Meski begitu, Safira tidak mau banyak keraguan lagi. Dia seperti mendapatkan keberuntungan, maka dari itu bergegas dia mengikuti di belakang sang asisten. Setiba di sebuah ruangan yang merupakan milik Alana, Wakil Direktur Utama Perusahaan Horizon Solution. Alana langsung berdiri dan menyambut kedatangan Safira dengan senyum ramah. "Hai Nona Safira, perkenalkan saya adalah Alana, Wakil Direktur Utama Perusahaan Horizon Solution, senang bertemu dengan Anda." Tentu saja detak jantung Safira tidak berpacu dengan normal. Dia sama sekali tidak mengira akan diterima secara langsung oleh seorang direktur. Tidak hanya itu, dia diperlakukan dengan sangat hormat, seakan semua menjadi begitu luar biasa. Meski mencoba untuk tetap tenang, tetap saja raut wajahnya tidak mampu menyembunyikan rasa gugup yang luar biasa. Akhirnya setelah beberapa kali menarik napas, Safira berkata, "Saya sangat berterima kasih karena ibu sudah bersedia menemui saya. Saya sebenarnya menanyakan tentang bisnis antara
Tentu saja Alana memahami dengan apa yang disampaikan oleh Safira. Dia tidak akan memaksa wanita tersebut untuk menerima apa yang dia tawarkan, meski sebenarnya pria yang menawarkan posisi tersebut tidak lain adalah suaminya sendiri, yaitu Devano."Sungguh wanita yang berintegritas. Dia tidak mau menerima sebuah kesempatan, karena dia adalah seorang istri yang setia," gumam Alana di dalam hati."Maaf, jika saya harus menolak dengan tegas seperti ini. Bukan apa- apa, saya merasa ada yang tidak beres dengan tawaran yang diberikan oleh CEO. Jadi tolong sampaikan bahwa saya sama sekali tidak peduli dengan semua itu. Kesetian yang saya miliki melebihi dari apa yang ditawarkan," ucap Safira dengan tanpa menunjukkan keraguan sedikit pun.Alana tersenyum mendengar penolakan Safira. Dia sama sekali tidak meminta Safira untuk setuju dengan penawaran yang dia berikan. Dia hanya mengikuti perintah yang diberikan oleh Devano, yang tentu saja tidak lain adalah suami dari Safira sendiri."Saya sama
Safira sudah pulang meninggalkan Alana, sementara itu, Devano sudah menunggu Alana di ruangannya. Dia memang ingin tahu hasil pembicaraan Alana dengan istrinya. Dia tentu saja tidak mau mengecewakan Safira, meski dia juga tidak mau Safira mengetahui tentang dirinya yang sebenarnya.Tok! Tok! Tok!Terdengar pintu ruangan diketuk dari luar."Masuk," ucap Devano pelan.Pintu terbuka dan Alana masuk dengan langkah penuh wibawa."Maaf Tuan sudah lama menunggu.""Tidak masalah. Bagaimana dengan istriku? Apa dia menerima tawaran yang aku berikan?""Dia sepertinya mencurigai tawaran tersebut. Dia menolak karena merasa bahwa tawaran tersebut tidak murni dan ada maunya. Dia tidak mau mengecewakan suaminya. Selain itu, dia merasa tidak cocok menjadi CEO atau pun memiliki Mega Rejeki.""Apa kau sudah mencoba mempengaruhinya?""Sudah, tapi dia tetap menolak dengan sangat keras, Tuan."Tetap saja Devano berharap untuk mengakuisisi Mega Rejeki dan membalas semua perbuatan keluarga istrinya terhadap
Alana masih terdiam dengan pertanyaan yang terus menerus membuat dirinya sama sekali tidak bisa berpikir jernih. Dia biasanya sangat mudah menolak sesuatu yang sama sekali tidak dia sukai, tapi berhadapan dengan Devano, dia sama sekali tidak mampu memberikan sebuah jawaban yang cukup memuaskan.Dia bukan takut, tapi entah mengapa, dia merasakan ada kekuatan wibawa yang begitu besar yang dimiliki oleh Devano yang membuat dirinya tidak mampu menolak secara vulgar seperti biasa. Bisa dikatakan dia sangat mengagumi sikap yang ditunjukkan oleh Devano kepada dirinya."Apa ada pilihan lain, selain dari mengikuti apa yang Anda mau?" tanya Alana berusaha menghindar dari apa yang diminta oleh Devano kepada dirinya."Aku tidak berharap kau menolak, tapi aku juga bukan orang yang arogan dan bertindak dengan cara memaksa, jadi aku memberikan kau kebebasan untuk menolak atau menerima yang aku tawarkan ini," ucap Devano penuh harap."Bisa Anda sampaikan seperti apa rencana yang ingin dilakukan di Pe
