Jantungnya yang berdebar-debar sejak lima hari lalu kini mencelos.Saat ibunya menariknya ke hadapan Arjuna, dia telah jatuh cinta pada pria ini.Lima hari terakhir adalah lima hari terbahagia dalam hidupnya.Karena dia akan menikah dengan pria yang dia cintai.Pertanyaan Putri Delapan membuat gadis-gadis yang sudah dan sedang naik ke kereta langsung tertegun.Mereka begitu senang hingga melupakan hal ini.Perempuan adalah spesies yang peka. Mereka dapat melihat bahwa Arjuna adalah pria yang baik.Putri Delapan bukan satu-satunya perempuan yang menyukai Arjuna.Mereka semua ingin menikahi Arjuna. Sangat, sangat ingin."Aku tidak sebaik yang kamu bayangkan. Lain kali kerjalah dengan baik, akan ada pria yang lebih menyayangimu menikahimu."Kata-kata seperti itu sangat normal di zaman modern, tetapi ...."Tuk!"Putri Delapan berlutut di depan Arjuna."Hari ini, aku sudah masuk ke Kediaman Kusumo dengan seutas benang merah yang diikatkan di kepalaku. Dalam kehidupan ini, baik hidup maupun
Arjuna sibuk di pabrik pengolahan ikan sepanjang hari. Saat dia hampir tiba di rumah, dia mendengar bunyi terompet, gong dan genderang. Alunannya sangat meriah.Dalam situasi yang kurang baik selama beberapa tahun terakhir, suara-suara meriah seperti itu sudah jarang terdengar. Bahkan Daisha, yang biasa lembut dan pendiam, sangat senang mendengarnya. Dia mengangkat tirai, kemudian bertanya kepada Disa yang mengemudi kereta kuda."Kak Disa, dari rumah mana suara-suara itu?""Tidak tahu, rasanya sangat dekat dengan rumah kita.""Nada terompet sangat ceria. Mungkin ada gadis yang menikah dengan pria baik.""Kerajaan Bratajaya sudah berbeda dari sebelumnya. Dulu menikah, pihak mempelai pria yang meniup terompet. Setelah jumlah pria menipis, jadi pihak perempuan yang meniup terompet.""Bagus sekali!"Kedua saudari itu menunjukkan tatapan iri pada saat yang sama. Mereka mengingat kembali saat mereka dialokasikan untuk Arjuna, mereka berpelukan sambil menangis.Menangis karena ketidakadilan t
"Yang Mulia, kerajaan kita sangat kekurangan laki-laki.""Sekurang apa?""Dari seratus orang, populasi laki-laki kurang dari dua puluh orang. Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak perempuan dewasa yang bunuh diri karena tidak dinikahi. Kalau hal ini terus berlanjut, fondasi kerajaan mungkin akan tidak stabil.""Sebarkan perintah ini. Mulai sekarang, setiap wilayah di kerajaan ini akan mengalokasikan pernikahan. Kalau ada orang yang bersedia menikahi lebih dari tiga wanita, dia akan diberi imbalan.""Orang yang melahirkan anak laki-laki akan diberi imbalan tinggi.""Dalam tiga tahun, populasi laki-laki di kerajaan ini harus lebih banyak dari perempuan."...Arjuna Kusumo bangun karena terganggu oleh suara tangisan.Matanya terbuka, dia pun mendapati dirinya berada di sebuah rumah asing.Di sebelah Arjuna terdapat seorang wanita muda yang sedang menangis sambil menutupi wajahnya."Jangan menangis lagi, berisik sekali!"Mendengar suara Arjuna, wanita itu segera menyeka air matanya seb
