Tinn..! Tinn..!Bunyi klakson mobil menjadi tanda bagi Bara, bahwa sang ibu sudah pulang dari pasar. Bergegas dia menyambut sang ibu turun dari mobil, untuk membantu membawakan barang belanjaannya."Tolong bawakan masuk barang belanjaan ibu di bagasi belakang Bara," perintah sang ibu, saat Bara membuka pintu mobil untuk sang ibu.Bara pun segera membuka bagasi belakang mobil, dan membawa masuk semua barang belanjaan sang ibu ke dalam rumah. Nampak Bi Ijah juga menyambutnya, rupanya dia hendak membantu Bara membawakan beberapa belanjaan."Tak usah Bi, biar Bara bawa saja sendiri ke belakang," Bara menolaknya."Bara, kau hendak langsung berangkatkah..? Apakah kau sudah sarapan nak..?" tanya sang ibu."Iya Bu. Soalnya David sudah berangkat sejak tadi. O iya Bu, Resti sedang menuju ke sini. Dia hendak ikut menemani Ibu berbelanja keperluan Ayah dan sekalian ikut menjenguk Ayah.""Wah. Kekasihmu itu memang baik hati Bara. Ibu setuju kau bersamanya Nak," puji sang ibu, seraya tersenyum penu
Ya, rasa solidaritas serta kekaguman mereka semua pada sosok Bara, telah menancap kuat di hati mereka.Bahkan mereka telah 'siap' merelakan uang taruhan mereka lenyap tanpa penyesalan, jika Bara kalah nantinya. Bagi mereka semua ini bukan lagi soal kalah menang, tetapi lebih ke arah prinsip solidaritas mereka.Bara menang mereka senang, Bara kalah mereka pun siap hidup susah..! Luar biasa..!Selesai pencatatan kolektif, maka di dapat angka taruhan 557 juta rupiah yang telah terkumpul siang itu. Dan kemungkinan masih akan terus bertambah, karena banyak para napi Blok D yang belum sempat berkumpul siang itu.Rencananya uang taruhan itu akan di pasangkan di loket khusus bandar petaruh, yang buka di dalam area khusus Penjara Kota, setiap terjadi pertarungan pada ajang kompetisi gelap.Biasanya sore hari menjelang malam, area loket khusus yang juga dilengkapi layar siaran channel khusus itu telah di buka.Dan tentu saja hanya 'orang dalam' dan perwakilan masing-masing blok, yang bisa menya
'Wowwh, badan yang bagus dan perkasa Mas Baraku', bathin Marsha kagum."Ok, aku mandi dulu. Kalian lanjutlah," ucap Bara seraya melangkah ke salah satu kamar vila. Diiringi pandangan Marsha yang tak lepas menatap sosok bertelanjang dada Bara, dan hanya mengenakan training hitam bergaris merahnya."Hehe. Bagus ya Marsha," bisik David seraya terkekeh meledek Marsha."Iya bagus seka.. Ehh..! Kau ini David..! Hihh..!" Marsha reflek menyahut dalam keadaan masih memandangi Bara, lalu tersentak sadar dan langsung mencubit pinggang David dengan gemas."Adawhh. Hahahaaa..!" David mengaduh, lalu buru-buru lari keluar vila sambil terbahak."Ihhh..! Ada apa sih Mbak ribut-ribut..? Ganggu orang tidur saja," keluh Clara yang baru keluar dari kamar, seraya mengucek-ucek matanya."Tak ada apa-apa kok Clara, itu si David tadi keterlaluan. Tidur saja lagi kalau masih ngantuk Clara," sahut Marsha tersenyum."Sudah nggak mood Mbak, mimpinya sudah 'terpotong' sih. Hehe.""Waduh, memangnya dirimu mimpi apa
