"Disa, ayo kita naik."Tahu bahwa Disa sedang kesal, Arjuna pun menarik tangan Disa, lalu berjalan menuju lantai atas."Hei, Arjuna, herbalnya!"Shaka mengejar mereka sambil membawa kantong berisi obat itu. Disa mengambilnya, kemudian melemparkannya pada Shaka."Minum sendiri kalau mau!"Usai berbicara, Disa langsung menutup pintu.Pintu hampir mengenai hidung Shaka yang berdiri di depan pintu."Anak ini benar-benar tak tertolong! Anak ini benar-benar tak tertolong!“Setelah diabaikan, Shaka berdiri di luar pintu sambil mengoceh di depan pintu dengan marah.Arjuna dan Disa terus mengabaikannya. Setelah lelah mengoceh, Shaka baru pergi.Pada hari ketiga ujian, Arjuna tetap tidur.Apa daya, waktunya terlalu panjang dan membosankan. Sulit untuk tidak mengantuk.Damar mengamuk. Dia berteriak bahwa dia akan melaporkan Arjuna."Kak Damar!" Seseorang menahannya. "Toh, ini sudah hari terakhir, untuk apa kamu repot-repot melaporkan orang bodoh itu? Setelah nilai ujian diumumkan, Arjuna akan die
"Seharusnya hanya sama nama, tidak mungkin itu Arjuna dari Desa Embun.""Tidak!" Penguji peringkat mengangkat jari telunjuknya, lalu melambaikannya di depan orang tersebut. "Kamu salah. Arjuna dalam buku adalah Arjuna dari Desa Embun.""Hei, Bos!" Seseorang di antara kerumunan langsung berteriak, "Apakah kamu berwelas asih, ingin kurang menghasilkan uang tahun ini?"Penguji peringkat lanjut menggoyangkan jari telunjuknya. "Bukankah aku sudah mengatakan bahwa prediksi tahun ini adalah tiga peringkat teratas dan terbawah.""Prediksi peringkat terbawah?""Ya, harganya lima sen juga per taruhan. Cepat pasang taruhannya. Beli banyak, dapat banyak.""Begitu ya ...." Mata Damar langsung berbinar. "Bos, aku akan membeli empat ratus taruhan. Semuanya untuk Arjuna.""Aku mau sepuluh taruhan.""Aku mau lima puluh taruhan."Taruhan Arjuna berada di posisi terbawah direbut oleh semua orang, bahkan lebih laku daripada taruhan Shaka. Seketika popularitas Arjuna beberapa kali lebih tinggi daripada Sha
"Menjadi istri Pak Pahan adalah posisi yang sangat bergengsi, tapi dia malah mengambil inisiatif untuk meminta cerai. Ck, ck, ck, dia benar-benar gila.""Hahaha!" Pahan tertawa dingin. "Oke! Sepakat! Jangan sampai nanti kamu menangis dan mengadu kalau aku yang menindasmu!""Ibu!"Fiona bergegas ke depan Buana. "Aku mohon, jangan begini."Jubah putih, gaun merah muda, tubuh rapuh, mata besar, tatapan melankolis, dan bulu mata panjang.Di bulan Februari yang dingin, Fiona terlihat sangat lemah berdiri melawan angin. Hal ini membuat orang lain merasa kasihan padanya."Fiona, jangan membujuk Ibu lagi. Ibu sudah memutuskan." Tatapan Buana yang lembut memancarkan tekad yang tak tertandingi."Tante Buana, perbuatan Tante memang kurang pantas. Minta maaflah kepada Pak Pahan. Biarkan masalah ini berlalu."Arjuna juga mencoba membujuk Buana.Arjuna yakin dia bisa lulus ujian, tetapi dia tidak ingin Buana berpisah dengan Pahan karena dirinya.Zaman itu, setelah suami istri bercerai, istri akan me
Begitu teriakan tersebut terdengar, tiba-tiba terdengar suara gaduh di lantai bawah.Orang-orang bergegas untuk saling memberi tahu. Dalam sekejap, seluruh Kabupaten Damai seperti setetes air yang menetes ke wajan berisi minyak.Berisik sekali!"Hasilnya sudah keluar! Tuan, ayo kita pergi!"Arjuna yang sedang duduk di kursi sambil membaca buku, ditarik oleh Disa. Gadis itu menariknya dengan kuat sehingga buku di tangan Arjuna pun jatuh ke lantai."Hei, bukuku!""Tuan, abaikan buku itu. Kita lihat dulu pengumuman peringkatnya."Disa menarik Arjuna keluar dari kamar khusus, lalu berlari ke bawah.Semua pelajar di penginapan berhamburan keluar dari kamar mereka.Semua orang sangat gugup. Orang yang merasa percaya diri tampak menantikannya, sementara orang yang merasa ujiannya sulit tampak gelisah. Mereka diam-diam berdoa agar peringkat mereka tidak terlalu rendah.Hasil ujian diumumkan di depan pintu ruang ujian.Saat Arjuna dan Disa tiba, tempat pengumuman hasil ujian sudah penuh sesak d