"Tuan, saya salah!""..." Arjuna tampak bingung.Dia membungkuk untuk memapah Daisha berdiri, tetapi begitu tangannya menyentuh Daisha, wanita itu langsung bersujud kepadanya."Saya tahu Tuan selalu tidak menyukai keterampilan saya. Saya akan belajar dengan wanita-wanita di desa.""Tapi Anda sudah mematahkan kaki kanan saya sebelumnya. Kalau Anda mematahkan kaki kiri saya juga, saya tidak bisa melayani Anda lagi."Apa?!Kaki Daisha dipatahkan oleh si pemilik tubuh Arjuna sebelumnya?!Melihat kaki kanan Daisha yang pincang, kepala Arjuna pun berdengung.Daisha begitu cantik, lemah lembut dan penurut. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin menyayanginya. Apa yang pria itu pikirkan? Bagaimana dia tega melakukannya?"Kakimu sakit, jangan berlutut lagi."Tubuh Daisha bergetar hebat. Dia yang takut pada Arjuna sama sekali tidak memperhatikan apa yang Arjuna katakan. "Saya mohon, jangan pukul saya lagi. Jangan pukul saya."Tubuh Daisha gemetar, ekspresinya tampak ketakutan.Bisa dilihat bahwa
Arjuna tiba-tiba berteriak dengan dingin, Raditya dan dua pria lainnya tertegun.Bisa-bisanya Arjuna meneriaki mereka?Rumah itu tiba-tiba menjadi sunyi."Arjuna!" Ekspresi Raditya menjadi muram. "Kamu bertingkah seperti ini sejak kami masuk rumah. Tadi aku tidak perhitungan karena mengingat kamu baru saja jatuh ke jurang, belum pulih. Tapi kamu jangan ngelunjak. Aku bicara sampai di sini. Kamu sudah menerima uangnya, jadi baik kamu bersedia atau tidak, lakukan sesuai kesepakatan kita sebelumnya."Saat Raditya berbicara, kedua pria di belakangnya pun berdiri.Kedua pria itu tampak tinggi dan kekar.Jika Arjuna benar-benar berkonflik dengan mereka, dia bisa kabur, tetapi ....Arjuna melirik Daisha yang berdiri dengan kepala menunduk di sampingnya."Aduh, kepalaku!" Arjuna memegang kepalanya, berpura-pura kesakitan. "Setelah jatuh ke jurang, aku terus demam. Kepalaku masih sakit dan bengkak. Aku tidak mengingat banyak hal. Maaf, kawan-kawan."Melihat hal ini, ekspresi ketiga pria itu bar
"Kamulah yang harus memohon!" Arjuna mengambil mangkuk lain."Buk!""Beranikah aku menghajarmu?""Ah!" Raditya yang tidak waspada pun jatuh ke lantai, kemudian menjerit. Setelah itu, dia mencoba untuk bangun, tetapi Arjuna tidak memberinya kesempatan."Buk!""Berani atau tidak?""Buk!""Berani atau tidak?"Setiap kali bertanya, Arjuna akan memukul Raditya sekali.Pukulan Arjuna menjadi makin keras setiap kalinya.Kepala Raditya langsung memerah, darah yang mengalir keluar makin banyak. Awalnya dia masih tahan, tetapi setelahnya pukulan Arjuna makin menyakitkan sehingga dia pun memohon.Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka menurunkan tangan mereka yang tadinya bersedekap di depan dada. Mereka saling menatap, tetapi tidak berani membantu Raditya.Kenapa Arjuna berbeda dari yang mereka ketahui?Arjuna yang mereka kenal tidak bisa menghajar siapa pun, selain wanitanya sendiri. Reputasinya sebagai preman desa karena ada Raditya yang melindunginya.Kenapa sekarang ...."Buk, buk, buk!" Arjun
"Siu!""Set!" Sebuah anak panah tertancap di panel pintu.Arjuna menatap anak panah yang berjarak nol koma sekian sentimeter darinya dengan mata terbelalak. Dia merasa seperti baru selamat dari bencana. Jika anak panah itu meleset sedikit saja ....Siapa?Siapa yang begitu berani?!Seorang wanita yang tinggi dan cantik tiba-tiba muncul di depan Arjuna."Kak Disa!"Sebelum Arjuna bereaksi, Daisha sudah menghampiri wanita itu.Kak Disa.Disa Alsava?Dalam ingatan Arjuna, Disa adalah kakak kandung Daisha, istri Arjuna yang lain.Arjuna mengamati Disa dengan cermat.Tingginya diperkirakan sekitar 170 sentimeter. Tinggi ini dianggap super tinggi pada zaman kuno.Parasnya mirip dengan Daisha, tetapi juga berbeda.Wajah Disa lebih tegas daripada Daisha, tubuhnya lebih berisi, warna kulitnya mendekati warna gandum, ditambah dengan tinggi badannya, dia memberi kesan lancang dan seksi.Mungkin karena lari cepat, wajah Disa memerah, butiran keringat menetes dari dahinya, dadanya naik turun, pakai