"Mas Bara, peluklah aku sayang..hhh..hhhs," ucap Marsha dengan nafas terengah menahan hasratnya. Marsha kini merubah posisinya memutar dan berada di hadapan Bara.Entah mengapa Bara bagai dihipnotis, diapun memeluk erat tubuh Marsha yang telah polos di bagian bawahnya itu. Marsha kini hanya mengenakan kaos panjangnya yang telah basah kuyup. Tinggi badan Marsha sejajar dengan telinga Bara, Bara sendiri 178cm tingginya.Marsha memeluk dan menciumi lembut dada Bara, seraya perlahan menarik Bara menuju undakan setinggi 10 cm di bagian batas area toilet. Dan saat sampai Marsha langsung naik ke undakkan itu, dan membiarkan Bara berada di area shower. Hingga kini tinggi mereka pun menjadi selaras.Pintar, luwes, dan berkelas sekali cara Marsha mengatur posisi mereka, bahkan Bara sendiri merasa tak di arahkan untuk sampai ke sana.Kini sesuatu yang berbulu dan agak geli serasa menyentuh dan menggesek-gesek kemaluan Bara, yang tetap tegak dan kokoh dalam posisinya. Bara yang 'masih hijau' dala
"Hahh..!!" seru kaget Bara dan David bersamaan, mereka tak menyangka Marsha memiliki dana sebesar itu. Dan andaikata dia menang maka uangnya akan bertambah sebesar 1 triliun rupiah.! Gilaa..!"Hihihii. Kalian kenapa..? Itu cuma uang saja kok, tak bisa membeli apa yang ingin kudapatkan dalam hidupku saat ini," Marsha terkikik geli melihat dua sahabat yang terkejut di hadapannya itu, lalu wajahnya berubah murung seraya menatap sendu pada Bara.Ya, Marsha merasa uang bukanlah apa-apa baginya saat ini, karena toh hati Bara tetap tak bisa terbeli dengan uang miliknya.Bahkan dia rela jika harus menyerahkan seluruh uang dan hartanya saat itu, 'asal dia bisa hidup bersama Bara, hingga akhir hayatnya', demikianlah yang ada di benak Marsha saat itu.Dan wajah Bara pun tertunduk lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tak kuat dirinya menatap sepasang mata Marsha, yang dirasa begitu lembut penuh kasih dan harapan padanya.'Ahh. Maafkan aku Marsha', bisik bathin Bara.Marsha pun bisa memaham
"Aduh Marini sayang. Betapa malunya mas yang tak berdaya ini," basah sudah wajah Banu.Ya, air mata yang bahkan tak pernah diteteskannya untuk hal sesakit dan sesusah apapun selama hidupnya itu. Kini bahkan tak henti mengalir di pipinya, hingga rembes membasahi bantal di bawah kepalanya. Untaian kata yang terucap dari Marini bagai tamparan-tamparan, yang langsung dan telak mengenai relung hatinya.Dua jemari tangan pun kembali bertaut erat dan hangat, dalam genggaman penuh rasa saling mengerti dan menyadari,'Mungkin memang harus beginilah kisah kasih mereka di uji', bisik batin mereka. *** Sebuah helikopter telah landing di halaman belakang vila utama. Nampak Bara, David, Marsha, dan Clara, telah bersiap masuk ke dalam heli Bell 429 yang berkapasitas 6 penumpang itu.Werrshk ... Nnnng ..Nnngg..! Baling-baling heli pun mulai berputar cepat, dan tak lama kemudian heli kembali mengudara di suasana malam itu.Helikopter itu bergerak menuju ke arena pertarungan yang sudah di persiapkan
