Ekspresi semua orang hampir sama, mulut mereka ternganga lebar menatap sang penasihat."Bam!"Sugi meletakkan gelas anggurnya dengan keras di atas meja. "Meskipun aku sangat senang hari ini, aku tidak mengizinkanmu untuk mempermainkanku seperti ini.""Tuan Penasihat, kamu benar-benar keterlaluan. Meskipun kutu buku itu terlihat bodoh, dia tidak benar-benar bodoh!"Para pedagang juga merasa bahwa candaan sang penasihat sudah keterlaluan."Yang Mulia." Penasihat tampak sedih karena disalahkan. "Aku benar-benar tidak bercanda. Arjuna memang bermain lumpur dengan istri-istrinya."Ketika penasihat mendengar laporan dari petugas, reaksinya bahkan lebih marah daripada Sugi. Dia bahkan menampar petugas itu dengan keras.Petugas bersikeras mengatakan bahwa Arjuna bermain lumpur. Penasihat tidak memercayainya, jadi dia pergi memeriksanya sendiri. Kemudian dia menemukan bahwa Arjuna benar-benar sedang bermain lumpur.Dia mengobrol sambil tertawa bersama istri-istrinya, bahkan mengolesi lumpur di
"Enak sekali, pantas dia akan menjadi koki istana."Arjuna memakan daging dengan suapan besar sambil memuji."Apakah benar-benar enak?" Mois yang khawatir tidak menggerakkan alat makannya."Hmm!" Arjuna mengambil sepotong daging bakar lagi. "Enak sekali!"Dia sama sekali tidak berlebihan. Masakan Lujain memang lezat. Jangankan di zaman kuno, bahkan di zaman modern, Lujain akan menjadi koki kelas atas."Kalau begitu kenapa kamu ...." Mois ragu sejenak sebelum bertanya, "Masih bisa makan?"Tangan Arjuna yang sedang mengambil makanan berhenti sejenak, lalu dia lanjut mengambil makanan. "Makanannya begitu enak, kenapa aku harus tidak bisa makan? Yang Mulia Mois, cepat makan juga. Makanannya tidak enak kalau sudah dingin."Atas desakan Arjuna, Mois akhirnya mulai makan.Makin makan, Mois makin khawatir.Makanan di dalam mulutnya memang enak sekali.Arjuna yang duduk di seberangnya masih makan dengan lahap. Dia menghabiskan dua piring nasi sekaligus.Setelah makan dua piring nasi, Arjuna mas
"Apakah camilan yang aku buat tadi malam enak?" Arjuna menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan lain."Enak!"Suara jernih terdengar dari belakang Arjuna, kemudian wajah tembam Dinda muncul di depan mata Arjuna."Rasanya manis dan harum. Aku belum pernah makan makanan yang seenak itu."Ketika Dinda tersenyum, matanya seperti bulan sabit. Dia memiliki sepasang lesung pipit di wajahnya. Dia tampak seperti kucing kecil yang rakus.Lucu sekali sampai membuat hati orang meleleh."Hmm!" Arjuna dengan pelan mencubit wajah tembam Dinda.Saat pertama kali menemukannya, Dinda kurus kering seperti anak kucing. Sekarang dia gemuk sehingga Arjuna merasa sangat puas."Apakah teman-temanmu menyukainya?" Maksud Arjuna adalah gadis-gadis kecil yang dikurung bersama Dinda, yang telah dikirim ke Rumah Bordil Prianka untuk pelatihan setelah diselamatkan."Mereka juga sangat menyukainya. Bukan hanya mereka, tapi kakak-kakak mereka juga menyukainya."Suara Dinda yang jernih dan tajam terdengar lagi. Kakak-
