Bai Lihai dan Xiao Qiumei kembali melanjutkan perjalanan. Sesekali, si pemuda melirik pada si gadis yang sejak bangun tidak bicara sedikit pun. Sangat berbeda dengan dia yang sebelumnya. Mungkin saja karena dia merasa marah karena semalam Bai Lihai tidak menjawab pertanyaannya. Namun, itu sebenarnya agak aneh karena Bai Lihai sudah sering tidak menjawab pertanyaan si gadis dan tidak ada perubahan sikap dari Xiao Qiumei. Apapun alasannya, Bai Lihai tidak mau tau. Ia justru senang karena Xiao Qiumei tidak akan mengganggunya untuk sementara waktu. "Kau tidak bertanya kenapa aku hanya diam sejak tadi!" Tiba-tiba saja Xiao Qiumei bersuara. Bai Lihai mendengus kesal di dalam hati. Baru saja ia merasa tenang, tiba-tiba Xiao Qiumei sudah kembali menanyakan sebuah pertanyaan aneh. "Hais...! Padahal aku sudah susah payah merubah sikap agar kau menjadi penasaran, tapi kau tetap saja tidak mau memulai pembicaraan," lanjut Xiao Qiumei. Bai Lihai terbatuk mendengar ucapan Xiao Qiumei. Ternyata
Pagoda ini bernama Pagoda Perak. Nama yang sama sekali tidak cocok karena tidak ada sedikit pun unsur perak dalam pembangunan pagoda ini. Pagoda Perak terdiri dari lima lantai dan sama sekali tidak ada pintu masuk ke dalam pagoda. Di bagian depan pagoda, terdapat sebuah patung kuda dengan kepala harimau. Cara untuk memasuki pagoda adalah dengan menatap mata patung tersebut dan dengan kekuatan sihirnya, patung akan membawa Kultivator masuk ke dalam pagoda. Hanya satu Kultivator yang bisa memasuki pagoda dalam satu waktu. Oleh karena itu, mereka harus bergantian untuk mendapatkan Jubah Siluman Level-A. "Apa tidak ada yang berani memasuki pagoda! Dasar penakut! Biar aku yang melakukannya!" Seorang Kultivator Core Formation memasuki Pagoda Perak setelah Kultivator lain tampak tidak ada yang berani masuk. Banyaknya Kultivator yang terluka bahkan terbunuh sebelumnya membuat mereka menjadi takut. Kultivator Core Formation ini menatap mata patung. Seketika, mata patung mengeluarkan cahaya
Ruangan di lantai dua ini tampak diisi oleh sejumlah patung seukuran orang dewasa yang berjejer di tiap sisi ruangan. Patung-patung ini memiliki tubuh seperti manusia dengan kepala seperti serigala. Setidaknya, ada 12 patung di tempat ini. Patung-patung ini jelas bukanlah patung-patung biasa. Masing-masing patung telah terhubung dengan sebuah Array yang membuatnya bisa menjadi hidup. Tidak diragukan lagi, patung-patung ini adalah rintangan yang harus dilalui oleh Bai Lihai.Di saat si pemuda mulai melangkah, di saat itu juga patung-patung mulai bergerak. Masing-masing patung mengarahkan pandangannya pada Bai Lihai. "Maju kalian semua!" Bai Lihai bergumam sendiri. Seperti mengikuti perintah Bai Lihai, patung-patung itu bergerak secara bersama-sama menyerang si pemuda. Langkah kaki mereka membuat lantai pagoda menjadi bergetar. Kekuatan patung-patung ini bisa dikatakan setara dengan dengan Kultivator di ranah Qi Refining 5. Kekuatan mereka masih dibawah Bai Lihai, tapi si pemuda perl