"Hahhhh..!" terdengar suara terkejut seisi arena itu. Mereka tercengang takjub bukan main, melihat 'atraksi' berkelas yang di tunjukkan oleh Sabri.Selama ini Sabri memang dikenal sangat cepat dan ringan di arena, bahkan mampu bertahan lama bermain di udara tanpa menyentuh lantai arena.Namun atraksi ilmu meringankan tubuhnya yang berjalan santai di udaranya kali itu, sangat memukau hati penonton dan tak pernah dia tunjukkan sebelumnya."Hidup Gatotkaca..!! Sabri pasti menang..!!" seru keras seorang pendukungnya, yang langsung ditimpali dengan tepuk tangan panjang oleh hampir seluruh penonton. Terutama mereka yang memasang taruhan atas kemenangan Sabri sang Gatotkaca.Sementara Bara yang juga melihat atraksi sang Gatotkaca agak terkejut juga melihatnya,'Hmm, hebat. Ilmu meringankan tubuh kelas tinggi', batin Bara. Namun tentu saja Bara merasa masih bisa menyamai kecepatan dan keringanan tubuh Sabri, bahkan melebihinya.Bara tetap melangkah tenang menuju arena, dan saat sosoknya terha
Blaarghkss...!!!Sebuah lidah petir keemasan muncul dari kepalan Bara, saat benturan kedua pukulan mereka terjadi."Arrghhss..!! Arkhs..!" Blakh..!! Klang..!!Keduanya sama-sama terhempas ke belakang dan tertahan menghantam rantai pembatas arena. Rantai pembatas arena itu pun putus dan jebol. Keduanya masih sama-sama tegak berdiri..!Nampak di sudut bibir Bara menetes beberapa bulir darah segar. Sedangkan di pihak Sabri, darah malah mengalir dari sudut bibirnya. Wajah Sabri tampak agak memucat.'Hampir saja aku mengalahkannya sebelum waktunya', bathin Bara, seraya melirik jam digital di sisi arena yang masih di menit ke 10.'Gila..! Energi sambaran petirnya bagai menyengat sekujur tubuhku jadi kaku..!' bathin Sabri memaki kaget. Dia memang masih belum mengerahkan tenaga dalam penuhnya. Hanya tiga perempat bagian tenaga dalamnya, yang dikerahkan dalam serangan 'Surya Dahana'nya tadi.Diliriknya jam digital di sisi arena kini menunjukkan angka waktu 10 menit taruhannya, maka tak ada car
Taph..! Tak salah memang Bara menjuluki Brian sebagai sahabat tercepat setelah dirinya, dalam hal ilmu meringankan tubuh. Bara pun terselamatkan dan langsung di bawa oleh Brian, ke tempat agak jauh dari arena pertarungan. Para sahabat pun berlesatan cepat menghampiri Brian, untuk melihat kondisi Bara yang masih tak sadarkan diri. Gatot langsung menotok beberapa titik di tubuh Bara. Untuk mempercepat dan memperlancar sirkulasi darah dan energi di tubuh Bara. Akhirnya, para sahabat memutuskan untuk meninggalkan area pertarungan final malam itu. Mereka pun berniat kembali ke kediaman Joseph, yang saat itu masih setia menanti mereka. Tampak wajah Joseph pucat pasi dilanda ketakutan, akibat merasakan kondisi alam yang tadi bagaikan hendak kiamat. Namun rasa cemasnya atas keselamatan Bara cs, membuatnya tetap bertahan menanti di posisinya. Sungguh orang yang tabah dan setia kawan si Joseph ini. Dimas dan Leonard memutuskan ikut ke rumah Joseph, setelah mereka melihat kondisi Bara.
Lengkap sudah tiga elemen langit, es, dan bumi menyatu..! Dalam satu badai gelombang power raksasa di sekitar Bara.Semua orang yang berada di sekitar arena pertarungan itu, mereka langsung bergerak secepat mungkin. Untuk menjauh dari lokasi pertarungan, yang bagaikan sedang dilanda kiamat itu. Bahkan dua helikopter yang tersisa di udara, mereka hanya bisa mengambil gambar itu dari jarak yang sangat jauh. Tentu saja mereka bergidik ngeri, setelah melihat dua helikopter rekan mereka yang sudah menjadi bangkai. Tanpa ada satu pun penumpangnya yang bisa selamat. Dengan saling menguatkan tekat. Keempat sosok lawan Bara secara bersamaan bergerak, menyerang dan menerjang..! "Hiyaahh...!! Haaurmmsh.!! Hiyaathh..!! Huuppsh..!!" Keempat sosok itu serentak melesatkan pukulan andalan mereka ke arah Bara. BLANNGGGKSHHZTT...!!!! Sebuah gelombang besar bak bola energi raksasa pun melesat deras ke arah Bara. Gelombang energi yang tercipta dari 4 serangan lawannya tersebut, terdiri atas berb
