"Haishh..! Enak saja.aku dibilang galak, Resti nggak galak kan ya Mah, Ayah..? Hihh..!" Resti langsung meradang dan wajahnya pun merona merah, tak terima dia dikatakan galak oleh Bara di depan kedua orangtuanya. Lalu dicubitnya pinggang Bara yang duduk disebelahnya."Hahahaaa...! Kau memang ga... gadis baik Resti. Hahaa..!" spontan Rudi langsung terbahak, dan hampir saja lidahnya 'terceplos' membenarkan Bara."Ayahh.. ihhh..!" Resti akhirnya juga mencubit lengan ayahnya, dengan wajah cemberut. Kesal, karena sang ayah seperti membenarkan Bara."Hihihiii. Sudah .. sudah, pokoknya kalau nggak ada Resti nggak ramai ya Pah..? Hihihii..!" Sofia terkikik geli, melihat tingkah putrinya yang lagi keki itu."Ini gara-gara kamu Mas Bara..! Hihh..!" kembali Resti menyalahkan Bara dan mencubit pinggangnya sekali lagi."Aduhh! Ampunn Resti. Hehehee,.!" Bara mengaduh seraya terkekeh senang. Baginya memang suasana seperti ini yang ingin dirasakannya, hangat, kekeluargaan dan tidak kaku."Silahkan Mas
"Wahh..! Non Vina datang Bu..! Pak..!" seru bi Wati seraya berlari ke dalam rumah, menyerukan hal itu pada majikannya.Bi Wati kebetulan tadi sedang membersihkan kaca jendela rumah, saat melihat kehadiran nona majikannya di depan gerbang pagar. "A-apa Bi..?! Vina sudah datang..?! Pah, ayo kita ke depan Pah..! Putri kita sudah pulang..!" seru Lidya sangat gembira, dia segera mengajak suaminya segera keluar menyambut putri mereka. "Iya Mahh..!" seru Felix cepat. Dia yang hendak menyeruput tehnya langsung urung dan meletakkan kembali gelas tehnya. Lalu dia segera bergegas menyusul sang istri berjalan cepat ke depan rumahnya. "Papah..! Mamahh..!" seru Revina yang telah berada di teras dengan nada serak, saat dilihatnya mamah dan papahnya muncul dari dalam rumah. "Vina..! Anakku sayang..!! Tsk, tsk," langsung saja Lidya berseru terisak, seraya memeluk putri tersayangnya itu. Yang langsung disambut pelukan erat oleh Revina. Keduanya pun saling bertangisan dalam pelukkan mereka. "Revina
"Marsha, kusarankan kamu segera mengganti nomor ponselmu saat ini. Karena ada kemungkinan pihak penyelenggara kompetisi terlibat, dengan kasus pembunuhan kedua orangtuaku dan upaya penculikkan dirimu Marsha," jelas Bara."Ahh..! Benarkah Mas Bara..?!" Marsha terkejut bukan main mendengar hal ini."Itu benar Marsha. Aku dan beberapa sahabat telah menyelidiki kejadian kemarin. Dan akhirnya kami menemukan kemungkinan 80% keterlibatan pihak penyelenggara, dalam kasus yang menimpa kita.""Ahh. Baiklah Mas Bara, Marsha akan segera mengganti nomor ponsel ini dan mengabarkan nomor baru Marsha pada Mas Bara dan David," ucap Marsha menyetujui saran Bara."Baik Marsha. Sebab bukan mustahil mereka bisa melacak keberadaanmu melalui ponselmu. Karena mereka bergerak dengan kecanggihan teknologi, Marsha.""Baik Mas Bara, Marsha akan segera mengganti nomor ponsel Marsha setelah ini.""Baik Marsha. O iya Marsha, aku ingin mengajakmu ikut dalam pertemuan di rumah sahabatku di Depok esok hari. Apakah kau