"Aku berhasil! Aku berhasil, Ayah, Ibu! Aku berhasil, aku berhasil!"Tak lama kemudian, beberapa orang di antara kerumunan itu menari-nari, memeluk orang-orang di sekitarnya, bersorak kegirangan.Arjuna menoleh ke arah suara itu, lalu melihat orang yang berteriak tersebut. Dia tampak berusia setidaknya tiga puluh tahun. Dia baru saja lulus ujian daerah pada usia tiga puluh, tidak heran dia begitu bersemangat.Terdengar lagi suara-suara kegembiraan, tetapi lebih banyak suara kesedihan dan ratapan.Beberapa orang bahkan merasa tidak puas dengan hasil. Mereka menangis, menunjuk papan pengumuman sembari memarahi kepala daerah yang tidak bisa melihat bakat mereka."Hei, jangan dorong-dorong. Aku masih mencari nama tuanku."Disa, yang berjinjit untuk mencari nama Arjuna, terdorong keluar. Makin banyak orang bergegas ke bagian depan.Sebagian besar orang yang menyerbu dari belakang adalah orang-orang biasa yang memasang taruhan. Kekuatan mereka jauh lebih besar daripada para pelajar. Disa seg
"Posisi terakhir. Dia benar-benar di posisi terakhir.""Itu artinya kita menang taruhan. Ayo, ayo, minta uang sama Bos!"Entah sejak kapan semua siswa di Desa Embun mengepung Arjuna, termasuk Shaka."Arjuna, tidak masalah kali ini kamu berada di posisi terakhir. Kamu harus bekerja lebih keras tahun depan, berusaha untuk naik beberapa peringkat."Shaka sok menghibur Arjuna lagi.Dia lulus di peringkat tinggi, sedangkan Arjuna dieliminasi di peringkat terakhir.Dia menyukai perbandingan yang begitu kontras."Menurutku, Arjuna, sebaiknya kamu jangan ikut ujian lagi tahun depan. Ujian malah tidur, nilai ujian paling rendah. Sekolah kita tak bisa dipermalukan seperti ini."Ekspresi Damar terlihat sangat buruk. Dia mulai menyalahkan Arjuna karena telah mempermalukannya."Aku setuju dengan Kak Damar. Selain Shaka, meskipun kami tidak lulus ujian daerah, kami semua berada di kategori C, bukan D. Apalagi kategori D terakhir."Orang yang berbicara adalah Kanu dari Desa Naga. Dia adalah siswa ter
"Kategori A!""Nama Arjuna ada di kategori A!""Artinya Arjuna lulus!""Jangan-jangan sama nama?""Bukankah sudah tertera di papan peringkat? Arjuna dari Desa Embun, Kota Triana. Apakah ada dua Arjuna dari Desa Embun yang mengikuti ujian?""Tidak mungkin. Aku dari Desa Embun. Hanya ada satu orang yang bernama Arjuna di desa kami."Perkataan penduduk Desa Embun itu telah merampungkan perkara tersebut."Jadi, Arjuna benar-benar lulus ujian daerah!"Di tengah seruan, ekspresi dan tindakan orang-orang di sekitar lokasi pengumuman nyaris serupa.Mata dan mulut mereka terbuka lebar. Mereka menatap nama terakhir pada kategori A itu dengan mata terbelalak.Mereka yang membeli taruhan tampak frustrasi.Mereka menyesal tidak membeli taruhan bahwa Arjuna lulus ujian.Itu adalah taruhan yang dapat melipatgandakan uang mereka sebanyak seratus kali lipat.Penguji peringkat pun diam-diam berkeringat. Demi mendapatkan lebih banyak uang, dia gencar mempromosikan taruhan bahwa Arjuna lulus ujian daerah.