Bai Lihai menggunakan Jimat Pelindung untuk melindungi diri. Namun, hanya dua Jimat yang sempat ia gunakan, sehingga sebuah kubah tidak cukup kuat menahan semburan api. Tubuh si pemuda terkena serangan. Ia terlempar dan menghantam tembok pagoda. Darah segar keluar dari mulutnya. Melihat tuannya yang terluka, konsentrasi Elang Es terbagi. Itu membuat Singa Api mendapat celah. Sebuah serangan berhasil membuat Elang Es terhempas. Singa Es mengaum dengan keras, menunjukkan keperkasaannya. Seolah-olah, ialah penguasa tempat ini. Hanya sesaat, Singa yang awalnya mengaum tiba-tiba menjadi mengerang kesakitan. Itu terjadi karena cakram cahaya yang masih aktif menyerang bagian dalam mulut Singa Api yang terbuka. Hewan Roh itu terlihat tidak menyadari kedatangan Cakram Cahaya itu. "Jangan senang dulu! Lawan kau tidak hanya satu!l," gumam Bai Lihai sambil memegangi dadanya yang masih terasa sakit. Saat Singa Api kehilangan konsentrasi, Elang Es mengambil kesempatan dengan mematok lawan. Sin
"Sudah lama sekali tidak ada yang bisa sampai ke tempat ini. Sepertinya, kau punya kemampuan yang tinggi!"Sebuah sambutan didapat oleh Bai Lihai. Di hadapannya terdapat sesosok yang memiliki bentuk yang cukup unik. Memiliki tubuh seperti manusia, tapi lebih pendek. Kepalanya relatif besar untuk ukuran tubuhnya. Tidak ada rambut yang tumbuh, telinganya lebar dan memiliki dua gigi depan yang besar. Belum pernah sekalipun Bai Lihai melihat makhluk seperti ini. Bahkan, dalam buku-buku yang pernah ia baca pun tidak pernah ia jumpai. 'Apa makhkuk ini juga merupakan bagian yang diatur oleh pihak misterius ini,' batin Bai Lihai. Tidak hanya bentuknya yang aneh, tapi kekuatan makhluk itu juga terasa aneh. Tidak ada fluktuasi Qi yang dapat dirasakan dari makhluk ini, tapi kekuatannya begitu nyata. Jika Kultivator dan Hewan Roh memiliki sumber kekuatan dari Qi, maka kekuatan makhluk ini berasal dari sesuatu yang tidak bisa dikenali. Bai Lihai mengingat-ingat kembali yang telah ia pelajari. A
Permainan tombak makhluk itu begitu lincah. Tidak peduli bahwa ukuran tombak yang terlalu besar bagi tubuhnya, gerakannya begitu ringan dalam menyerang Bai Lihai. Tiap kali tombak si makhluk beradu dengan Pedang Matahari, Bai Lihai dibuat kehilangan keseimbangan. Oleh karena ini, si pemuda mengalirkan Qi dalam jumlah besar untuk mengimbanginya.'Sial! Aku bisa kehabisan Qi dengan cepat,' batin Bai Lihai. Di sisi lain, Elang Es tidak membiarkan tuannya bertarung sendiri. Sebuah semburan es ia lepaskan untuk mengalihkan makhluk itu dari menyerang Bai Lihai. Si makhluk menyadari itu, ia mengarahkan kepala tombak ke semburan es, hingga membuatnya terbelah. Di saat bersamaan, Bai Lihai memanfaatkan situasi makhluk itu yang tengah fokus menahan semburan es. Sebuah tusukan ia berikan. Namun, makhluk itu masih bisa menahannya dengan menggunakan tangkai tombak. Si makhluk terlihat mengalirkan sebuah kekuatan pada tombak. Seketika itu juga, sebuah aliran petir muncul dari kedua ujung tombak
"Siapa kau, berani menggangguku membunuh orang ini!" Makhluk itu membangkitkan badan setelah tubuhnya terhempas cukup keras. Ia tidak senang dengan kedatangan wanita bercadar yang menyerangnya tiba-tiba. "Aku harus menyelesaikan urusanku dengan pemuda ini dulu, baru aku akan bicara denganmu!" Wanita bermarga Zhu melemparkan sebuah benda seperti telur, tapi berukuran kecil kepada si makhluk. Tiba-tiba saja, benda itu berubah menjadi sebuah tali dan mengikat si makhluk. Mulutnya juga ikut tersumpal. Benda yang dilempar oleh si wanita itu tidak lain adalah sebuah Totem, produk Array yang memiliki kekuatan lebih tinggi dari pada Jimat. Kini, pandangan si wanita terarah kembali pada Bai Lihai. Tiba-tiba saja, ia melakukan sebuah tamparan pada si pemuda. Dengan kondisi yang lemah, Bai Lihai langsung tersungkur menerima tamparan itu. Apalagi, si wanita melakulan tamparan dengan cukup keras. "Apa yang kamu lakukan, Nona Zhu!" Bai Lihai mengelus pada bagian yang terkena tamparan. Wanita be
