Share

Bab 409

Author: Abimana
"Tuan, apakah kamu sudah kembali?"

Mendengar suara di luar, Alsava bersaudari membuka pintu lalu keluar. Mereka mengira Arjuna yang kembali.

Ketika melihat Alsava bersaudari, mata Oki, Ranjani, Shaka dan Naura pun penuh dengan rasa iri, dengki dan serakah.

Apakah itu masih Alsava bersaudari yang berpakaian compang-camping, sakit-sakitan dan kurus kering yang mereka ingat?

Sekarang mereka mengenakan pakaian bagus, memakai perhiasan, serta ditemani para pelayan. Mereka adalah nyonya dari keluarga kaya.

Tatapan iri di mata Ranjani dan Naura sangat kuat.

Aku adalah nenek Arjuna, akulah yang seharusnya memakai perhiasan-perhiasan itu,' pikir Ranjani.

Kenapa bisa begini? Kenapa bisa begini? Kenapa Alsava bersaudari yang miskin bisa hidup lebih baik dariku? Shaka-lah yang diprediksi oleh begawan dari Kuil Yamuna akan menjadi bangsawan. Orang yang menjalani kehidupan mewah dan bergelimang harta seharusnya aku, Naura!' batin Naura.

Tatapan mendamba meluap dari mata Oki dan Shaka.

Aku ingin ting
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 410

    Kedua petugas yang berdiri di depan Shaka yang menghalangi mereka dari tadi tiba-tiba menangkupkan tangan mereka dan membungkuk."Seharusnya dari awal kalian begini. Aku beri tahu, sekarang sudah terlambat."Shaka mengira kedua petugas itu sedang memberi hormat padanya, dia mulai bersikap bangga."Kalau sudah tahu siapa aku, cepat menyingkir!"Shaka berjalan menuju rumah sambil memarahi petugas."Mundur!""Aduh!"Tak seorang pun melihat dengan jelas bagaimana kedua petugas itu menyerang. Ketika jeritan Shaka terdengar, Shaka sudah terjatuh ke lantai dan menjerit kesakitan."Shaka!""Tuan!"Oki, Naura dan lainnya bergegas ke sisi Shaka."Shaka, apakah kamu baik-baik saja?""Tuan, apakah mereka menyakitimu?"Shaka mendorong Naura dengan kesal, lalu menunjuk kedua petugas itu. "Beraninya kalian menendangku!"Para petugas mengabaikan Shaka. Mereka membungkuk sambil menangkupkan tangan mereka lagi. "Tuan!"Tuan?Shaka, Oki dan yang lainnya melihat ke arah yang diberi hormat oleh petugas itu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 411

    "Para bandit dari Gunung Magmora akan menyerang kita. Kami hanya ingin menghindari bahaya. Setelah para bandit itu pergi, kami akan kembali ke desa. Kita tidak akan tinggal lama di sini."Atas saran Shaka, Ranjani mulai berbicara sambil menangis."Alhasil tak disangka ...." Ranjani menangis tersedu-sedu dengan sedih.Orang-orang yang tidak mengetahui kebenaran merasa kasihan padanya dan berpikir bahwa Arjuna sudah keterlaluan."Ya ampun, padahal rumah ini begitu besar, tapi dia tak hanya tidak mengundang kakek neneknya untuk tinggal bersama. Kakek neneknya datang untuk menghindari para bandit pun tidak diizinkan masuk.""Apakah dia peraih nilai tertinggi dalam ujian kekaisaran di Kabupaten Damai yang juga mengalahkan Cendekiawan Bima?""Bakti yang paling dasar saja tidak punya, apa gunanya mendapat nilai tertinggi dan mengalahkan cendekiawan?""Apakah dia tidak takut disambar petir?"Orang-orang zaman dahulu sangat memperhatikan reputasi, terutama para pelajar.Shaka menatap lurus ke a

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 412

    "Tuan." Daisha tersipu sambil meninju Arjuna. "Cepat turunkan aku!""Tidak.""Tuan ...."Suara yang membuat orang tersipu terdengar dari dalam kamar.Disa berjalan ke halaman untuk berlatih memanah tanpa mengubah ekspresinya.Dinda mencari dua potong kain untuk menutup telinganya.Kedua saudari itu sudah sangat terbiasa sehingga tidak heran lagi.Namun lain halnya dengan para pembantu.Sebelum Tamael memberikan mereka kepada Arjuna, dia sudah memberi tahu mereka bahwa mereka akan menjadi pembantu sekaligus melahirkan anak Arjuna. Bahkan menyuruh pembantu senior mengajari mereka tentang hubungan intim.Kalau mereka bilang mengerti, sebenarnya mereka tidak mengerti. Jika mereka bilang tidak mengerti, pembantu senior sudah menjelaskannya dengan sangat rinci.Sekarang ketika mereka mendengar suara-suara cabul itu, mereka semua tersipu.Suara majikan mereka tidak keras, tetapi sangat dalam dan bertenaga.Pembantu senior mengatakan bahwa laki-laki seperti itu sangat kuat dan dapat dengan mud