Devano baru saja keluar dari pintu yang memang khusus dilalui oleh direktur. Beberapa orang yang selama ini menyusahkan Devano sudah dipecat oleh Alana. Dia sekarang menjadi lebih bebas keluar masuk di kantor milik Horizon Solution.Melihat kedatangan Devano, raut wajah Safira sedikit kesal. Dia sudah menunggu lebih dari tiga puluh menit. Sungguh sesuatu yang tidak hanya membuat dirinya marah, tapi juga sangat kesal karenanya."Kamu dari mana saja? Aku sudah menunggu hampir satu jam," ucap Safira dengan raut wajah seperti seorang yang sedang ngambek."Maaf, Sayang. Entah mengapa tiba-tiba perutku mules, akhirnya harus ke kamar mandi. Sepertinya perutku pagi hari ini sedang tidak baik- baik saja," ucap Devano yang terpaksa berbohong kepada istrinya."Yah sudah, sekarang waktunya kita pulang," ucap Safira sambil berjalan begitu saja di depan Devano.Memang keduanya sudah berstatus suami istri, tapi Safira masih belum bisa menerima Devano sepenuhnya, ada sedikit rasa gengsi di dalam hati
Di keesokan paginya.Setelah selesai membantu membersihkan kamar, Devano berjalan keluar. Dia kebetulan melihat ibu mertuanya baru saja selesai memasak. Tanpa menunggu diminta untuk sarapan, Devano langsung berjalan pelan keluar dari rumah. Dia memang memiliki janji dengan Sebastian untuk bertemu. Dia tidak mau menyisahkan waktu sedikit pun untuk rencana mengakuisisi Perusahaan Mega Rejeki.Berjalan tidak terlalu jauh, Devano berhasil menemukan seorang tukang ojek. Dia pun naik ojek untuk menuju ke sebuah perkantoran yang tidak jauh dari gedung Perusahaan Mega Rejeki. Setiba di depan lobi kantor yang cukup besar dan megah, Devano langsung turun dan membayar ongkos ojek. Dia baru saja akan melangkah masuk, tiba-tiba terdengar suara yang cukup dikenal Devano yang berasal di belakang dirinya."Hai gembel yang beruntung!" Tentu saja Devano tidak bisa mengelak lagi. Dia terpaksa berbalik dan menatap ke arah Handerson dan istrinya.Jika boleh memilih, tentu saja Devano tidak ingin bertemu
Melihat tatapan Sebastian seperti orang yang akan menelan, penjaga keamanan langsung melepaskan pegangan di tangan Devano. Mereka sama sekali tidak mengira, jika pria yang disebut oleh Handerson adalah seseorang yang memiliki kenalan yang tidak kalah hebat."Apa Tuan Devano baik-baik saja? Jika tindakan barusan dianggap berlebihan, maka kita bisa ke rumah sakit. Saya tidak akan melepaskan siapa pun yang berani menyakiti Anda, Tuan."Sebastian berkata dengan sopan, seolah tidak sama sekali memandang kedua penjaga yang ada di sampingnya."Aku sama sekali tidak akan kesakitan dengan pegangan lembek seperti itu, tapi tindakan yang baru saja dia lakukan sangat menghina diriku. Aku mau keduanya dikeluarkan dari perusahaan ini! Selain itu, aku tidak mau melihat mereka bekerja sebagai tenaga keamanan di mana pun berada."Perkataan Devano yang begitu pelan, tapi langsung membuat raut wajah Sebastian benar-benar berubah menjadi merah. Perkataan yang sama saja artinya dia tidak mampu menjaga dan
"Kalian akan menyesali karena sudah berani mengindahkan dan menghina diriku, Tunggu saja!" ancam Handerson dengan suara berapi-api."Kau tidak sama sekali belajar dari pengalaman. Apa kau tidak sadar bahwa hukuman telah datang bertubi-tubi kepada dirimu. Apa kehilangan proyek di Perusahaan Horizon Solution tidak juga memberikan sebuah pembelajaran kepada dirimu? Sangat disayangkan."Mendengar hal itu, Handerson cukup terkejut, tapi dia langsung sadar bahwa semua informasi itu bisa saja diceritakan oleh Safira. Dia dengan raut wajah kesal kembali bertanya untuk mengalihkan pembicaraan, "Untuk apa kau datang ke gedung ini?"Devano berkata dengan sangat santai, "Aku ingin mencari pekerjaan. Siapa tahu di kantor ini mau menerima diriku.""Mencari pekerjaan?" Handerson dan istrinya langsung mencibir dengan sorot mata penuh penghinaan. "Apa kau yakin pemilik perusahaan ini akan menerima orang seperti dirimu. Akan lebih baik, kau menjadi pengemis saja di jalanan. Jangan permalukan dirimu. Aku