"Ternyata ada..!!" seru Angga terkejut.Angga bukan terkejut karena kedahsyatan pukulan Leonard, karena tiga kali lipat kekuatan yang diperlihatkan Leonard pun dia mampu melakukannya tanpa kesulitan.Angga hanya 'heran' ada orang asing atau bule, yang mau dan mampu mempelajari ilmu beladiri langka dan tenaga dalam seperti yang dipelajarinya. Karena setahu Angga, orang bule hanya tertarik pada beladiri Karate, Judo, jiujitsu dan beladiri praktis lainnya.Jarang ada yang berminat mempelajari pernafasan tenaga dalam. Apalagi sampai bisa mempelajari ilmu meringankan tubuh seperti yang diperlihatkan Leonard tadi. Disitulah sebenarnya letak keterkejutan sekaligus rasa salut Angga terhadap Leonard."Hebat Leonard..!" seru Freedy memuji. Sebenarnya ada rasa 'ketertarikkan lain' dalam hati Freedy, terhadap Leonard yang tampan dan bertubuh perkasa ini.Ya, diam-diam rupanya Freedy mulai naksir pada Leonard...! Hehe."Ok, sekarang giliranku," ucap Freedy.Freedy pun mulai memusatkan energi telek
Seth..! Taph..! Taghh..!Angga melesat ke bawah dan langsung menghajar belakang leher satpam, yang tengah asik menonton TV di poskonya itu."Keghs..!" sang satpam langsung tak sadarkan diri, dengan hanya mengeluarkan sedikit suara.Seth..! Seth..! Seth..!Dengan di pimpin Angga ketiganya langsung melesat ke arah pintu utama rumah. Angga langsung saja memencet bel rumah yang cukup megah itu.Ting .. Tongg..! Ting .. Tong..! "Paling-paling Pak Sarpan. Bukakan saja pintunya Wik," ucap seorang pelayan wanita, saat mereka tengah asik nonton sinetron di ruang tengah pada teman pelayannya."Huh..! Mengganggu saja Pak Sarpan ini!" keluh si Wiwik kesal, seraya beranjak menuju pintu rumah.Ceklek..!"Mmfhh..!" pintu pun terbuka wajah Wiwik muncul dan langsung di bekap oleh Freedy, hingga Wiwik pun tak bisa berteriak.Wiwik hanya bisa membeliakkan matanya, melihat tiga sosok memakai masker itu membawanya kembali masuk ke dalam.Angga segera menutup kembali pintu rumah, lalu dia menetak bagian l
"A-apa..?! Mereka memakai masker Marsha..?" tanya Bara agak terkejut. Tadinya dia hendak memperlihatkan beberapa foto pada si Wiwik itu, berharap ada salah satu foto yang dikenali Wiwik.Dan foto Freedy ada di antara foto yang hendak diperlihatkan Bara pada Wiwik. Namun sepertinya kini hal itu sia-sia, pikir Bara.'Cerdik juga mereka', bathin Bara geram."Iya mas Bara, Wiwik menceritakan begitu padaku.""Baiklah Marsha, kau bersiaplah berangkat ke rumah Dimas nanti jam 10 pagi. Akan ku share lokasinya nanti.""Baik Mas Bara. Terimakasih sayang, mmuaahhh."Klik.Bara tertegun sejenak seraya mengusap-usap rambutnya, lalu dia pun melangkah ke kamar mandi.*** "Apakah keputusan kalian sudah bulat Resti, Revina..?" tanya Patrick dengan nada agak kecewa dan sedih.Ya, sepertinya dengan terpaksa Patrick harus menyetujui pengunduran diri dua karyawati 'maskot' restorannya ini. Yang saat itu datang berdua menemuinya di ruang kerja pribadinya."Hal ini sudah kami pertimbangkan masak-masak Pak
'Ahh..! Dia pasti ngambek lagi. Duhh ... pusing..!' keluh Bara dalam hatinya."Baiklah Resti, aku ambilkan kunci dan helmnya di dalam ya. Kau duduklah dulu di teras bersama Marsha dan Gatot," ucap Bara tersenyum.Tanpa menjawab Resti langsung menyalami Gatot memperkenalkan dirinya,"Salam Mas Gatot, saya Resti." ucap Resti memaksakan senyum di bibirnya, yang saat itu terasa kencang akibat amarah yang di tahannya."Salam kenal Resti," sambut Gatot hangat, dia menduga pastilah Resti yang