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 413

    "Kak Tamael, apa yang terjadi?" Arjuna berdiri, lalu pergi menyambutnya."Mereka, mereka ...."Entah karena berlari terlalu cepat atau terlalu gugup, Tamael tidak bisa berbicara untuk sekian lama.Arjuna menyerahkan secangkir teh. "Kak Tamael, jangan cemas. Minum teh dulu."Tamael melambaikan tangannya. "Tidak perlu, orang-orang itu pergi ke kantor kepala daerah!"Arjuna tertegun. "Pergi ke kantor kepala daerah? Siapa? Kenapa?""Begitu gerbang kota dibuka pagi ini, sejumlah besar penduduk desa berdatangan dari luar kota. Setelah mengetahui bahwa Yang Mulia Eshan akan memimpin tim untuk menumpas para bandit, mereka langsung bergegas ke kantor kepala daerah, melarang Yang Mulia Eshan pergi.""Oh, Yang Mulia Eshan biasanya tekun dan sayang rakyat. Dia adalah pejabat yang baik. Penduduk desa mungkin khawatir dia dalam bahaya.""Salah, itu kebalikan dari apa yang kamu katakan, Arjuna." Melihat Arjuna salah paham, Tamael pun kembali cemas. "Para penduduk desa itu tidak mencemaskan Yang Mulia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 414

    "Ya, kenapa?"Penduduk desa yang baru saja melangkah mundur pun berhenti lagi."Aku tahu!" Seorang pria berpakaian biru mengangkat tangannya di tengah kerumunan."Oh, bung, kalau kamu tahu, beri tahulah kepada semua orang." Laki-laki berpakaian abu-abu yang berdiri di tempat tinggi itu berbicara lebih keras lagi.Mata semua orang terpusat pada pria berbaju biru itu."Kalian masih ingat sepuluh anak panah yang ditembakkan di arena pacuan kuda, 'kan?""Tentu saja ingat. Anak panah itu tidak hanya membunuh Hendra, tetapi juga ingin membunuh Arjuna."Pemandangan mengerikan itu kini menjadi topik pembicaraan warga Kabupaten Damai, Sentosa dan Lunaris.Mereka merasa kasihan terhadap Hendra, juga mengagumi keberuntungan Arjuna.Hingga saat ini, tidak ada seorang pun yang percaya bahwa Arjuna benar-benar memiliki kemampuan. Baik itu ujian maupun mengalahkan Hendra, merasa bahwa Arjuna hanya beruntung."Yang Mulia Bupati menemukan bahwa anak panah yang memanah dan membunuh Tuan Hendra berasal d

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 415

    "Kenapa? Yang Mulia Eshan tidak menyinggungnya. Baik kamu maupun aku juga tidak menyinggungnya." Tamael mengerutkan kening dengan bingung."Karena keserakahan."Kekuasaan akan memperbesar keserakahan manusia.Ketika dua kabupaten digabung menjadi prefektur, Sugi akan naik jabatan dari kepala daerah menjadi kepala prefektur.Arjuna dan Tamael telah menjadi duri dalam daging Sugi. Begitu Sugi menjadi kepala prefektur, Sugi pasti akan mengambil tindakan terhadap mereka.Semua laki-laki di Kabupaten Damai juga akan menderita. Kelak ketika merekrut prajurit, Sugi pasti akan mulai dari Kabupaten Damai."Arjuna, menurutmu apa yang harus kita lakukan sekarang?" Wajah Tamael penuh dengan kecemasan.Tatapan Arjuna begitu dalam, kata-kata dingin keluar dari mulutnya. "Membasmi para bandit, memenggal kepala Naga Bermata Satu.""Arjuna, apakah kamu tahu apa yang kamu katakan?" Tamael menjadi pucat karena ketakutan. Dia dengan gugup berbisik kepada Arjuna. "Jangan katakan hal itu lagi, jangan kataka