Disa tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia menurunkan anak panah dari busur panah, menggenggamnya dengan erat sambil memelototi Arjuna dengan tajam.Arjuna juga merasa marah saat mendengarnya. Jangankan Disa, dia saja ingin rasanya mencekik Arjuna yang sebelumnya.Daisha perlahan menurunkan tangannya yang terentang. Cahaya dalam matanya meredup sedikit demi sedikit. Disa benar, mereka belum pernah merasakan kehidupan yang nyaman sejak menginjakkan kaki di rumah ini.Dia sering bertanya-tanya, apakah mati lebih baik daripada hidup?"Dik Daisha, menyingkirlah." Disa mendorong Daisha ke samping, kemudian mengarahkan busur dan anak panahnya ke arah Arjuna lagi."Ah!" Daisha menutup matanya, dia tidak berani melihat.Sekitar tiga detik berlalu."Kamu ...."Disa tertegun melihat Arjuna yang mencekal tangannya di hadapannya."Bagaimana, bagaimana kamu ...." Disa berbicara dengan tidak jelas.Bagaimana Arjuna tiba di depannya dan mencengkeram tangannya? Bagaimana dia memiliki kecepatan sepert
Arjuna sibuk di pabrik pengolahan ikan sepanjang hari. Saat dia hampir tiba di rumah, dia mendengar bunyi terompet, gong dan genderang. Alunannya sangat meriah.Dalam situasi yang kurang baik selama beberapa tahun terakhir, suara-suara meriah seperti itu sudah jarang terdengar. Bahkan Daisha, yang biasa lembut dan pendiam, sangat senang mendengarnya. Dia mengangkat tirai, kemudian bertanya kepada Disa yang mengemudi kereta kuda."Kak Disa, dari rumah mana suara-suara itu?""Tidak tahu, rasanya sangat dekat dengan rumah kita.""Nada terompet sangat ceria. Mungkin ada gadis yang menikah dengan pria baik.""Kerajaan Bratajaya sudah berbeda dari sebelumnya. Dulu menikah, pihak mempelai pria yang meniup terompet. Setelah jumlah pria menipis, jadi pihak perempuan yang meniup terompet.""Bagus sekali!"Kedua saudari itu menunjukkan tatapan iri pada saat yang sama. Mereka mengingat kembali saat mereka dialokasikan untuk Arjuna, mereka berpelukan sambil menangis.Menangis karena ketidakadilan t
Jantungnya yang berdebar-debar sejak lima hari lalu kini mencelos.Saat ibunya menariknya ke hadapan Arjuna, dia telah jatuh cinta pada pria ini.Lima hari terakhir adalah lima hari terbahagia dalam hidupnya.Karena dia akan menikah dengan pria yang dia cintai.Pertanyaan Putri Delapan membuat gadis-gadis yang sudah dan sedang naik ke kereta langsung tertegun.Mereka begitu senang hingga melupakan hal ini.Perempuan adalah spesies yang peka. Mereka dapat melihat bahwa Arjuna adalah pria yang baik.Putri Delapan bukan satu-satunya perempuan yang menyukai Arjuna.Mereka semua ingin menikahi Arjuna. Sangat, sangat ingin."Aku tidak sebaik yang kamu bayangkan. Lain kali kerjalah dengan baik, akan ada pria yang lebih menyayangimu menikahimu."Kata-kata seperti itu sangat normal di zaman modern, tetapi ...."Tuk!"Putri Delapan berlutut di depan Arjuna."Hari ini, aku sudah masuk ke Kediaman Kusumo dengan seutas benang merah yang diikatkan di kepalaku. Dalam kehidupan ini, baik hidup maupun