"Toko Arjuna sudah menjual sesuatu!"Mata Sugi membelalak marah. "Bukankah dia membuka toko untuk berjualan? Apa masalahnya?"Kehilangan harga diri di depan orang lain barulah merupakan masalah besar."Yang Mulia, toko Arjuna penuh dengan pedagang yang datang untuk membeli barang. Kue-kuenya laku keras!""Apa katamu?" Sugi menyipitkan matanya, menatap petugas yang berlutut di depannya dengan bingung.Lujain pun meletakkan cangkir tehnya, kemudian menatap juru sita dengan heran."Yang Mulia, Arjuna itu membuat semacam ...." Si pelayan membuat gerakan ketika menjelaskan. "Kue yang sangat istimewa. Kuenya tidak terlalu besar, kira-kira seukuran telapak tangan. Ada dua lapis, dengan buah di atasnya, lalu ....""Sudah, sudah!"Begitu mendengar kata "kue," ekspresi Sugi langsung menjadi rileks. Dia tidak ingin mendengarkan sisa kata-kata petugas itu. Dia mengibaskan tangannya dengan tidak sabar untuk menyela petugas itu."Bukankah itu hanya kue? Berapa harganya? Dia baru membuka toko hari in
"Tungku pemanggangan!" Petugas tersebut membuat gerakan lagi. "Kue-kue itu dibuat secara massal di dalam beberapa tungku pemanggangan itu."Sugi menjadi makin bingung mendengar kata-kata petugas tersebut.Tungku pemanggangan?Tungku pemanggang yang bisa membuat kue?"Yang Mulia!" Jika penasihat Sugi tidak muncul tepat waktu, petugas pemerintah itu pasti sudah disiram teh panas lagi.Setelah sang penasihat membisikkan sesuatu kepada Sugi, ekspresi Sugi tiba-tiba menjadi gelap dan muram."Apakah kue bisa dijual semudah itu?" tanya Lujain yang sedari tadi diam.Akan tetapi, pertanyaannya terdengar agak malas.Apa itu tungku pemanggangan?Apa itu produksi massal?Sebagai calon koki istana kaisar, Lujain tidak peduli dengan hal-hal itu. Hal yang dia pedulikan hanya rasa makanan.Intinya, dia masih tidak percaya bahwa Arjuna bisa mengalahkannya dengan kue."Lujain, ayo kita lihat."Begitu keluar dari Restoran Kebon Sirih, Sugi melihat bagian luar toko Arjuna penuh dengan kereta kuda.Banyak
"Bagus!" Sugi segera berkata kepada penasihat yang ada di sampingnya. "Cepat tulis pengumuman, kemudian minta pelayan di restoran untuk menempelkannya."Lujain berbalik, lalu berjalan kembali ke Restoran Kebon Sirih."Tuan Penasihat, tadi kamu bilang, cake-nya Arjuna dibuat dengan dipanggang?" Lujain, yang sudah melangkah ke Restoran Kebon Sirih, tiba-tiba berbalik."Benar." Penasihat Sugi mengangguk cepat. "Ternyata sebelumnya mereka bermain lumpur untuk membuat tungku. Mereka membuat banyak tungku pemanggangan, cake-cake itu ....""Sudah!" Lujain mengibaskan tangannya. "Aku sudah tahu caranya, kamu tidak perlu memberitahuku."Menggoreng, merebus, mengukus, merebus dan memanggang. Tidak peduli metode masak mana pun, Lujain telah menguasainya sepenuhnya saat dia berusia sepuluh tahun.Sugi pernah menyelidiki Arjuna.Sebelumnya Arjuna tidak bisa memasak apa pun, tetapi setengah tahun yang lalu dia tiba-tiba menguasainya, kemudian membuat ikan bakar.Bagaimana mungkin seorang pecundang b
"Yang Mulia Mois." Arjuna tersenyum, dia tampak bodoh lagi. "Masih terlalu awal untuk mengatakan mengalahkan Lujain, hasilnya masih belum diputuskan.""Ayolah, Nak, kamu ini memang sudah menipu orang dengan penampilan bodohmu ini."Suara Eshan terdengar, tubuh besarnya menyelip di antara Arjuna dan Mois."Yang Mulia, bagaimana boleh Anda berkata seperti itu? Hasilnya memang belum diputuskan." Arjuna mengungkapkan keluhannya."Sudah, sudah."Eshan sedikit bersemangat, tetapi karena dia tinggi, gerakannya terlihat sedikit lucu.Dia lanjut berkata, "Setelah selesai mengambil lapisan bawah cake, aku keluar untuk melihat. Ternyata kereta kuda yang datang untuk membeli cake bertambah banyak."Eshan sudah meminta semua istri dan putri petugas pemerintah, termasuk istri dan putrinya sendiri, untuk datang membantu. Namun, sekarang sudah mau kewalahan juga."Ngomong-ngomong ...." Eshan melirik antrean tak berujung di luar toko. "Arjuna, bagaimana pedagang dari daerah lain tahu kamu membuat cake?