"Tembak..!" seru Dimas, saat dia melihat para sniper penyelenggara mulai menarget ke arah Bara. Splazth..! Splatsh..! ... Splatzh..! Dengan serentak para sniper Pasukan Super Level segera melesatkan pelurunya. Clakh..! Clakhs..! Clapsh..! Claksh..! ... Clakgssh..! Dan seluruh sniper pihak penyelenggara pun terhentak tewas, dengan kepala berlubang.! Karena memang mereka sudah dalam target para sniper Pasukan Super Level sejak tadi. Seth..! Sethh..! Sethh..! Sang Jendral, Freedy, dan Pandu, yang melihat Hong Chen sudah bergerak menyerang Bara. Akhirnya mereka semua pun ikut melesat, hendak menyerang Bara. Para sahabat yang melesat juga telah bersiap dengan ilmu pamungkas mereka masing-masing. Ajian 'Sayap Pembelah Langit' disiapkan oleh Brian, ajian 'Tendangan Halilintar Semesta' disiapkan Sandi, Gatot siagakan 'Jari Singa Neraka'nya, dan David juga telah menyiapkan ilmu 'Tapak Budha Mengguncang Langit' miliknya. Seth..! Sett..! Dimas dan Leonard juga tak mau ketinggalan, mere
Langit bagai terbelah, saat menyambar sebuah kilatan halilintar bercahaya keemasan ke arah tangan Chen Sang yang teracung. Dan nampaklah kini, betapa tangan kanan Chen Sang di selimuti cahaya keemasan yang berkeredepan menyilaukan. Sebuah cambuk dengan 3 lidah petir berkilat-kilat, dengan mengeluarkan bunyi tegangan listrik yang mengerikkan di udara. Krrtzzh...! Krttzzkh..!! Krrttzzsk..!!Bara melirik ke arah timer, yang menunjukkan pertarungan sudah berada di menit ke 21. 'Hmm. Apa boleh buat, ini terpaksa', bathin Bara resah. "KALIAN SEMUA YANG DI BAWAH..! MENYINGKIRLAH LEBIH JAUH..!!" seru Bara memperingatkan, dengan lambaran tenaga dalamnya, pada semua orang yang berada di sekitar arena. Seketika semua orang di bawah pun bergerak menjauhi garis batas arena. Hati mereka semua sama berdebar. Ya, mereka semua sangat sadar, kiranya puncak pertarungan final telah tiba. Dan 'Pukulan Dua Naga' pamungkas Bara pun di siapkan tanpa ragu lagi. "Hyaarrghks...!!" Blaatzhs..!! Blaatzks
"Terimalah ini bedebah.!" Byaarshk..!! Chen Sang berseru keras, seraya kembali meledakkan energi dalam dirinya. Kini nampak sosoknya berubah di selubungi cahaya hitam pekat kemerahan. Inilah ilmu gabungan, antara power Naga Bumi dan ilmu 'Badai Bumi Neraka'..! Byaarshk..!!Bara juga meledakkan 'power' dalam dirinya. Seketika sosoknya berubah menjadi dua warna yang berbeda. Nampak sebagian sisik tubuhnya berwarna emas di kanannya, dan sisik putih cemerlang kebiruan di sebelah kirinya. Kedua matanya mencorong, dengan warna merah menyala dan biru berkilau. 'Ahh..! Penyelarasan dua Mustika Naga..!' seru bathin Chen Sang terkejut. Walau dia sudah mendengar dari gurunya, soal pemuda yang sanggup menyelaraskan dua power Mustika Naga ini. Namun tetap saja hatinya merasa tergetar. Melihat keindahan sekaligus kengerian 'power', di balik sosok Bara itu. Namun tentu saja Chen Sang juga sangat yakin, dengan 'power'nya sendiri. Segera Chen Sang menerapkan ilmu 'Badai Neraka Naga Bumi'nya.