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 416

    "Kamu mau pergi? Apakah kamu gila? Jangan ikut campur dalam masalah ini." Tamael adalah orang pertama yang menolak."Arjuna, pemberantasan bandit sama sekali berbeda dari kompetisi dengan Kabupaten Sentosa, juga bukan ujian kekaisaran, tapi melibatkan pedang dan senjata. Tidak ada peluang untuk memulai lagi kalau gagal. Kalau gagal, bisa berakhir mati." Mois juga melarang."Benar, memberantas bandit sebenarnya sama seperti bertempur di medan perang. Selain menguasai ilmu bela diri, kamu juga harus menguasai cara memimpin pasukan dalam pertempuran. Hal ini jauh lebih sulit daripada tiga pertandingan antara kamu dan Kabupaten Sentosa. Apakah kamu menguasai ilmu bela diri dan bisa memimpin pasukan dalam pertempuran?" Tamael menjadi makin menggebu-gebu ketika berbicara."Arjuna, meskipun perkataan Tamael tidak enak didengar, omongannya benar. Jangan ikut campur dalam masalah ini. Ini adalah utangku, aku tidak mungkin membiarkanmu ikut campur," timpal Eshan.Setelah Eshan selesai berbicara,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 417

    "Makanya aku bilang, kalian pasti salah dengar.""Kalian tidak salah dengar!"Arjuna berjalan maju dari belakang Eshan, kemudian berdiri dengan tenang."Masalah ini tidak ada hubungannya dengan Yang Mulia Eshan. Kurasa ...."Tatapan Arjuna dengan tenang menyapu sekelompok orang di depannya."Di antara kalian, pasti ada orang dari Gunung Magmora. Sekarang aku ingin meminta kalian untuk menyampaikan kepada pemimpin kalian. Mari kita bertanding sebagai rakyat biasa. Beranikah dia menerima tantangan? Menang atau kalah adalah urusan antara kita berdua, tidak ada kaitannya dengan rakyat Kabupaten Damai."Setelah Arjuna selesai berbicara, suasana kembali hening. Bahkan kedua pria yang menghasut pun tercengang.Mereka tidak menyangka akan menjadi seperti ini.Pria berbaju abu-abu itu menoleh ke arah kereta kuda yang ada di seberang kantor kepala daerah. Orang di dalam kereta itu menggelengkan kepalanya, memberi isyarat agar dia tidak bertindak gegabah."Arjuna, kamu hanya seorang pelajar, kamu

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 464

    "Plak!"Segenggam tanah dilemparkan dengan keras ke wajah Firhan. Tanahnya terasa panas karena terbakar api."Oh!"Firhan menjerit kesakitan, kemudian memegang wajahnya sambil mengumpat, "Siapa? Siapa yang melempar tanah ke wajahku? Keluar lalu berlutut di hadapanku untuk minta ampun, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk mengampuni nyawamu.""Aku."Terdengar suara yang datar, lembut dan nyaring."Kamu ... bukankah kamu ...."Ketika Firhan melihat dengan jelas orang yang berbicara, kakinya menjadi lemas, dia pun berlutut."Marsekal Agung, a ... aku ...."Wajah Firhan pucat. Dia berbicara dengan gemetar, tidak dapat menyelesaikan kalimatnya."Aku pantas mati, aku pantas mati!"Melihat ekspresi Danis yang makin muram, Firhan terus menampar wajahnya sendiri."Cukup!" Danis penuh dengan ketidaksabaran, "Berhentilah berpura-pura, lalu kemari!""Baik, baik!" Firhan melompat ke dalam terowongan lalu berkata, "Marsekal, apa yang bisa aku lakukan?""Jongkok, gendong Arjuna turun gunung!"Begi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 463

    Dari tiga ratusan bandit di Kampung Seruni, beberapa orang terbunuh, beberapa orang terluka, sisa sedikit yang masih hidup."Arjuna!" Magano berteriak, "Aku akan membawa gadis-gadis itu ke atas, meledakkan mereka semua dengan granat kendi anggur."Granat sederhana bisa dibuat dengan cara memasukkan pasir, bubuk mesiu, petasan setebal ibu jari dan fosfor kuning ke dalam toples anggur yang hanya dapat menampung dua tael anggur secara proporsional. Kemudian membuat sumbu untuk menggesekkan fosfor kuning.Sebelum mengalami transmigrasi zaman, Arjuna pernah mempraktikkannya.Bubuk mesiu, petasan, serta barang-barang berbahaya lainnya juga dikendalikan oleh pemerintah di Dinasti Bratajaya.Toko petasan hanya boleh dibuka oleh pejabat pemerintah.Inilah sebabnya Arjuna meminta bantuan Eshan.Tanpa Eshan, dia tidak mampu membuat granat buatan sendiri."Tidak perlu, kembalilah."Arjuna buru-buru memanggil Magano untuk menghentikan mereka. Dalam pertarungan tatap muka, mereka bukanlah tandingan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 462

