Sambil mengucapkan kata-kata ini, dia melirik sekilas ke arah Tiffany.Melalui tatapan ini, dia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.Dia sangat menyukai hasil desain Tiffany kali ini.Baginya, Tiffany barulah orang yang menerima peringkat pertama."Karena hasil desain peserta yang menerima peringkat kedua dan peringkat ketiga dalam kompetisi ini juga sangat bagus, setelah para petinggi perusahaan berdiskusi, Scarlett Jewelry memutuskan untuk menerima dua peserta ini untuk magang di perusahaan kami. Semoga tiga peserta ini bisa terus bekerja keras untuk menghasilkan desain yang lebih banyak dan lebih baik lagi."Begitu Jessie mengucapkan kata-kata ini, suasana di dalam aula menjadi rusuh.Bisa bergabung dengan Scarlett Jewelry adalah impian setiap desainer perhiasan, tentu saja termasuk Tiffany.Tiffany tidak bisa memercayai telinganya sendiri."Serius? Baguslah!"Namun, suara teriakan Winnie dan ekspresi Michelle yang masam sudah cukup untuk membuktikan bahwa Tiffany tidak salah den
Di sebuah restoran.Ivan menarikkan kursi untuk Tiffany."Terima kasih."Tiffany pun duduk sambil berterima kasih padanya.Dengar-dengar, Ivan beretika sangat baik dan merupakan seorang pria sejati. Ternyata rumor itu benar.Ivan juga duduk.Setelah memesan makanan, kedua orang ini tidak mengucapkan apa pun.Tiffany menunggu Ivan untuk memulai percakapan tentang hasil desainnya.Namun, Ivan malah hanya menatap Tiffany dalam diam.Tatapannya sangat lembut, tidak menyebalkan.Namun, Tiffany merasa agak tidak nyaman karena tatapan ini.Dia mengernyit sambil membalas tatapan itu.Ekspresinya agak dingin.Dia berpikir, 'Jangan-jangan pria ini lagi mempermainkanku, ya?''Jangan-jangan rumor itu salah dan dia sebenarnya adalah anak orang kaya yang hanya tahu main?'Saat Tiffany sedang diam-diam meragukan pria ini, Ivan bertanya dengan suaranya yang rendah dan menarik, "Kamu benar-benar nggak mengingatku?""Hah?"Tiffany seketika tercengang sambil menatap Ivan dengan tatapan kebingungan.Apa m
Tiffany tiba-tiba mengangkat kakinya dan menendang tulang kering Simon dengan kuat.Simon yang sedang lengah pun tersentak karena rasa sakit ini, sehingga dia bergerak mundur selangkah.Tiffany mendorong Simon dengan kuat, sehingga Simon terduduk di atas kloset.Dengan kesempatan ini, dia membuka pintu kamar mandi dan berlari ke luar dengan cepat.Kemudian, Simon juga berjalan ke luar.Dia berdiri di depan pintu sambil memandang punggung Tiffany layaknya seorang pemburu yang sedang mengamati mangsanya. Dia ingin sekali menelan Tiffany utuh-utuh.Tidak jauh dari tempat itu, Michelle berdiri di belakang tanaman hijau.Kedua tangannya terkepal dengan erat.Baik lima tahun yang lalu maupun sekarang, semua orang pun tahu bahwa Simon mencintainya dan sangat pilih kasih padanya.Namun, Simon sama sekali tidak pernah menatapnya dengan tatapan seperti itu....Saat Tiffany kembali, pesanan mereka sudah memenuhi meja.Ivan belum makan, dia sedang menunggu Tiffany."Maaf, Tuan Ivan," kata Tiffany
Gerakan Tiffany sangat cepat, sehingga Michelle tidak sempat bereaksi.Ekspresinya sontak berubah.Tanpa Simon di sekitar, ekspresi Michelle menjadi galak. Dia mengangkat tangannya dan hendak menampar Tiffany.Namun, Tiffany langsung menahan tangan Michelle dan melemparkannya dengan kuat, lalu berkata dengan nada dingin, "Michelle, kalau kamu punya waktu untuk mencari masalah denganku, sebaiknya kamu urus Simon dengan baik. Jangan biarkan dia datang menggangguku lagi!"Seusai berbicara, Tiffany langsung berbalik dan meninggalkan tempat ini....Setelah mengurus prosedur di rumah sakit, Tiffany berjalan ke arah lift.Saat dia berjalan melewati pos perawat, dua perawat sedang bergosip dengan suara rendah.Seorang perawat baru menyaksikan adegan antara Tiffany dengan Michelle. Dia kembali ke pos perawat dan mengeluh pada perawat lainnya. "Sudah kuduga! Mana mungkin ada orang sekejam ini? Rupanya mereka bersaing dalam hal percintaan."Perawat lainnya sedang merapikan barang, jadi dia hanya