Bahkan dengan fakta yang ada di depan mereka, tidak ada pelajar yang akan mengakui bahwa Arjuna lebih baik dari mereka. Setelah berbagai analisis, mereka semua merasa bahwa Arjuna hanya beruntung. Asal menjawab, tetapi benar.Alasan bahwa Arjuna menjawab dengan benar karena beruntung membuat para pelajar itu merasa lebih baik.Setelah merasa lebih baik, mereka mulai meratap.Mereka meratapi nasib buruk mereka dan merasa bahwa Tuhan tidak membantu mereka.Di tengah ratapan orang-orang, para pelajar di kategori B dengan tidak terima mengemasi barang mereka, lalu kembali ke rumah masing-masing.Beberapa orang merasa percaya diri. Jika Arjuna bisa lulus, maka mereka juga bisa lulus tahun depan.Beberapa orang merasa patah semangat. Mereka berpikir bahwa Arjuna sangat beruntung, sedangkan mereka telah bekerja keras selama bertahun-tahun, tetapi tetap tidak dapat mencapai kategori A.Walau Shaka tampak baik-baik saja di luar, dia sebenarnya merasa sedih.Meskipun ini adalah tahun pertama dia
"Arjuna, jangan salah paham. Meskipun aku tidak punya anak laki-laki, aku punya delapan belas anak perempuan. Aku pria normal. Kalau kamu tidak percaya padaku ...."Danis mengangkat tangannya, kemudian bersumpah atas nama putri-putrinya. "Kalau aku berbohong, tidak seorang pun putriku dapat menikah. Putri yang sudah menikah tidak akan melahirkan anak laki-laki."Pada saat ini, Arjuna merasa kasihan pada putri-putri Danis. Mana ada ayah seperti itu?"Kalau begitu kamu tidak masalah, kenapa kamu tiba-tiba melamun?""Apakah aku melamun? Arjuna, bukankah kamu seorang pelajar? Bagaimana kamu bisa tahu banyak tentang militer? Rasanya seperti kamu telah berperang sepanjang waktu."Danis tidak hanya tidak menjawab pertanyaan Arjuna, dia juga mengalihkan topik pembicaraan, mempertanyakan identitas Arjuna.Arjuna menatap Danis dengan tenang.Dasar pria tua licik.Tidak masalah, ini bukan pertama kalinya dia bertemu dengan pria tua yang licik."Bukankah kamu bilang aku seorang pelajar? Aku membac
"Tidak boleh."Arjuna menolak tanpa memikirkannya.Membuat granat buatan bukanlah tugas yang sulit bagi manusia modern seperti dia, tetapi bukan tugas yang mudah bagi orang-orang kuno yang tidak memahami prinsip-prinsip ledakan dan proporsi pecahan.Adapun Magano dan yang lainnya, mereka tidak akan bisa membuatnya tanpa Arjuna yang menimbang bahan mentah di samping mereka.Mengajar orang kuno tidaklah mudah, itu hanya salah satu alasannya.Untuk alasan lain, Arjuna tidak mengenal Danis. Jika Danis adalah pria yang memiliki ambisi jahat, maka Arjuna akan menjadi pendosa abadi di Dinasti Bratajaya.Seandainya Danis adalah pejabat baik yang setia kepada Dinasti Bratajaya ....Bagaimana dengan orang-orang di sekitarnya?Dia sudah begitu tua, Pasukan Serigala akan diserahkan kepada orang lain cepat atau lambat."Arjuna." Danis masih mengemis."Tidak, aku bilang tidak boleh, maka tidak boleh. Kalau kamu mengoceh lagi, keretanya untukmu saja, aku akan turun."Sambil berbicara, Arjuna mengulur