"Akhirnya, aku terbebas juga!" Si makhluk yang kini telah berubah menjadi seorang pria tampan menggerak-gerakkan badan. Sudah lama sekali ia tidak berada dalam wujud seperti ini. Tubuhnya terasa sedikit kaku. Di sisi lain, Bai Lihai menatap tajam pada pria itu. Meskipun ia terlihat berusia seperti pertengahan 20-an tahun, tapi usia yang sebenarnya sudah lebih dari seratus tahun. Sebenarnya, cukup wajar seorang Kultivator untuk bisa awet muda. Namun, kemudaan pria itu sedikit tidak wajar. Biasanya, Kultivator berusia lebih dari seratus tahun hanya akan bisa membuat dirinya terlihat seperti berusia 40-an atau 50-an tahun. Selain itu, Bai Lihai juga merasakan keanehan dengan kekuatan pria tersebut. Tetap saja tidak ada perbedaan dengan saat ia masih berwujud makhluk aneh berkepala besar sebelumnya. Tidak ada Qi yang mengalir di tubuhnya, melainkan sebuah kekuatan dari sumber energi yang tidak ia kenal. Itu artinya, kekuatan itu tidak berasal dari kutukan, melainkan pria ini memang men
"Itu karena keluarga Wen tidak sanggup lagi memberi energi pada Kubus Pengetahuan, sedangkan keluarga Jiang bisa melakukannya, bahkan memberikan energi yang lebih baik!"Kata-kata itu tidak diucapkan oleh penjaga gerbang, melainkan orang yang datang dari dalam. Orang ini tidak lain adalah Jiang Durong. Jiang Fangzhou dan Jiang Fangling terkejut dengan kedatangan Jiang Durong. Mereka merasa gugup bertemu kembali dengan wanita itu. "Berani sekali kalian datang ke sini setelah apa yang kalian lakukan padaku. Apa kalian sudah siap menerima pembalasan dariku!" lanjut Jiang Durong sambil membuat Senjata Elemental. Jiang Fangzhou dan Jiang Fangling langsung bersujud pada Jiang Durong. Mereka berusaha meredakan amarah wanita itu sembari meyakinkannya untuk membawa mereka masuk."Ampuni kami, Senior Durong, kami Khilaf. Kami rela melakulan apa pun yang Senior lakukan agar Senior memaafkan kami!" ucap keduanya serentak. Jiang Durong me
Bai Lihai dan empat Kultivator dengan penuh tekad meninggalkan Kota Dongyun dan memulai perjalanan menuju Sekte Lembah Bambu. Mereka menyadari bahwa penting untuk segera mencari bukti yang mengaitkan fraksi keluarga Jiang dengan rencana membangkitkan Huyao. Misi ini terbilang berbahaya, tapi mereka bersedia melakukannya. Keselamatan Benua Tengah dipertaruhkan dalam hal ini. "Ada dua masalah yang kita hadapi sekarang. Pertama, bagaimana cara kalian bertemu dengan Jiang Durong. Kedua, bagaimana kalian menyakinkan Jiang Durong untuk menerima kalian!" ucap Bai Lihai. Ini tidak terpikirkan oleh mereka sebelumnya. Masalah seperti ini tidak sempat mereka diskusikan. Empat Kultivator telah meninggalkan Sekte Lembah Bambu secara sepihak, sehingga sulit bagi mereka masuk kembali ke sana. Artinya mereka juga akan kesulitan untuk menemukan Jiang Durong. Jikapun berhasil bertemu Jiang Durong, belum tentu dia menerima keempat Kultivator dalam renc