Slaph..! Slaph..! Hampir bersamaan dan dengan kecepatan yang setara, Bara dan Chen Sang kini telah saling berhadapan di tengah arena pertarungan yang luas itu. Keduanya masih dalam posisi melayang tak menyentuh tanah. Keduanya nampak saling tatap dengan pandangan tajam, dalam jarak sekitar 15 meter. "Apakah kau yang membunuh kedua adik seperguruanku..?!" seru tajam Chen Sang. "Maaf, adik seperguruanmu yang mana..?" Bara balik bertanya tenang. Karena dia memang tak tahu, jika Cin Hai dan Han Jian adalah adik seperguruan dari Chen Sang. "Si Kipas Neraka dan si Naga Terbang..!" seru Chen sang geram bukan main, melihat ketenangan Bara. 'Seolah tak bersalah saja kau bangsat..!' seru hati Chen Sang murka. Nampak 4 buah helikopter dari pihak channel khusus telah terbang mengudara, di empat titik mereka dalam bentuk 'plus' di empat sisi arena. "Ohh..! Si Tukang Kipas dan si Pendek Kekar itu. Iya aku membunuhnya, karena mereka berbuat onar di negeriku," sahut Bara tersen
"Hmm. Sepertinya ini akan memakan waktu agak lama. David, konfirmasikan saja waktu pasang pertaruhan khusus pada menit ke 25 pada para rekanan kita. Pada menit tersebut akan bisa ditentukan, aku atau Chen Sang yang akan tewas," ucap Bara. Sepasang mata Bara pun langsung terpejam, bathinnya berusaha membaca alur pertarungan yang akan terjadi nanti malam. "Baraa..! Kau harus memenangkan pertarungan nanti malam, sobatku!" seru Sandi terkejut waswas, mendengar ucapan terakhir Bara. "Kau pasti menang Bara..! Jangan ragu untuk menghabisi lawanmu nanti malam!" seru Gatot yakin. 'Andai sampai kau kalah, maka aku juga akan turun arena dan menghabisi Graito..! Dialah biang kerok dari semuanya ini!' bathin Gatot bertekad."Mas Bara.! Kau harus memenangkan pertarungan nanti..!" seru Brian serak, dia sangat terkejut mendengar ucapan terakhir Bara yang sangat dikaguminya itu."Baik akan ku infokan waktu pasang taruhan itu pada seluruh rekan kita. Aku percaya padamu Bara..!" seru David mantap.
"Bara! Sebentar lagi aku landing di bandara A.A. Bere Tallo." "Ahh..! Kau merepotkan diri untuk datang Leonard. Kali ini sepertinya akan berbahaya Leonard. Apakah Marsha kau bawa serta..?" "Tidak ada alasan bagiku untuk tak berada di sisimu, saat kalian menghadapi bahaya. Tidak Bara, Marsha tak kuijinkan ikut, walaupun dia memaksa," sahut Leonard mantap. "Syukurlah Marsha tak ikut serta. Baiklah Leonard. Kau sudah datang, maka Brian akan menemuimu. Brian akan menunjukkan hotel, di mana Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan menginap. Untuk sementara kau bisa menempatinya, sambil menunggu Mas Dimas datang tak lama lagi," ujar Bara lega, mendengar Marsha tak ikut serta. Bara pun memberi arahan pada Leonard. "Baik Bara, aku mengerti." Klik.! "Brian kau berangkatlah sekarang juga ke pintu keluar Bandara. Untuk menyambut Leonard. Antarkan dia ke hotel tempat Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan bermalam. Dan temani dia hingga Mas Dimas datang, lalu kau kembalilah ke sini," uj
"Wah..! Mantap Norman..! Kau memang pandai menangkap angin surga rupanya! Hahaa..!" David merasa senang atas pasrtisipasi Norman, dalam rencana Bara cs menghabisi 'bisnis' sang Jendral. "Hahaaa..! Baik David, sementara itu dulu yang bisa kupertaruhkan saat ini. Jika ada rejeki mendadak, maka pasti akan kutambahkan taruhanku." Klik.!"Semuanya. Norman telah menyiapkan dana 9 triliun untuk bertaruh besok," ujar David, dengan wajah berseri. "Wah..! Sepertinya Graito akan nangis darah bila mengetahui hal ini. Hehe," Dimas menimpali. "Bukan hanya nangis darah Mas Dimas. Tapi nangis sambil bugil dia, kayak ODGJ baru..! Hahaha..!" timpal Gatot tergelak. "Mantap David..! Hehehe..!" seru Bara senang, seraya terkekeh mendengar celotehan para sahabatnya. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara kembali berdering. Klik.! "Ya Andrei." "Bara, aku mendengar dari Tuan Winston, kalau dia ikut bertaruh atas kemenanganmu di kompetisi internasional itu. Apakah aku boleh ikut bertaruh atas keme