"Mamahmu ramah sekali Vina, senang rasanya memiliki Mamah sepertinya.""Ya, memang Mamah agak berubah setelah aku kembali ke rumah Resti. Mamah sekarang jadi lebih sering di rumah dibanding dulu.""Vina. Apakah kau masih ingat wanita bernama Marsha, wanita yang bertemu kita di saat berkunjung ke penjara dulu..?""Tentu masih Resti, terakhir kemarin Dave Ko malah di beri hadiah 200 miliar sama dia lho Res," sahut Revina."Hahh..! Sebaik itu dia Vina..?! Dalam rangka apa dia memberi hadiah sebesar itu Vina..?!" seru Resti kaget bukan kepalang."Lho..?! Apakah Mas Bara belum bercerita padamu Resti..? Bahkan Mas Bara mendapat hadiah lebih besar lagi lho Res, Mas Bara diberi 300 miliar oleh Marsha. Aku lihat sendiri ceknya Resti, karena Dave Ko memperlihatkannya padaku," Revina menjelaskan."Aihh..! Ti-tiga ratus miliar Vina..?! Kenapa Mas Bara tak bercerita padaku ya..?" seru Resti, seolah bertanya seolah pada dirinya sendiri."Resti, Dave Ko dan Mas Bara mendapatkan hadiah itu dari Marsh
"Gilaa..!! Apakah sedahsyat itu omset penyelenggaraan kompetisi gelap ini..?!" seru kaget Gatot."Hehe. Marsha adalah salah satu pemenang taruhan bernilai 1 triliun Gatot, dan itu masih di level area," ucap David."Waww..!! Beruntung sekali kau Marsha..!" kini semua mata kecuali Bara dan David, memandang Marsha dengan penuh kekaguman."Dan uang di rekening Ayah ini juga adalah hasil kemenangan orangtua kita pada taruhan di kompetisi itu, nilainya 500 miliar rupiah di saldo rekening," Dimas berkata, seraya melambaikan buku rekening atas nama ayahnya itu."Ahhh..!" mereka semua berseru lalu terdiam. Mereka semua paham kini, bahwa pihak yang mereka lawan adalah pihak yang superior! Pihak yang memiliki dana, kekuatan, kekuasaan, serta jaringan yang luas di dunia internasional."Ya, dana di rekening Ayah saya ini akan menjadi dana operasional misi kita nantinya. Karena dana 500 miliar ini adalah milik kita bersama," ucap Dimas lagi."Ok. Mari sekarang kita bicarakan langkah kita selanjutny
"Mas Bara, hati-hati ya sayang. Menangkanlah kompetisi itu dan kembalilah pada Resti ya Mas," ucapan Resti terdengar serak dan penuh kecemasan.Ya, Resti kini tahu artinya jika Bara berada di vila. Itu artinya kekasihnya itu akan kembali bertarung hidup mati, dalam kompetisi gelap yang akan berlangsung."Resti, tenanglah. Mas pasti akan kembali padamu dalam 3 hari mendatang, mas janji sayang," ucap Bara lembut."Rasanya Resti ingin Mas Bara menjalani saja hukuman di penjara selama 7 tahun, tanpa pertarungan hidup mati seperti ini Mas. Resti takut Mas, bagi Resti kompetisi ini bagaikan vonis mati untuk Mas Bara yang berjalan secara perlahan. Tsk, tsk!" "Resti sayang ... tenanglah. Mas pasti bisa melewati ini semua dengan dukungan dan do'a dari Resti ya. O ya, bagaimana kabarnya Ayah dan Mamah, Resti..?""Aamiin Mas Bara. Ayah dan Mamah baik-baik saja Mas. Ayah saat ini tengah mencari dana, untuk mencapai jumlah deposit minimal dari suplier besar di negeri ini Mas. Sementara Mamah sepe