Han Xuelian menatap Bai Lihai dengan tatapan heran dan sedikit cemburu. Meskipun dia tahu bahwa mereka tidak punya hubungan yang istimewa, tapi ada perasaan aneh yang muncul di dalam dirinya. Dia merasa seperti kehilangan sesuatu yang seharusnya ada di sisinya."Jangan dengarkan dia! Otaknya sedikit tidak beres!" bisik Bai Lihai pada Han Xuelian. Entah kenapa Bai Lihai merasa perlu mengatakan itu pada Han Xuelian. Ia seperti merasa punya kewajiban untuk menjelaskan bahwa ia tidak punya hubungan apa-apa dengan wanita itu. Setidaknya, kata-kata Bai Lihai itu membuat Han Xuelian menjadi sedikit lega. Lagi pula, si gadis tidak sepenuhnya percaya perkataan wanita itu. Ia terlihat seperti wanita penggoda yang menjijikan bagi si gadis. Ia yakin, Bai Lihai tidak akan tertarik wanita itu. Tiba-tiba saja, Han Xun menepuk pundak Bai Lihai. "Kenapa kamu justru memberi penjelasan pada cucuku, padahal wanita ini mengatakannya padaku!"Meski Bai Liha
"Lihai...! Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Han Xuelian keheranan. "Xuelian...! Apa kamu Grandmaster Alkemis itu?" Bai Lihai justru balik bertanya. Jelas saja Bai Lihai merasa terkejut. Bukan hanya karena tidak menyangka orang yang ia temui adalah Han Xuelian, tapi juga karena berita sebelumnya mengatakan bahwa yang akan mengobati Lu Jiwen adalah seorang Grandmaster Alkemis. Meski Bai Lihai tau bahwa Han Xuelian tau mempelajari ilmu Alkemis, tapi ia tidak menyangka bahwa gadis itu sudah mendapatkan gelar Grandmaster Alkemis. Han Xuelian tersenyum simpul mendengar pertanyaan Bai Lihai. Pemuda itu sepertinya salah paham dengan apa yang terjadi. "Bukan, Lihai. Aku masih jauh dari gelar Grandmaster Alkemis. Aku masih dalam tahap belajar dan mencari pengalaman," jelas Han Xuelian dengan rendah hati. "Grandmaster Alkemis yang dimaksud adalah kakekku. Aku datang bersamanya!" lanjut Han Xuelian. "Tetua Han juga datang!"
Han Xun memeriksa kondisi Lu Jiwen dengan cermat. Dia mengalirkan Qi ke tubuh pemuda itu untuk mengetahui seberapa kuat racun yang telah menyerangnya."Racun ini terbilang cukup kuat. Kultivator Nascent Soul pun akan kesulitan menahan racun ini!" ucap Han Xun memberitahu sedikit tentang racun yang diterima Lu Jiwen. "Lian'er, ambil beberapa tetes darah pemuda ini dan cari tau, terbuat dari apa racun ini!" lanjut Hun Xun sambil memberri perintah pada Han Xuelian. Han Xuelian melakukan apa yang diperintahkan oleh kakeknya. Dia mengambil beberapa tetes darah dan menempatkannya dalam sebuah wadah.Kemudian, Han Xuelian mulai bekerja untuk mengidentifikasi bahan apa yang digunakan dalam racun tersebut dan bagaimana cara kerjanya. Jika mereka berhasil menemukan jawabannya, mereka akan dapat membuat obat penawar yang sesuai.Han Xuelian mengalirkan Qi ke jari telunjuknya dan mendekatkannya ke tetesan darah di dalam wadah. Ini adalah teknik khusus yang d
Beberapa waktu berlalu, Bai Lihai dan empat Kultivator menyelesaikan makan mereka. Namun, mereka belum meninggalkan restoran tersebut. Ada hal yang tengah mereka bicarakan. "Aku tau kita tidak punya hubungan yang dekat, tapi kita perlu membicarakan ini. Bagaimana cara kita membuat laporan tentang upaya Jiang Durong yang ingin membangkitkan Huyao ini?" ucap Yao Yikai. "Laporkan saja, apa susahnya! Kalian bisa melapor ke Dewan Kehidupan atau ke sekte kalian. Bukankah, rencana itu disusun oleh salah satu fraksi di sekte kalian!" jawab Bai Lihai. Keempat Kuktivator saling berpandangan. Mereka merasa Bai Lihai tidak mengerti dengan permasalahan yang sedang dihadapi. "Permasalahannya, kita tidak punya bukti. Kita tidak bisa menggunakan ladang Ginseng Api yang kita temui sebelumnya karena itu sudah kamu hancurkan. Tidak mungkin laporan kita diterima jika tidak ada bukti. Yang ada justru kita yang dianggap melakukan fitnah!" Yao Yikai kembali menjelas