"Kamu jalan kaki. Siapa yang menyuruhmu naik kereta?"Sekalipun keretanya cukup besar, Danis tidak akan membiarkan Andi naik kereta."Aku ... jalan kaki?"Seorang bupati tingkat lima memberikan keretanya kepada seorang pelajar, kemudian dia jalan kaki.Ini adalah pertama kalinya hal seperti ini terjadi dalam ratusan tahun sejak berdirinya Dinasti Bratajaya.Mata Danis menjadi gelap, menatap lurus ke arah Andi, "Apa? Dengan kondisimu saat ini, kamu bahkan tidak bisa berjalan? Kalau memang begitu, aku akan menyampaikannya kepada Yang Mulia agar kamu bisa pensiun lebih awal.""Marsekal, aku masih kuat. Bisa jalan, bisa jalan!"Andi tidak berani lagi mengatakan omong kosong. Dia berbalik, lalu berkata kepada pengawal yang ada di sampingnya. "Cepat suruh kusir untuk menarik kereta keluar dari tempat tersembunyi, lalu tunggu di sana."Sesampainya di depan kereta, Danis melihat sekilas bangku lipat di samping kereta, kemudian menendangnya lagi. "Benda ini terlihat tidak kuat sama sekali. Kamu
"Aku tidak butuh dia menggendongku, aku bisa jalan sendiri," lanjut Arjuna. Dia sedikit tidak senang. Dia merasa itu merepotkan, berjalan sendiri lebih cepat."Tidak, kamu harus digendong. Kamu terluka parah sekarang. Kalau kau berjalan dan menggoyangkan tanganmu, tanganmu yang terluka akan bengkok di kemudian hari."Danis usai berbicara, lalu menoleh untuk bertanya kepada tabib yang merawat Arjuna. "Benar, bukan?""Oh ... benar, benar. Sekarang kamu tidak boleh berjalan sendiri."Sang tabib mengangkat tangannya untuk menyeka keringat di dahinya.Ini adalah pertama kalinya dia berbohong selama bertahun-tahun menjadi tabib.Tatapan Marsekal tampak membunuh, bagaimana mungkin dia berani mengatakan kebenaran?"Tuan, dengarkanlah tabib," ucap Disa dengan cemas.Mungkin itu yang dikatakan budak cinta.Disa, yang mengkhawatirkan Arjuna, menjadi tak bisa berpikir karena melihatnya terluka."Nah!" Danis tiba-tiba meninggikan suaranya. "Kamu dengar, 'kan? Bukan hanya tabib, istrimu juga berpiki
"Plak!"Segenggam tanah dilemparkan dengan keras ke wajah Firhan. Tanahnya terasa panas karena terbakar api."Oh!"Firhan menjerit kesakitan, kemudian memegang wajahnya sambil mengumpat, "Siapa? Siapa yang melempar tanah ke wajahku? Keluar lalu berlutut di hadapanku untuk minta ampun, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk mengampuni nyawamu.""Aku."Terdengar suara yang datar, lembut dan nyaring."Kamu ... bukankah kamu ...."Ketika Firhan melihat dengan jelas orang yang berbicara, kakinya menjadi lemas, dia pun berlutut."Marsekal Agung, a ... aku ...."Wajah Firhan pucat. Dia berbicara dengan gemetar, tidak dapat menyelesaikan kalimatnya."Aku pantas mati, aku pantas mati!"Melihat ekspresi Danis yang makin muram, Firhan terus menampar wajahnya sendiri."Cukup!" Danis penuh dengan ketidaksabaran, "Berhentilah berpura-pura, lalu kemari!""Baik, baik!" Firhan melompat ke dalam terowongan lalu berkata, "Marsekal, apa yang bisa aku lakukan?""Jongkok, gendong Arjuna turun gunung!"Begi
Dari tiga ratusan bandit di Kampung Seruni, beberapa orang terbunuh, beberapa orang terluka, sisa sedikit yang masih hidup."Arjuna!" Magano berteriak, "Aku akan membawa gadis-gadis itu ke atas, meledakkan mereka semua dengan granat kendi anggur."Granat sederhana bisa dibuat dengan cara memasukkan pasir, bubuk mesiu, petasan setebal ibu jari dan fosfor kuning ke dalam toples anggur yang hanya dapat menampung dua tael anggur secara proporsional. Kemudian membuat sumbu untuk menggesekkan fosfor kuning.Sebelum mengalami transmigrasi zaman, Arjuna pernah mempraktikkannya.Bubuk mesiu, petasan, serta barang-barang berbahaya lainnya juga dikendalikan oleh pemerintah di Dinasti Bratajaya.Toko petasan hanya boleh dibuka oleh pejabat pemerintah.Inilah sebabnya Arjuna meminta bantuan Eshan.Tanpa Eshan, dia tidak mampu membuat granat buatan sendiri."Tidak perlu, kembalilah."Arjuna buru-buru memanggil Magano untuk menghentikan mereka. Dalam pertarungan tatap muka, mereka bukanlah tandingan