"Jarot..! Aku ikut pasang 10 juta atas nama Sang Kaisar..!" Barjo berseru memanggil seraya memilin kumisnya. Saat dia melihat Jarot tengah melintas seraya membawa buku catatan kolektif taruhan, bersama Paul dan Didin.Tampak kebanggaan di wajahnya, saat dia mengucapkan kata 'Sang Kaisar' pada pasangan taruhannya."Boleh banget Pak Barjo. Ok, 10 juta saya terima ya Pak Barjo," ucap Jarot senang, setelah menghitung uang yang diberikan Barjo lalu mencatatnya."Luar biasa Sang Kaisar kita itu. Dia benar-benar memberi kemakmuran bagi penghuni Blok D. Pasangan para rekan kita tak ada yang di bawah 5 juta rupiah. Ini menunjukkan kemakmuran kita meningkat pesat. Hahaa..!" ucap Paul ikut merasa senang, melihat nilai taruhan rekan-rekannya di Gang 5."Sepertinya kita akan betah di sini dan malas untuk bebas ya Rot..? Hahahaa..!" Didin ikut berseloroh."Hahahaa..! Bisa saja kau Din. Dasar semvak reject..! Hahaa..!" celetuk Jarot terbahak."Ahh, kau Jarot. Dasar 'kondom expired'..! Hahahaa..!" Di
"Bara, sebetulnya paman tak ingin merepotkanmu lagi, setelah bantuan 'besar' yang kau berikan pada kami kemarin. Tapi ini apa tak terlalu berlebihan Bara..? Paman sebenarnya saat ini hanya membutuhkan 50 miliar saja untuk deposit di suplier textille terbesar di negeri ini Bara, uang ini terlalu besar bagi paman," ucap Rudi apa adanya."Paman, uang Bara adalah uang Paman, Tante dan juga Resti. Pakai sajalah untuk pengembangan bisnis yang lebih besar lagi, mungkin Tante juga butuh untuk pengembangan bisnisnya juga. Pakai saja Paman, Bara percaya sama Paman sekeluarga. Karena Bara sudah tak memiliki siapa-siapa lagi selain kalian, yang sudah Bara anggap keluarga Bara sendiri. Mohon diterima ya Paman," ucap Bara penuh ketulusan.Bara merasa sangat senang dengan kejujuran Rudi, yang berkata hanya membutuhkan seperlunya saja. Bagi Bara hal itu malah menunjukkan, bahwa sebenarnya Rudi adalah orang yang jujur, dan tidak tamak akan uang yang bukan miliknya.'Semoga saja sikap sombongnya telah
Gilaa..!Sebuah jumlah yang pastinya akan 'membuat' bandar pertaruhan mengalami 'depresi berat' dalam pertaruhan kali ini."David. sebaiknya memang pemasang taruhan dari pihak kita diatur secara bergilir. Karena pasti namamu, Brian, dan Marsha, sudah masuk dalam blacklist mereka. Dan jika semua dari kita telah pernah menang taruhan, maka kita harus mencari pihak yang bisa kita ajak kerjasama dalam taruhan itu.""Benar Bara. banyak juga petaruh-petaruh smart dari luar negeri yang kuketahui memasang 10 milyar dengan 5 kali pemasangan di menit yang berbeda. Karena jika salah satunya menang saja mereka tetap mendapatkan 100 miliar, dikurangi 40 miliar pasangan yang gagal maka 60 miliar bersih mereka dapatkan.Bandar pertaruhan akan menangguk untung besar kali ini karena rata-rata petaruh luar negeri memasang atas kemenangan 'Trenggiling Siluman' Bara," ungkap David. "David, malam nanti aku akan mencoba menjatuhkan 'Trenggiling Siluman' di menit ke 12. Konfirmasikan saja waktu itu pada Di
"Kau benar Freedy, tapi sampai kapan..? Waktuku berada di negeri ini sangat terbatas, karena aku juga harus membantu bisnis Ayah," keluh Leonard."Semoga tak lama lagi Leonard. Aku akan mengerahkan orang-orangku untuk mencarinya.""Tapi bagaimana pun, terimakasih Freedy. Kau dan Angga adalah sahabat terbaikku di sini. O ya, bagaimana dengan Angga ya..? Kenapa dia belum juga kembali bersama kita di sini..?""Sepertinya tak lama lagi dia akan kembali bersama kita Leonard.""Semoga begitu Freedy, tak lengkap rasanya jika kita hanya berdua saja," ucap Leonard, sesungguhnya dia merasa lebih cocok dengan Angga dibanding dengan Freedy ini.Freedy dinilainya terlalu hambar jika bicara soal wanita.'Seolah pria tanpa nafsu saja', bathin Leonard."Baik Freedy, boleh aku pakai mobilmu sekarang..? Aku ingin berjalan-jalan sejenak melepaskan penat ini Freedy. Aku ingin ke bar yang tak jauh dari sini, atau kau hendak ikut..?" ucap Leonard seraya bertanya."Pakai saja mobilku Leonard, itu kuncinya d