jelita dan klasik ini kekasih Bara.Resti pun langsung duduk setelah itu tanpa menoleh pada Marsha, hatinya terasa muak dan sebal dengan wanita itu."Hai Resti, bagaimana kabarmu..?" sapa Marsha tersenyum ramah."Baik..!" Sahut Resti ketus tanpa menoleh pada Marsha. Hati Resti sesungguhnya bertanya-tanya, 'Apa kepentingan Marsha ini datang ke rumah kekasihnya..? Sepertinya mereka sangat akrab', bathin Resti."Ini helmnya Resti, biar kubawakan motornya ke sini," ucap Bara seraya menyerahkan sebuah helm p
"Tuan Leonard, Sandra juga terimakasih ya. Permainan Tuan luar biasa perkasa dan memuaskan," balas Sandra, memuji Leonard dengan jujur dan apa adanya. Leonard segera meraih celananya dan mengeluarkan dompet kulitnya, diberikannya 10 lembar ratusan dollar pada Sandra."Waaw, seribu dollar..! Terimakasih Tuan Leonard," seru Sandra sangat gembira. Itu artinya 10 juta lebih uang tunai masuk ke dompetnya hari itu."Hahahaaa..! Itu bukan apa-apa dibanding pelayananmu Sandra cantik," ucap Leonard terbahak. Inilah yang dia suka dari perempuan Asia, rata-rata 'celah' mereka masih terasa sempit dirasakan oleh miliknya, yang memang berukuran di atas rata-rata lelaki Asia itu.Ya, sejenak Leonard bisa melupakan 'kegusaran' hatinya, akibat dia gagal mendapatkan 'dewi jelitanya' Marsha semalam. Namun dia tetap bertekad akan mencari Marsha, sampai dia mendapatkannya.Karena di mata Leonard, Marsha tetaplah 'ratunya' wanita, seorang ratu yang membuatnya enggan untuk berpaling ke wanita lain.Sementa
Taph..! Tak salah memang Bara menjuluki Brian sebagai sahabat tercepat setelah dirinya, dalam hal ilmu meringankan tubuh. Bara pun terselamatkan dan langsung di bawa oleh Brian, ke tempat agak jauh dari arena pertarungan. Para sahabat pun berlesatan cepat menghampiri Brian, untuk melihat kondisi Bara yang masih tak sadarkan diri. Gatot langsung menotok beberapa titik di tubuh Bara. Untuk mempercepat dan memperlancar sirkulasi darah dan energi di tubuh Bara. Akhirnya, para sahabat memutuskan untuk meninggalkan area pertarungan final malam itu. Mereka pun berniat kembali ke kediaman Joseph, yang saat itu masih setia menanti mereka. Tampak wajah Joseph pucat pasi dilanda ketakutan, akibat merasakan kondisi alam yang tadi bagaikan hendak kiamat. Namun rasa cemasnya atas keselamatan Bara cs, membuatnya tetap bertahan menanti di posisinya. Sungguh orang yang tabah dan setia kawan si Joseph ini. Dimas dan Leonard memutuskan ikut ke rumah Joseph, setelah mereka melihat kond
Lengkap sudah tiga elemen langit, es, dan bumi menyatu..! Dalam satu badai gelombang power raksasa di sekitar Bara.Semua orang yang berada di sekitar arena pertarungan itu, mereka langsung bergerak secepat mungkin. Untuk menjauh dari lokasi pertarungan, yang bagaikan sedang dilanda kiamat itu. Bahkan dua helikopter yang tersisa di udara, mereka hanya bisa mengambil gambar itu dari jarak yang sangat jauh. Tentu saja mereka bergidik ngeri, setelah melihat dua helikopter rekan mereka yang sudah menjadi bangkai. Tanpa ada satu pun penumpangnya yang bisa selamat. Dengan saling menguatkan tekat. Keempat sosok lawan Bara secara bersamaan bergerak, menyerang dan menerjang..! "Hiyaahh...!! Haaurmmsh.!! Hiyaathh..!! Huuppsh..!!" Keempat sosok itu serentak melesatkan pukulan andalan mereka ke arah Bara. BLANNGGGKSHHZTT...!!!! Sebuah gelombang besar bak bola energi raksasa pun melesat deras ke arah Bara. Gelombang energi yang tercipta dari 4 serangan lawannya tersebut, terdiri atas berb