    Melihat makin banyak tembok markas bandit yang runtuh dan makin banyak bandit yang jatuh, gadis-gadis itu menjadi makin bersemangat.Beberapa orang bahkan melempar sambil berdiri."Jangan berdiri, cepat telungkup kembali!"Arjuna memperingatkan dengan mendesak, tetapi sudah terlambat.Delapan anak panah ditembak dari atas benteng gunung. Kedelapan anak panah itu sangat akurat. Setiap anak panah memanah seorang gadis.Tiga di antara mereka tewas. Meskipun nyawa yang lainnya tidak dalam bahaya, mereka tidak dapat lagi bertarung.Bahkan Arjuna yang mengangkat tangannya untuk mengingatkan para gadis pun terkena anak panah."Tuan!"Disa bergegas menuju Arjuna."Tuan Arjuna!""Arjuna!"Gadis-gadis itu, Magano dan yang lainnya menoleh, kemudian berlari ke arah Arjuna."Jangan kemari! Aku baik-baik saja, lanjut ngebom!" Untuk meyakinkan mereka, Arjuna duduk tegak saat memberi perintah.Mereka berada di posisi yang kurang menguntungkan, jadi mereka harus membunuh para bandit di Kampung Seruni s

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 461

    Begitu Danis mengangkat kepalanya, dia mendengar perintah kedua dari Arjuna.Gadis-gadis itu mendengar instruksi, lalu segera bangun.Danis melihat sekilas.Jumlah orang di dalam terowongan masih sama seperti sebelumnya. Ledakan itu sangat dahsyat, jaraknya tidak jauh, tetapi tidak ada satu pun prajurit Arjuna yang terluka.Di sisi lain, markas bandit sudah dipenuhi mayat dan menjadi sungai darah.Beberapa orang bahkan hancur berkeping-keping.Para prajurit belum pernah melihat pemandangan setragis itu, beberapa orang bahkan sampai muntah.Ini ....Danis terkejut lagi.Dia tidak mengerti mengapa Arjuna meminta gadis-gadis itu menggali terowongan. Ternyata itu adalah terowongan penyelamat nyawa.Karena mereka menggali lubang untuk menyelamatkan nyawa, kendi anggur yang meledak hebat tadi pasti dilemparkan oleh gadis-gadis itu.Arjuna ini sungguh hebat.Di dalam Kampung Seruni."Ah!""Mengerikan sekali! Mengerikan sekali!""Ibu, Ibu!"Terdengar jeritan, tangisan, bahkan panggilan-panggil

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 460

    "Gadis-gadis, berhenti menggali!" teriak Arjuna.Jaraknya masih kurang sedikit, tetapi dengan kekuatan lengan gadis-gadis itu, tidak masalah.Sejak memasuki terowongan, Arjuna terus mengawasi pergerakan di Kampung Seruni.Ketika suara tawa dari atas berhenti, dia tahu bahwa yang keluar pasti Sang Ahli Strategi Berwajah Anggun.Dia muncul berarti Kampung Seruni akan menyerang mereka.Sekarang arah angin telah berubah, sangat tidak menguntungkan mereka. Terowongan ini dapat menahan lemparan batu dan anak panah, tetapi tidak dapat menahan api."Saudara-saudara, cepat lengkapi gadis-gadis itu dengan senjata!""Siap!"Dipimpin oleh Magano dan Ravin, belasan pemuda dengan cepat memindahkan semua kotak kayu ke bawah kaki gadis-gadis itu."Gadis-gadis, siap-siap untuk menyerang!""Plak!""Plak, plak!"Gadis-gadis itu membuka kotak kayu yang ada di bawah kaki mereka.Para prajurit yang berdiri di samping menjulurkan leher, sangat penasaran dengan senjata misterius yang ada di dalam kotak-kotak