Rupanya tempat yang dituju adalah gedung arena yang sama, dengan saat pertarungan semi final kemarin. Hanya saja kali ini calon penonton di sekitar gedung dan suasananya memang nampak lebih semarak dan ramai, bila dibandingkan pada saat pertarungan semi final sebelumnya. Seperti biasa, Bara langsung di kawal menuju ke ruang tunggu masuk ke arena. Sementara David dan Clara langsung masuk ke dalam gedung arena kompetisi, lalu duduk di kursi khusus yang telah disediakan oleh pihak penyelenggara.David dan Clara menyempatkan melihat ke sekeliling penonton. Dan mereka menemukan kali ini banyak penonton luar negeri, yang datang menyaksikan pertarungan final di kompetisi level area itu. Jauh lebih banyak, dibanding saat pertarungan semi final sebelumnya di tempat yang sama.Bip.! Bip.! Masuk dua notifikasi chat di ponsel baru David pada saat yang hampir bersamaan.Dimas : "Ok David, pasangan taruhanku 300 miliar baru saja di terima tanpa kendala. Sesuai rencana." emot jempol.Balas : "Sip
"Mas Bara. Janganlah terus menyalahkan dirimu sendiri. Kita semua melihat, itu adalah kejadian yang memang diluar kuasa kita untuk mencegahnya," ucap Dimas saat dia melihat Bara, yang termenung di teras seorang diri malam itu. "Kita harus membalas semua ini Mas Dimas..! Meluap emosiku dan tak tega rasanya. Setiap aku melihat Gatot, yang masih tak sadarkan diri sampai sekarang. Aku ingin membalas, tapi aku tak mau melibatkan kalian," ucap Bara, dengan mata mencorong penuh amarah. Ya, Gatot memang masih terkapar tak sadarkan diri hingga saat itu. Ibu dan adiknya Rani pun telah datang, dengan dijemput helikopter oleh Bara. Mereka memilih tinggal sementara waktu di markas, untuk merawat Gatot. Bi Tarni juga sangat telaten membantu mereka merawat Gatot. Sementara seorang Dokter juga selalu rutin datang dua hari sekali. Untuk memeriksa kondisi Gatot. Ya, Gatot memang bisa dikatakan dalam kondisi koma. Sementara secara perlahan, proses penyelarasan energi Mustika Taring Singa dalam di
"Mulai ..!" Seth..! Seiring aba-aba yang diserukannya, Hong Chen melesat dengan tangan menyambar ke arah pusaka langit tersebut. Staaghs.! "Akhhs..!" Seth..! Tangan Hong Chen terasa bergetar dan tersetrum tegangan tinggi. Saat gagang cambuk berkilau keemasan itu terbentur oleh tangannya. Tangkapannya kurang tepat, cambuk terus berputar cepat sekali. Dia pun kembali melesat ke tepi cekungan, untuk mengatur tangkapannya kembali. "Hiahh..!" Swaappsh..!! Biksu Kian Long menghentakkan kedua tangannya, ke arah cambuk pusaka yang tengah berputar cepat itu. Seketika arus putaran cambuk pusaka bagai tertahan, oleh sebuah tenaga luar biasa yang tak kasat mata. Putaran cambuk pusaka itu menjadi lebih lambat, dan jelas sekali terlihat gagangnya. Dan saat sang biksu hendak melesat meraihnya, Seth..! Cepat sekali Chen Sang melesat ke arah cambuk yang nampak jelas itu. Melihat hal itu, biksu Kian Long melepaskan kembali energi penahan lesatan cambuk itu. Wrrrrrhhss...! Krrtz..! Krrtzzs
