Alana berusaha menghindar dari apa yang diminta oleh Devano kepada dirinya."Aku tidak berharap kau menolak, tapi aku juga bukan orang yang arogan dan bertindak dengan cara memaksa, jadi aku memberikan kau kebebasan untuk menolak atau menerima yang aku tawarkan ini," ucap Devano penuh harap."Bisa Anda sampaikan seperti apa rencana yang ingin dilakukan di Pe