"Sok misterius, aku pikir apa. Makanan itu biasanya kugunakan untuk memberi makan ayam dan bebek.""Oh?" Arjuna menatap Raditya dengan dingin. "Itulah alasan kamu tidak berguna. Kamu menggunakannya untuk memberi makan ayam, tapi aku bisa mengubahnya menjadi harta karun."Raditya langsung membantah, "Apakah itu harta karun memangnya tergantung katamu? Ikan kecil seperti itu ada banyak di perapian pegunungan. Beri makan hewan ternak saja, mereka tidak suka.""Raditya benar." Orang-orang setuju. Panen di daerah tersebut telah buruk dalam beberapa tahun terakhir. Banyak orang pernah coba memberi makan hewan ternak dengan ikan kecil, tetapi hewan-hewan ternak saja tidak suka."Enak atau tidak, kalian coba dulu saja." Arjuna menyodorkan piring ke depan orang-orang, meminta mereka mencicipinya.Orang-orang awalnya skeptis. Namun setelah beberapa orang mengambil inisiatif untuk makan, ikan-ikan kecil di dalam piring Arjuna pun habis dalam sekejap."Enak, enak sekali.""Arjuna, bagaimana kamu m
"Kalau itu aku, aku akan segera melaporkannya ke pihak berwenang. Kalau mereka tidak melakukan apa-apa, aku akan membuat onar di Restoran Kebon Sirih untuk menghentikan pasokan ikannya. Kalau tidak, orang yang dia celakai kelak akan makin banyak.""Arjuna, bukankah kamu seharusnya memberi kami penjelasan?" Keluarga gadis-gadis itu langsung menghadapi Arjuna. Jika Arjuna benar-benar ingin menikahi putri mereka, mereka tentu akan berterima kasih dan bersedia melakukan apa pun.Akan tetapi, jika Arjuna ingin menjual putri mereka ke Rumah Bordil Prianka, mereka pasti akan bertarung dengan Arjuna."Semuanya, tenang." Khawatir orang-orang itu akan menyakiti Arjuna, Magano buru-buru membawa Ravin dan yang lainnya untuk berdiri di depan Arjuna.Magano dengan marah berteriak, "Raditya, kamu menyebar rumor dan memfitnah!""Apakah aku menyebar rumor dan fitnah? Coba biar Arjuna menjawab, apakah dia menyuruh Tamael kemari untuk membawa gadis-gadis ini pergi?"Tamael memelototi Raditya. "Kamu pikir
Seorang pria berpakaian bagus melompat turun dari kereta, kemudian berjalan ke arah Arjuna."Arjuna, pabriknya sudah siap, besok sudah bisa mulai bekerja. Apakah karyawanmu sudah siap?""Hahaha! Ternyata begitu!"Raditya yang tadinya terusir, tiba-tiba berlari kembali sambil bertepuk tangan.Raditya menunjuk pria berpakaian bagus yang ada di depan Arjuna. "Apakah kalian tahu siapa dia?"Orang-orang menggelengkan kepala. Mereka semua adalah orang-orang termiskin, bagaimana mungkin mereka mengenal orang yang begitu kaya?"Aku beri tahu, namanya Tamael. Dia adalah pemilik Rumah Bordil Prianka.""Rumah Bordil Prianka?"Ketika menyebut Rumah Bordil Prianka, orang-orang menunjukkan tatapan mencemooh.Meskipun para pria gemar pergi ke rumah bordil, tempat-tempat itu kurang layak."Apa yang dia lakukan di sini?" Kedatangan Tamael membuat orang-orang menjadi bingung."Huft!"Raditya tertawa. "Kalian benar-benar lucu. Sebagai pemilik Rumah Bordil Prianka, tentu saja dia datang merekrut gadis-gad
Arjuna menyerahkan ayam kepada Magano, memintanya untuk mengambil lima tael perak dari Daisha, kemudian meminta seseorang mengantarkannya ke rumah Putri Delapan.Disa, Daisha dan keluarga Arkana dengan hangat menyambut para gadis dan keluarga mereka. Halaman rumah menjadi ramai, semua orang dipenuhi dengan kegembiraan."Menurutku, kalian jangan hanya fokus senang. Coba lihat rumah Arjuna, apakah ada tempat yang bisa ditinggali putri kalian?"Di luar pintu, suara Raditya memecahkan suasana gembira di halaman.Gadis-gadis itu barulah menyadari bahwa rumah Arjuna sama persis dengan apa yang mereka lihat lima hari lalu.Lima hari yang lalu, ketika mereka pergi, Arjuna menjanjikan mereka tempat tinggal baru."Dalam waktu lima hari, menantuku pasti tidak sempat menyiapkannya."Beberapa anggota keluarga membela Arjuna, beberapa keluarga meninggalkan mahar, lalu pergi. Setelah beberapa saat, mereka kembali dengan ekspresi tidak senang."Tidak ada rumah jerami di sekitar Desa Embun.""Hah? Kena