"Benar Guru. Sesuatu yang berharga pastilah banyak yang mengincarnya," sahut Chen Sang pelan. "Chen Sang, kita bermeditasi disini hingga 'pusaka' itu turun. Apapun yang akan terjadi nanti tetaplah bermeditasi, gunakan perisai tenaga dalammu saat badai datang. Hilangkan ambisi mendapatkan 'pusaka' itu, namun tetaplah berharap pada kemurahan-NYA," ujar sang Guru Tiga Aliran memberikan arahan terakhirnya pada Chen Sang. "Baik Guru..!" sahut Chen Sang patuh. "Dan ingat Chen Sang..! Saat badai mulai mereda, kita harus mengakhiri meditasi kita. Lalu berusahalah menggapai 'Pusaka Langit', yang telah melayang di atas pusat cekungan melingkar ini," sang Guru berbisik dengan suara pelan namun tajam. "Chen Sang paham Guru." Sosok guru dan murid itu akhirnya duduk bersila, lalu bermeditasi dengan posisi teratai. Selama 2 jam lebih sudah ke tiga sosok di tepian cekungan, yang berada di lembah pegunungan Kunlun itu bermeditasi. Hingga ... Scraattzz..! Jlegaarhhss..!! Sebuah kilatan besar
"Lapor Jendral..! Misi sudah dilaksanakan. Enam buah roket telah ditembakkan. Dan satu orang di antara mereka sepertinya sudah tewas Jendral..!" "Bara..?!" seru Graito bertanya."Maaf, bukan Jendral..!" sahut pelapor. "Lalu empat helikopter yang lainnya..?!" tanya sang Jendral, seraya menatap tajam sang pelapor. "Empat helikopter kita meledak hancur oleh pukulan Bara, Jendral..!" "Wesh..!" Praaghk..!! Sang pelapor pun langsung tewas di tempat, dengan kepala pecah. Di hantam pukulan bertenaga dalam sang Jendral. Dua orang lain di samping pelapor otomatis melangkah mundur seketika. Sadis..! "Keparat Bara..!! Kau selalu membuatku rugi..!" teriak kalap sang Jendral. "Mana Pandu..?!" seru sang Jendral, pada dua orang lainnya. Sepasang matanya mendelik berkilat kemerahan. "He-he-helikopternya juga jatuh Jendral." sahut seorang di antara mereka. "Dari sisi mana kalian menyerang..?!" "Da-dari arah depan markas Jendral."Braaghk..!! Kini meja teras yang lagi-lagi hancur oleh sepaka
"Bangsat kau Bara..!" Slaph..! Byaarshk..! Pandu melesat keluar dari helikopter yang hilang kendali tersebut. Bara melihat sosok merah keemasan melesat keluar, dari helikopter yang hendak hancur masuk ke lembah itu. 'Pandu..!' gumam bathin Bara. Namun saat dia hendak melesat mengejarnya, "Gatott..!!" samar-samar terdengar teriakkan keras para sahabatnya, menyeru nama Gatot di bawah sana. Bara pun urung mengejar Pandu, dan melesat kembali ke markasnya dengan secepat mungkin. Slaphh..! Taph..! Bara mendarat tepat di sisi para sahabatnya, yang telah berkerumun cemas pada kondisi Gatot. Nampak jelas kini oleh Bara, sosok Gatot yang tengah terkapar tak sadarkan diri. Dada Gatot nampak membiru, dengan darah mengalir dari mulutnya. 'Luka dalam yang teramat parah..!' bathin Bara sesak dan sedih sekali. "B-bara..! A-apa yang harus kita lakukan..?!" seru gugup bergetar Sandi. Dan semua sahabat pun kini menatap Bara, seolah menanti keputusan cepat dari Bara. Karena mereka semua tak a
"Teh manis opo..? Gundulmu kuwi..! Bikin sendiri sana..!" seru bi Tarni sewot. "Ya Bibi, Gatot kan mau pulang nanti Bi. Bikinin ya, teh bikinan Bibi kan yang paling pas di lidah. Hehe," celetuk Gatot terkekeh. "Huhh..! Gombiall..!" sungut bi Tarni, seraya beranjak kembali ke dapur. Bara cs melanjutkan obrolannya, sambil makan gorengan buatan bi Tarni. Sungguh suasana yang menyenangkan di pagi itu. Namun...Wrrngg..! Wrŕenngg..!! Secara tiba-tiba dari ketinggian, turun dengan cepat 5 buah helikopter ke arah markas Bara. Kumpulan helikopter itu terbang dalam keadaan melintang berbaris. Pada ketinggian sekitar 80 meter di atas tanah, dengan sisi-sisi pintu nya telah terbuka menghadap ke depan vila. Nampak RPG-32 telah disiapkan pada posisi siap meluncur. "Tembak..!!" Pandu yang memimpin langsung penyerangan, langaung memberikan perintah tembak. Swassh..! Swaassh ..! ... Swaassh..!! Enam buah roket langsung melesat cepat ke titik target di markas Bara. "Awass..! Semuanya..!! Han