"Beri tahu mereka bahwa orang yang mendesak tidak akan dilayani."Lujain mengucapkan kalimat itu, kemudian membuka pintu menuju halaman belakang dari dapur. Dia lelah setelah membuat begitu banyak saus, jadi dia ingin naik ke lantai atas untuk beristirahat sejenak."Tuan, bukan banyak orang, tapi ... tidak ada orang."Ketika pelayan itu mengucapkan kata "tidak ada orang", suaranya sangat kecil, bahkan bergetar.Nanti dia pasti akan dipukuli."Apa?"Lujain melepaskan gagang pintu, berbalik, lalu menampar wajah pelayan tersebut."Sungguh sia-sia keluargaku menafkahimu selama bertahun-tahun. Apakah kamu bahkan tidak bisa berbicara dengan jelas?"Tidak ada orang?Omongan apa itu? Bagaimana mungkin tidak ada seorang pun yang datang untuk mencicipi masakan seorang Lujain?Pelayan itu memegang sebelah wajahnya yang ditampar sambil berkata dengan takut-takut. "Tuan, benar-benar tidak ada seorang pun di luar.""Sepertinya ibuku sudah terlalu baik padamu. Kamu diberi makan terlalu banyak sehingg
"Yang sudah beli, tolong berikan ke yang belum. Tuan." Eshan tersenyum kepada pemuda yang berada paling dekat dengannya. "Kamu sudah pernah beli sebelumnya. Aku lihat kamu bahkan beli dua.""Dua saja tidak cukup. Total putriku ada dua belas. Dua cake sebelumnya sudah dihabiskan oleh ibu dan putraku, Aku, istri dan putriku belum makan.""Kalau begitu kamu harus beli setidaknya delapan sampai sepuluh cake. Tidak bisa, tidak bisa."Orang-orang di belakang bergegas maju, mendorong pemuda itu ke samping.Setelah beberapa waktu berlalu, Eshan didemo menggunakan uang, orang-orang rebutan kue."Jangan rebutan, jangan rebutan. Semuanya kebagian. Kalau masih kurang, aku akan minta Arjuna menyisakannya untuk dibawa ke sini." Eshan merasa tak berdaya."Sepakat ya. Kalau tidak disisakan, awas saja."Adegan macam apa ini? Orang-orang mengancam kepala daerah, kepala daerah malah tertawa.Raut wajah Sugi begitu muram. Dia melirik Lujain yang berekspresi sama muramnya."Semuanya! Semuanya!" Sugi berdir
Parahnya lagi, ada yang rela melakukan reservasi dan mengantre selama setengah tahun untuk menyantap hidangan yang Lujain masak.Sekarang orang-orang ini mengatakan bahwa mereka ingin makan kuenya Arjuna, tidak ingin makan masakannya!Apakah kue murahan itu benar-benar seenak itu?Para tamu di aula terus berceloteh."Benar sekali. Benar-benar menyebalkan. Menurutku Lujain hanya terkenal. Aku mencoba masakannya kemarin, rasanya begitu saja.""Aku datang ke sini dua hari lalu. Sejujurnya, rasanya cukup enak. Wajar saja kalau koki istana berminat padanya. Tapi, dibandingkan dengan cake buatan Arjuna, aku lebih menyukai cake Arjuna.""Apakah kalian semua sudah makan cake-nya? Aku sudah pergi ke banyak tempat hari ini dan mengantre lama, tapi tetap saja aku tidak dapat satu pun.""Aku juga tidak sempat makan. Anakku sangat tidak sabar. Katanya kalau aku tidak bisa membelinya hari ini, mereka tidak akan lagi mengakuiku sebagai ayah mereka.""Anakmu mengeluh padamu, kamu bisa saja memarahinya