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 459

    Mereka penasaran sekali dengan wanita-wanita itu.Banyak bandit diam-diam mengintip lagi.Galih menatap para bandit yang tak kuasa menahan diri untuk menjulurkan kepala lagi. Kemudian dia mengangkat kepalanya, menatap anak panah di udara yang berkurang hampir setengahnya.Tampaknya yang tidak fokus bukan hanya mereka, para perwira dan prajurit yang ada di bawah benteng juga sama.Ekspresi Galih menjadi muram. Jangan-jangan ini konspirasi Arjuna?Berpikir demikian, Galih bergegas mendekat untuk melihat.Di bawah benteng, tidak ada manusia yang terlihat, hanya lumpur yang beterbangan dari koridor.Sesekali ada satu atau dua kepala yang muncul, mereka dapat diidentifikasi sebagai wanita. Omongan bahwa beberapa di antara mereka memiliki tubuh yang bagus hanyalah tebakan para bandit yang tergila-gila pada wanita.Lumpur yang beterbangan di koridor bawah desa pegunungan makin dekat ke arah mereka. Galih memperkirakan bahwa wanita-wanita itu berjarak sekitar dua puluh lima meter dari Kampung

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 458

    Ketika para prajurit menemukan para wanita, ekspresi mereka bahkan lebih berlebihan daripada ekspresi prajurit terluka yang tadi turun gunung.Semua orang tercengang.Syok, bingung.Wanita?Apa yang mereka lakukan di sini?Membantu mereka menggali jalur pemisah?Mereka begitu banyak pria mana membutuhkan bantuan wanita?Ketika para prajurit mendengar bahwa gadis-gadis itu bukan datang untuk membantu, melainkan untuk menyerang markas bandit, mereka makin tercengang. Banyak pemanah bahkan lupa menembakkan anak panah mereka.Para bandit di Kampung Seruni juga menemukan ada yang tidak beres.Tiba-tiba, jumlah anak panah di udara berkurang.Prajurit pejabat berhenti menyerang?Banyak bandit menjulurkan kepala untuk melihat ke bawah.Di koridor yang tak jauh dari gerbang desa, banyak tanah berlubang."Apa yang sedang dilakukan para prajurit itu? Mereka tampak seperti sedang menggali terowongan.""Apakah mereka menggali terowongan untuk naik menyerang kita?""Haha!" Rajo tertawa. "Kalau begit

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 457

    Saat gadis-gadis itu melewati para prajurit terluka yang sedang menuruni gunung, para prajurit menyeka mata mereka.Mata mereka pasti sudah rusak akibat asap.Kenapa wanita muncul di tempat seperti ini, di saat seperti ini?Ketika mereka mengetahui bahwa gadis-gadis itu akan menyerang Kampung Seruni, ekspresi mereka menjadi makin heran.Asap api tidak hanya merusak mata mereka, tetapi juga telinga mereka?Di bawah perlindungan sejumlah besar kembang api dan tentara yang bertarung dengan para bandit, Disa memimpin gadis-gadis itu dengan tenang ke medan perang.Gadis-gadis itu terus melangkah maju hingga mereka berada sekitar lima puluh meter dari Kampung Seruni barulah berhenti.Setelah berhenti, mereka tidak mengatakan apa-apa, hanya fokus menggali terowongan.Pengawal Danis dan Andi berlari ke atas gunung satu demi satu.Mereka semua diperintahkan untuk mencari tahu apa yang dilakukan gadis-gadis itu."Menggali terowongan?"Danis dan Andi bertanya dengan serempak ketika mereka mendeng

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 456

    Andi tidak melarang Firhan. Dia ingin Danis mendengarnya. Betapa konyolnya Danis menggunakan Arjuna.Danis berdiri dengan tenang tanpa ekspresi, dia tidak senang maupun marah. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana suasana hatinya saat ini.Akan tetapi, bohong jika mengatakan bahwa dia tidak khawatir."Yang Mulia, suruh para prajurit mundur ke depan perkemahan pemanah, bagi mereka menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama gunakan perisai untuk melindungi para pemanah, suruh para pemanah terus menembak. Kelompok kedua gunakan pedang untuk menggali zona isolasi di tempat.""Zona isolasi yang aku tandai di meja pasir. Lebarnya sekitar dua setengah meter."Arjuna memberi isyarat dengan tangannya. Dia tidak menandai lebarnya di atas meja pasir karena dia tidak menyangka Firhan akan datang membawa pasukan."Kelompok terakhir, bawa orang yang terluka turun dengan tertib."Mendengar suara Arjuna yang mendesak, tetapi tenang, ekspresi Danis yang awalnya tidak menunjukkan emosi pun, menunjukkan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status