"Resti..!" Seth..! Tiba-tiba saja sosok Revina melesat masuk, dan memalang di antara tubuh Resti yang tertarik maju. Plakh.! ... Plakh..!!Dan Revina langsung menampar keras pipi Evan bolak-balik 3 kali. "Arrkksgh...!! Kurang ajar kau Rrevina..! Kau selalu menghalangiku..!" Evan berteriak keras kesakitan. Pipinya terasa panas berdenyar, dengan kuping berdenging, dan mulutnya terasa asin berdarah. Warna merah lebam segera menghias kedua pipi Evan, yang nampak mulai membengkak. "Kau yang Bajingan Evan..! Rupanya tempo hari aku kurang keras menghajarmu..!" seru Revina dengan mata membelalak marah, seraya menunjuk ke wajah Evan. "Hei.hei..hei..! Rupanya buruanmu galak juga Evan. Aku jadi ingin mencicipi keganasannya di ranjang..! Hahaaa..!" seru tergelak salah seorang dari teman Evan. Dan serentak kedua teman Evan itu berjalan mendekat ke arah Revina. "Resti..! Kau masuklah ke mobil. Biar kuhajar tiga pecundang ini..!" bisik tajam Revina pada Resti. "Hati-hati Vina..!" bisik Re
"Bara memang brengsek..! Dia berkata dia adalah orang bebas..! Cuih..! Jangan harap..!" seru Freedy, mengungkapkan kekesalan hatinya. "Freedy, apakah benar Bara berkata begitu..?!" seru sang Jendral, yang mendengar seruan marah Freedy. "Benar Jendral." "Hmm. Pemuda licik itu benar-benar tahu posisinya saat ini Freedy..!" seru Graito. "Maksud Jendral..?!" seru Freedy kaget. Setelah mendengar sang Jendral seolah membenarkan ucapan Bara yang telah bebas. "Freedy, buka nalarmu..! Saat ini posisi kita dalam pengintaian pihak kepolisian. Dan aku mencurigai ada kerjasama antara pihak Bara cs dengan kepolisian, untuk menyelidiki serta membekuk kita. Karenanya kita tak mungkin mengajukan laporan pencabutan jaminan kita atas dirinya. Karena telah terjadi pergantian pejabat tinggi di kepolisian saat ini. Jika kita nekat melaporkan juga. Maka kemungkinan pihak kepolisian malah akan memeriksa kita, sehubungan dengan penjaminan yang kita lakukan. Benar-benar 'culas' si Bara ini..!" seru sa
"Haishh..! Dasar wong gemblung.! Lagi bahas Non Marsha malah ngomongin makanan," sentak bi Tarni kesal pada Gatot. Segera ia melepaskan pelukannya dari Gatot, seraya mengusap air matanya. Lalu dia pun berbalik melangkah kembali ke dalam vila, tanpa menoleh lagi. Tentu saja bi Tarni hendak membuatkan masakan terenak, khusus buat 'tuyul dapur'nya itu. "Lho..?! Salah saya di mana Bi Tarni yang cantik..?" protes Gatot, sambil memasang wajah bingung.Ya, dibalik sikap jutek bi Tarni pada Gatot, sesungguhnya dia sudah menganggap Gatot bagai ponakannya sendiri. Para sahabat lainnya hanya tertawa saja, melihat adegan rutin cekcok Gatot dan bi Tarni itu. Mereka pun akhirnya berkumpul dan ngobrol di teras vila dalam suasana yang penuh kekeluargaan. *** Dua hari kemudian. Sang Jendral sedang termenung di 'ruang rahasia'nya. Tampak emas batangan bertumpuk-tumpuk membentuk sebuah gunungan setinggi 3 meteran. Beberapa brankas besi pun tampak berjajar, di sekitar ruangan yang luas tersembun