Bai Lihai keluar dari ruangan tersebut. Ia meninggalkan Lu Jiwen yang tengah terbaring. Meski kondisi pemuda itu belum cukup baik, tapi ia sudah mendapat penanganan yang tepat. Bai Lihai tidak perlu mengkhawatirkannya. Secara diam-diam, Bai Lihai meninggalkan rumah pengobatan. Ia merasa suntuk terus berada di tempat itu, sehingga memutuskan mencari udara segar. Si pemuda melangkah dengan berhati-hati, menghindari setiap petugas rumah pengobatan yang ada. Jika ada yang tau ia sembuh secara tiba-tiba, maka akan bisa terjadi kehebohan. Akan ada banyak pertanyaan yang datang padanya, yang sulit untuk ia jawab. Tidak ada kesulitan berarti yang ia alami, Bai Lihai berhasil keluar dari rumah pengobatan dengan mulus. Saat itu juga, ia langsung dihadapkan suasana kota Dongyun yang gemerlap. Malam hari di kota Dongyun begitu indah. Cahaya lampu-lampu kota menyinari jalanan yang ramai dengan aktivitas warga dan pengunjung.Saat ia berjalan di se
Bai Lihai mulai tersadar. Saat ia membuka mata, pandangannya langsung dihadapkan pada sosok wanita yang menggunakan cadar. Sontak, ia langsung membangkitkan badan. Ia terkejut dengan keberadaan wanita bermarga Zhu itu. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Bai Lihai. "Plak...!"Bukan sebuah jawaban yang didapatkan oleh Bai Lihai, melainkan sebuah tamparan. Pipi si pemuda jadi memerah akibat tamparan yang cukup keras itu. "Apa yang kamu lakukan? Apa alasanmu menamparku?" Bai Lihai mempertanyakan alasan wanita bermarga Zhu itu menamparnya. "Kau menghilangkan Manual Mata Angin. Aku sudah memeriksa isi Cincin Ruang-mu dan Manual itu tidak ada di sana. Ke mana buku itu perginya?" Wanita bermarga Zhu mengungkapkan apa yang membuat ia menapar Bai Lihai. Bai Lihai dibuat terdiam. Ini sesuatu yang terlupakan oleh Bai Lihai. Ia baru teringat sekarang bahwa ia meminjamkan Manual Mata Angin pada Xiao Qiumei. Bai Lihai memijat
Hari ini adalah hari yang penuh harap bagi Sekte Gerbang Naga, terutama bagi Tetua Agung mereka, Gao Huo. Pengobatan Gao Lin akan segera dilakukan. Han Xun yang telah bekerja keras telah berhasil membuat ramuan yang bisa memulihkan kembali cucu Tetua Agung itu dari kelumpuhan.Satu ruangan di Sekte Gerbang Naga kini menjadi fokus perhatian. Ruang ini adalah tempat di mana Gao Lin terbaring kaku di atas ranjang selama lebih dari satu tahun. Ruangan itu tidak hanya diisi oleh Gao Lin seorang. Kakeknya, Gao Huo serta Han Xun yang akan mengobatinya ada di ruang tersebut. Tidak hanya mereka, Han Xuelian dan Bai Liwei juga ikut ada di sana melihat bagaimana Gao Lin akan diobati. Satu hal yang sangat disayangkan adalah kedua orang tua Gao Lin tidak ada di sana karena mereka telah meninggalkan Sekte Gerbang Naga untuk alasan yang tidak jelas. "Tuan Muda Gao, mohon izinkan saya mengobati anda!" Han Xun neminta izin terlebih dahulu sebelum memberi pemgob