Ketika Eshan melihat papan di Restoran Kebon Sirih yang bertuliskan "Koki Utama Lujain, diskon 50%," Eshan masih khawatir.Alhasil, tak lama kemudian, orang-orang Sugi pun datang menemuinya dan mengatakan bahwa dia telah bertindak curang dengan melarang pelanggan masuk ke Restoran Kebon Sirih. Dia diminta untuk menjelaskannya kepada Sugi.Eshan yang semula marah karena seorang penasihat hukum tanpa jabatan resmi berani berbicara kepadanya seperti itu. Namun, dia tiba-tiba merasa lebih baik ketika mendengar bahwa Restoran Kebon Sirih tidak ada tamu.Eshan segera membalas penasihat hukum Sugi bahwa dia akan segera menjelaskannya kepada Sugi.Sugi menatap Eshan dengan marah. "Kenapa tidak ada orang di Restoran Kebon Sirih? Sebagai kepala daerah Kabupaten Damai, bukankah kamu mengetahuinya dengan jelas?"Eshan menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Benar. Bisa-bisanya Restoran Kebon Sirih tidak ada orang ketika Yang Mulia Sugi dan Koki Utama Lujain yang mengelola. Sebagai kepala daerah, ak
"Beri tahu mereka bahwa orang yang mendesak tidak akan dilayani."Lujain mengucapkan kalimat itu, kemudian membuka pintu menuju halaman belakang dari dapur. Dia lelah setelah membuat begitu banyak saus, jadi dia ingin naik ke lantai atas untuk beristirahat sejenak."Tuan, bukan banyak orang, tapi ... tidak ada orang."Ketika pelayan itu mengucapkan kata "tidak ada orang", suaranya sangat kecil, bahkan bergetar.Nanti dia pasti akan dipukuli."Apa?"Lujain melepaskan gagang pintu, berbalik, lalu menampar wajah pelayan tersebut."Sungguh sia-sia keluargaku menafkahimu selama bertahun-tahun. Apakah kamu bahkan tidak bisa berbicara dengan jelas?"Tidak ada orang?Omongan apa itu? Bagaimana mungkin tidak ada seorang pun yang datang untuk mencicipi masakan seorang Lujain?Pelayan itu memegang sebelah wajahnya yang ditampar sambil berkata dengan takut-takut. "Tuan, benar-benar tidak ada seorang pun di luar.""Sepertinya ibuku sudah terlalu baik padamu. Kamu diberi makan terlalu banyak sehingg
"Yang Mulia Mois." Arjuna tersenyum, dia tampak bodoh lagi. "Masih terlalu awal untuk mengatakan mengalahkan Lujain, hasilnya masih belum diputuskan.""Ayolah, Nak, kamu ini memang sudah menipu orang dengan penampilan bodohmu ini."Suara Eshan terdengar, tubuh besarnya menyelip di antara Arjuna dan Mois."Yang Mulia, bagaimana boleh Anda berkata seperti itu? Hasilnya memang belum diputuskan." Arjuna mengungkapkan keluhannya."Sudah, sudah."Eshan sedikit bersemangat, tetapi karena dia tinggi, gerakannya terlihat sedikit lucu.Dia lanjut berkata, "Setelah selesai mengambil lapisan bawah cake, aku keluar untuk melihat. Ternyata kereta kuda yang datang untuk membeli cake bertambah banyak."Eshan sudah meminta semua istri dan putri petugas pemerintah, termasuk istri dan putrinya sendiri, untuk datang membantu. Namun, sekarang sudah mau kewalahan juga."Ngomong-ngomong ...." Eshan melirik antrean tak berujung di luar toko. "Arjuna, bagaimana pedagang dari daerah lain tahu kamu membuat cake?