"Bukankah sudah kukatakan kalau mereka bukan istri baruku, aku tidak akan menikahi mereka? Aish, nanti baru kujelaskan kepada kalian."Arjuna mengenakan sepatunya, lalu berjalan keluar untuk membuka gerbang rumah."Tuan, selamat pagi. Semoga Tuan selalu sehat."Begitu pintu terbuka, lima puluhan gadis di luar menyambut Arjuna secara bersamaan.Arjuna, yang telah menjalani dua kehidupan, telah banyak makan garam. Akan tetapi, dia tetap terkejut dengan pemandangan di hadapannya.Wah, lima puluhan gadis memberikan penghormatan bersamaan. Ini tidak kalah seru dengan adegan dalam drama di mana para selir memberikan penghormatan kepada kaisar.Pakaian gadis-gadis itu berbeda dari lima hari sebelumnya. Kebanyakan dari mereka mengenakan pakaian katun merah.Di Kerajaan Bratajaya, gaun pengantin kaum orang biasa berwarna merah. Kalau menikah pada musim panas, mereka akan mengenakan baju katun merah. Sedangkan pada musim dingin, mereka mengenakan mantel katun merah.Namun, mantel katun merah yan
"Aku tidak sedang bersikap keras kepala. Aku benar-benar punya tempat untuk mereka tinggal.""Benarkah? Di mana?" Melihat Arjuna begitu percaya diri, Arkana pun bingung. Jangan-jangan Arjuna diam-diam menemukan rumah di suatu tempat selama kurun waktu ini?"Hm ...." Arjuna menggaruk kepalanya, lalu menyengir. "Sekarang aku juga tidak yakin di mana mereka tinggal.""Arjuna, sudah begini kamu masih bercanda?" Arkana agak marah.Magano dan yang lainnya juga tampak sedikit tidak senang.Bagaimana Arjuna bisa menghadapi hal sebesar itu dengan sikap sesantai ini?Walaupun Arjuna tidak menerima gadis-gadis itu pada akhirnya, pemerintah tidak akan menghukumnya dengan keras. Hal itu akan memengaruhi reputasi Arjuna. Reputasi tidak dapat diukur dengan uang.Semua orang terlihat serius, Arjuna juga menjadi serius. "Aku benar-benar tidak bercanda. Ayo kita jual ikan."Pagi ini, ada banyak orang di jalan dari Desa Embun menuju kota kabupaten.Arjuna mengerti bahwa sebagian besar orang itu mengawasi
"Bagaimana kamu melakukannya, bukan kita. Kamu membenci Arjuna dan punya dendam dengannya, sedangkan aku tidak."Shaka menjauhkan diri dari masalah ini. Dia ingin menjatuhkan Arjuna, tetapi dia tidak akan terlibat secara pribadi.Raditya tertegun sejenak, kemudian dia mengumpat dalam hati.Bagus sekali, Shaka. Jelas-jelas kamu yang mencariku dan memberi ide dulu, sekarang malah bilang kamu tidak ingin membalas dendam terhadap Arjuna. Licik sekali.'Namun, lupakan saja. Selama bisa menjatuhkan Arjuna, Raditya tidak peduli walau Shaka tidak mau mengakuinya."Ya, aku sendiri."Shaka barulah merasa puas. Dia menatap tembok yang memisahkannya dari rumah Arjuna, kemudian dia berkata, "Langkah berikutnya mudah. Awasi dia, jangan beri dia kesempatan untuk melarikan diri. Selain itu, kalau kamu melihat dia melakukan gerakan apa pun, pikirkan cara untuk merusak rencananya.""Jangan khawatir soal itu." Raditya melambaikan tangannya, tampak acuh tak acuh. "Hanya lima hari. Memangnya dia benar-bena