"Tembak..!" seru Dimas, saat dia melihat para sniper penyelenggara mulai menarget ke arah Bara. Splazth..! Splatsh..! ... Splatzh..! Dengan serentak para sniper Pasukan Super Level segera melesatkan pelurunya. Clakh..! Clakhs..! Clapsh..! Claksh..! ... Clakgssh..! Dan seluruh sniper pihak penyelenggara pun terhentak tewas, dengan kepala berlubang.! Karena memang mereka sudah dalam target para sniper Pasukan Super Level sejak tadi. Seth..! Sethh..! Sethh..! Sang Jendral, Freedy, dan Pandu, yang melihat Hong Chen sudah bergerak menyerang Bara. Akhirnya mereka semua pun ikut melesat, hendak menyerang Bara. Para sahabat yang melesat juga telah bersiap dengan ilmu pamungkas mereka masing-masing. Ajian 'Sayap Pembelah Langit' disiapkan oleh Brian, ajian 'Tendangan Halilintar Semesta' disiapkan Sandi, Gatot siagakan 'Jari Singa Neraka'nya, dan David juga telah menyiapkan ilmu 'Tapak Budha Mengguncang Langit' miliknya. Seth..! Sett..! Dimas dan Leonard juga tak mau ketinggalan, mere
Langit bagai terbelah, saat menyambar sebuah kilatan halilintar bercahaya keemasan ke arah tangan Chen Sang yang teracung. Dan nampaklah kini, betapa tangan kanan Chen Sang di selimuti cahaya keemasan yang berkeredepan menyilaukan. Sebuah cambuk dengan 3 lidah petir berkilat-kilat, dengan mengeluarkan bunyi tegangan listrik yang mengerikkan di udara. Krrtzzh...! Krttzzkh..!! Krrttzzsk..!!Bara melirik ke arah timer, yang menunjukkan pertarungan sudah berada di menit ke 21. 'Hmm. Apa boleh buat, ini terpaksa', bathin Bara resah. "KALIAN SEMUA YANG DI BAWAH..! MENYINGKIRLAH LEBIH JAUH..!!" seru Bara memperingatkan, dengan lambaran tenaga dalamnya, pada semua orang yang berada di sekitar arena. Seketika semua orang di bawah pun bergerak menjauhi garis batas arena. Hati mereka semua sama berdebar. Ya, mereka semua sangat sadar, kiranya puncak pertarungan final telah tiba. Dan 'Pukulan Dua Naga' pamungkas Bara pun di siapkan tanpa ragu lagi. "Hyaarrghks...!!" Blaatzhs..!! Blaatzks
"Terimalah ini bedebah.!" Byaarshk..!! Chen Sang berseru keras, seraya kembali meledakkan energi dalam dirinya. Kini nampak sosoknya berubah di selubungi cahaya hitam pekat kemerahan. Inilah ilmu gabungan, antara power Naga Bumi dan ilmu 'Badai Bumi Neraka'..! Byaarshk..!!Bara juga meledakkan 'power' dalam dirinya. Seketika sosoknya berubah menjadi dua warna yang berbeda. Nampak sebagian sisik tubuhnya berwarna emas di kanannya, dan sisik putih cemerlang kebiruan di sebelah kirinya. Kedua matanya mencorong, dengan warna merah menyala dan biru berkilau. 'Ahh..! Penyelarasan dua Mustika Naga..!' seru bathin Chen Sang terkejut. Walau dia sudah mendengar dari gurunya, soal pemuda yang sanggup menyelaraskan dua power Mustika Naga ini. Namun tetap saja hatinya merasa tergetar. Melihat keindahan sekaligus kengerian 'power', di balik sosok Bara itu. Namun tentu saja Chen Sang juga sangat yakin, dengan 'power'nya sendiri. Segera Chen Sang menerapkan ilmu 'Badai Neraka Naga Bumi'nya.