"Bagus!" Sugi segera berkata kepada penasihat yang ada di sampingnya. "Cepat tulis pengumuman, kemudian minta pelayan di restoran untuk menempelkannya."Lujain berbalik, lalu berjalan kembali ke Restoran Kebon Sirih."Tuan Penasihat, tadi kamu bilang, cake-nya Arjuna dibuat dengan dipanggang?" Lujain, yang sudah melangkah ke Restoran Kebon Sirih, tiba-tiba berbalik."Benar." Penasihat Sugi mengangguk cepat. "Ternyata sebelumnya mereka bermain lumpur untuk membuat tungku. Mereka membuat banyak tungku pemanggangan, cake-cake itu ....""Sudah!" Lujain mengibaskan tangannya. "Aku sudah tahu caranya, kamu tidak perlu memberitahuku."Menggoreng, merebus, mengukus, merebus dan memanggang. Tidak peduli metode masak mana pun, Lujain telah menguasainya sepenuhnya saat dia berusia sepuluh tahun.Sugi pernah menyelidiki Arjuna.Sebelumnya Arjuna tidak bisa memasak apa pun, tetapi setengah tahun yang lalu dia tiba-tiba menguasainya, kemudian membuat ikan bakar.Bagaimana mungkin seorang pecundang b
"Tungku pemanggangan!" Petugas tersebut membuat gerakan lagi. "Kue-kue itu dibuat secara massal di dalam beberapa tungku pemanggangan itu."Sugi menjadi makin bingung mendengar kata-kata petugas tersebut.Tungku pemanggangan?Tungku pemanggang yang bisa membuat kue?"Yang Mulia!" Jika penasihat Sugi tidak muncul tepat waktu, petugas pemerintah itu pasti sudah disiram teh panas lagi.Setelah sang penasihat membisikkan sesuatu kepada Sugi, ekspresi Sugi tiba-tiba menjadi gelap dan muram."Apakah kue bisa dijual semudah itu?" tanya Lujain yang sedari tadi diam.Akan tetapi, pertanyaannya terdengar agak malas.Apa itu tungku pemanggangan?Apa itu produksi massal?Sebagai calon koki istana kaisar, Lujain tidak peduli dengan hal-hal itu. Hal yang dia pedulikan hanya rasa makanan.Intinya, dia masih tidak percaya bahwa Arjuna bisa mengalahkannya dengan kue."Lujain, ayo kita lihat."Begitu keluar dari Restoran Kebon Sirih, Sugi melihat bagian luar toko Arjuna penuh dengan kereta kuda.Banyak
"Toko Arjuna sudah menjual sesuatu!"Mata Sugi membelalak marah. "Bukankah dia membuka toko untuk berjualan? Apa masalahnya?"Kehilangan harga diri di depan orang lain barulah merupakan masalah besar."Yang Mulia, toko Arjuna penuh dengan pedagang yang datang untuk membeli barang. Kue-kuenya laku keras!""Apa katamu?" Sugi menyipitkan matanya, menatap petugas yang berlutut di depannya dengan bingung.Lujain pun meletakkan cangkir tehnya, kemudian menatap juru sita dengan heran."Yang Mulia, Arjuna itu membuat semacam ...." Si pelayan membuat gerakan ketika menjelaskan. "Kue yang sangat istimewa. Kuenya tidak terlalu besar, kira-kira seukuran telapak tangan. Ada dua lapis, dengan buah di atasnya, lalu ....""Sudah, sudah!"Begitu mendengar kata "kue," ekspresi Sugi langsung menjadi rileks. Dia tidak ingin mendengarkan sisa kata-kata petugas itu. Dia mengibaskan tangannya dengan tidak sabar untuk menyela petugas itu."Bukankah itu hanya kue? Berapa harganya? Dia baru membuka toko hari in
"Apakah camilan yang aku buat tadi malam enak?" Arjuna menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan lain."Enak!"Suara jernih terdengar dari belakang Arjuna, kemudian wajah tembam Dinda muncul di depan mata Arjuna."Rasanya manis dan harum. Aku belum pernah makan makanan yang seenak itu."Ketika Dinda tersenyum, matanya seperti bulan sabit. Dia memiliki sepasang lesung pipit di wajahnya. Dia tampak seperti kucing kecil yang rakus.Lucu sekali sampai membuat hati orang meleleh."Hmm!" Arjuna dengan pelan mencubit wajah tembam Dinda.Saat pertama kali menemukannya, Dinda kurus kering seperti anak kucing. Sekarang dia gemuk sehingga Arjuna merasa sangat puas."Apakah teman-temanmu menyukainya?" Maksud Arjuna adalah gadis-gadis kecil yang dikurung bersama Dinda, yang telah dikirim ke Rumah Bordil Prianka untuk pelatihan setelah diselamatkan."Mereka juga sangat menyukainya. Bukan hanya mereka, tapi kakak-kakak mereka juga menyukainya."Suara Dinda yang jernih dan tajam terdengar lagi. Kakak-