Melihat makin banyak tembok markas bandit yang runtuh dan makin banyak bandit yang jatuh, gadis-gadis itu menjadi makin bersemangat.Beberapa orang bahkan melempar sambil berdiri."Jangan berdiri, cepat telungkup kembali!"Arjuna memperingatkan dengan mendesak, tetapi sudah terlambat.Delapan anak panah ditembak dari atas benteng gunung. Kedelapan anak panah itu sangat akurat. Setiap anak panah memanah seorang gadis.Tiga di antara mereka tewas. Meskipun nyawa yang lainnya tidak dalam bahaya, mereka tidak dapat lagi bertarung.Bahkan Arjuna yang mengangkat tangannya untuk mengingatkan para gadis pun terkena anak panah."Tuan!"Disa bergegas menuju Arjuna."Tuan Arjuna!""Arjuna!"Gadis-gadis itu, Magano dan yang lainnya menoleh, kemudian berlari ke arah Arjuna."Jangan kemari! Aku baik-baik saja, lanjut ngebom!" Untuk meyakinkan mereka, Arjuna duduk tegak saat memberi perintah.Mereka berada di posisi yang kurang menguntungkan, jadi mereka harus membunuh para bandit di Kampung Seruni s
Begitu Danis mengangkat kepalanya, dia mendengar perintah kedua dari Arjuna.Gadis-gadis itu mendengar instruksi, lalu segera bangun.Danis melihat sekilas.Jumlah orang di dalam terowongan masih sama seperti sebelumnya. Ledakan itu sangat dahsyat, jaraknya tidak jauh, tetapi tidak ada satu pun prajurit Arjuna yang terluka.Di sisi lain, markas bandit sudah dipenuhi mayat dan menjadi sungai darah.Beberapa orang bahkan hancur berkeping-keping.Para prajurit belum pernah melihat pemandangan setragis itu, beberapa orang bahkan sampai muntah.Ini ....Danis terkejut lagi.Dia tidak mengerti mengapa Arjuna meminta gadis-gadis itu menggali terowongan. Ternyata itu adalah terowongan penyelamat nyawa.Karena mereka menggali lubang untuk menyelamatkan nyawa, kendi anggur yang meledak hebat tadi pasti dilemparkan oleh gadis-gadis itu.Arjuna ini sungguh hebat.Di dalam Kampung Seruni."Ah!""Mengerikan sekali! Mengerikan sekali!""Ibu, Ibu!"Terdengar jeritan, tangisan, bahkan panggilan-panggil
"Gadis-gadis, berhenti menggali!" teriak Arjuna.Jaraknya masih kurang sedikit, tetapi dengan kekuatan lengan gadis-gadis itu, tidak masalah.Sejak memasuki terowongan, Arjuna terus mengawasi pergerakan di Kampung Seruni.Ketika suara tawa dari atas berhenti, dia tahu bahwa yang keluar pasti Sang Ahli Strategi Berwajah Anggun.Dia muncul berarti Kampung Seruni akan menyerang mereka.Sekarang arah angin telah berubah, sangat tidak menguntungkan mereka. Terowongan ini dapat menahan lemparan batu dan anak panah, tetapi tidak dapat menahan api."Saudara-saudara, cepat lengkapi gadis-gadis itu dengan senjata!""Siap!"Dipimpin oleh Magano dan Ravin, belasan pemuda dengan cepat memindahkan semua kotak kayu ke bawah kaki gadis-gadis itu."Gadis-gadis, siap-siap untuk menyerang!""Plak!""Plak, plak!"Gadis-gadis itu membuka kotak kayu yang ada di bawah kaki mereka.Para prajurit yang berdiri di samping menjulurkan leher, sangat penasaran dengan senjata misterius yang ada di dalam kotak-kotak