Slaph..! Slaph..! Hampir bersamaan dan dengan kecepatan yang setara, Bara dan Chen Sang kini telah saling berhadapan di tengah arena pertarungan yang luas itu. Keduanya masih dalam posisi melayang tak menyentuh tanah. Keduanya nampak saling tatap dengan pandangan tajam, dalam jarak sekitar 15 meter. "Apakah kau yang membunuh kedua adik seperguruanku..?!" seru tajam Chen Sang. "Maaf, adik seperguruanmu yang mana..?" Bara balik bertanya tenang. Karena dia memang tak tahu, jika Cin Hai dan Han Jian adalah adik seperguruan dari Chen Sang. "Si Kipas Neraka dan si Naga Terbang..!" seru Chen sang geram bukan main, melihat ketenangan Bara. 'Seolah tak bersalah saja kau bangsat..!' seru hati Chen Sang murka. Nampak 4 buah helikopter dari pihak channel khusus telah terbang mengudara, di empat titik mereka dalam bentuk 'plus' di empat sisi arena. "Ohh..! Si Tukang Kipas dan si Pendek Kekar itu. Iya aku membunuhnya, karena mereka berbuat onar di negeriku," sahut Bara tersen
"Hmm. Sepertinya ini akan memakan waktu agak lama. David, konfirmasikan saja waktu pasang pertaruhan khusus pada menit ke 25 pada para rekanan kita. Pada menit tersebut akan bisa ditentukan, aku atau Chen Sang yang akan tewas," ucap Bara. Sepasang mata Bara pun langsung terpejam, bathinnya berusaha membaca alur pertarungan yang akan terjadi nanti malam. "Baraa..! Kau harus memenangkan pertarungan nanti malam, sobatku!" seru Sandi terkejut waswas, mendengar ucapan terakhir Bara. "Kau pasti menang Bara..! Jangan ragu untuk menghabisi lawanmu nanti malam!" seru Gatot yakin. 'Andai sampai kau kalah, maka aku juga akan turun arena dan menghabisi Graito..! Dialah biang kerok dari semuanya ini!' bathin Gatot bertekad."Mas Bara.! Kau harus memenangkan pertarungan nanti..!" seru Brian serak, dia sangat terkejut mendengar ucapan terakhir Bara yang sangat dikaguminya itu."Baik akan ku infokan waktu pasang taruhan itu pada seluruh rekan kita. Aku percaya padamu Bara..!" seru David mantap.
"Bara! Sebentar lagi aku landing di bandara A.A. Bere Tallo." "Ahh..! Kau merepotkan diri untuk datang Leonard. Kali ini sepertinya akan berbahaya Leonard. Apakah Marsha kau bawa serta..?" "Tidak ada alasan bagiku untuk tak berada di sisimu, saat kalian menghadapi bahaya. Tidak Bara, Marsha tak kuijinkan ikut, walaupun dia memaksa," sahut Leonard mantap. "Syukurlah Marsha tak ikut serta. Baiklah Leonard. Kau sudah datang, maka Brian akan menemuimu. Brian akan menunjukkan hotel, di mana Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan menginap. Untuk sementara kau bisa menempatinya, sambil menunggu Mas Dimas datang tak lama lagi," ujar Bara lega, mendengar Marsha tak ikut serta. Bara pun memberi arahan pada Leonard. "Baik Bara, aku mengerti." Klik.! "Brian kau berangkatlah sekarang juga ke pintu keluar Bandara. Untuk menyambut Leonard. Antarkan dia ke hotel tempat Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan bermalam. Dan temani dia hingga Mas Dimas datang, lalu kau kembalilah ke sini," uj
"Wah..! Mantap Norman..! Kau memang pandai menangkap angin surga rupanya! Hahaa..!" David merasa senang atas pasrtisipasi Norman, dalam rencana Bara cs menghabisi 'bisnis' sang Jendral. "Hahaaa..! Baik David, sementara itu dulu yang bisa kupertaruhkan saat ini. Jika ada rejeki mendadak, maka pasti akan kutambahkan taruhanku." Klik.!"Semuanya. Norman telah menyiapkan dana 9 triliun untuk bertaruh besok," ujar David, dengan wajah berseri. "Wah..! Sepertinya Graito akan nangis darah bila mengetahui hal ini. Hehe," Dimas menimpali. "Bukan hanya nangis darah Mas Dimas. Tapi nangis sambil bugil dia, kayak ODGJ baru..! Hahaha..!" timpal Gatot tergelak. "Mantap David..! Hehehe..!" seru Bara senang, seraya terkekeh mendengar celotehan para sahabatnya. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara kembali berdering. Klik.! "Ya Andrei." "Bara, aku mendengar dari Tuan Winston, kalau dia ikut bertaruh atas kemenanganmu di kompetisi internasional itu. Apakah aku boleh ikut bertaruh atas keme