Michelle jelas-jelas sudah tahu bahwa Sierra sudah meninggal.Namun, dia malah terus-menerus mengungkit tentang Sierra di hadapan Tiffany.Tiffany bahkan yakin bahwa Michelle sengaja menghubunginya!Michelle pasti sengaja memilih untuk merayakan kemenangan Aurora di hari pemakaman Sierra.Dia hanya ingin memamerkan pada Tiffany bahwa Simon sangat menyayangi Aurora, tetapi tidak menyayangi Sierra.Saat Sierra masih hidup, Michelle memanfaatkan rasa sayang Simon terhadap Michelle dan putrinya untuk membuat Sierra sedih. Sekarang, setelah Sierra meninggal pun mereka masih tidak mau melepaskan Sierra.Mereka masih terus menindas dan mempermalukan Sierra seperti ini!Michelle, dasar wanita kejam!"Tiffany, apakah kamu mendengar ucapanku?" tanya Michelle dengan lembut.Namun, Tiffany merasa sangat muak.Dia tersenyum dengan sinis sambil menjawab, "Baiklah."Seusai berbicara, dia langsung mengakhiri panggilan ini.Sebelum berdiri, Tiffany mencium pipi Sierra."Sierra, Ibu nggak akan membuatmu
Simon memperkuat pegangannya, sehingga Tiffany merasa kesakitan dan tangannya menjadi lemas.Michelle langsung berbalik dan melemparkan dirinya ke dalam pelukan Simon. Dia memegang pipinya yang membengkak sambil menatap Tiffany dan berkata dengan sedih, "Tiffany, Sierra putrimu. Kenapa kamu terus-menerus mengutuk anak itu? Apakah karena dia nggak bisa membantumu merebut kasih sayangnya Simon, ya?""Michelle, kalau kamu menyebut nama Sierra lagi, percayalah, aku akan mencabik-cabik mulutmu!" seru Tiffany dengan sangat dingin sambil memelototi Michelle dengan tatapan ganas.Sierra sudah meninggal, tetapi Michelle masih saja tidak melepaskannya dan masih terus mengatai Sierra."Kamu menindas ibuku, kamu bibi jahat! Kamu sama saja dengan Sierra, hanya bisa menindas aku dan ibuku!"Mendengar suara dari luar, Aurora yang mengenakan gaun tuan putri yang cantik berlari keluar dari dalam dan menerjang ke sisi Tiffany.Dia menarik tangan Tiffany dan menggigitnya dengan sangat kuat.Tiffany menar
Di antara suara teriakan Michelle, Tiffany langsung menarik kain itu dengan sekuat tenaga."Prang!"Kue-kue dan minuman di atas meja seketika terjatuh ke lantai dan berserak ke mana-mana."Tiffany, hentikan!" teriak Simon dengan tegas untuk menghentikan Tiffany.Hentikan?Tiffany tersenyum dengan sinis.Hari ini, dia datang untuk menghancurkan apa yang ingin Michelle dan Aurora pamerkan padanya.Saat Simon masih berteriak dengan penuh amarah, Tiffany beraksi lagi. Kali ini, dia mengacaukan hadiah yang tersusun dengan rapi.Semuanya menjadi berantakan, seperti sampah."Huwaaa!"Melihat Tiffany menghancurkan pesta perayaan yang direncanakan oleh ayah dan ibunya, Aurora menangis dengan makin keras.Padahal, dia ingin memamerkan hal-hal ini pada teman-teman TK-nya.Sekarang, semuanya sudah hancur."Tiffany, kamu benar-benar keterlaluan!"Mata Michelle memerah. Dia berdiri dengan murka dan berlari menghampiri Tiffany.Saat Tiffany berjalan ke menara sampanye, Michelle menarik tangannya dan
Dia berusaha untuk meronta, tetapi dia sama sekali tidak bisa melepaskan dirinya dari orang-orang ini.Dia pun melihat potongan besi itu menghantam ke tangannya.Pada masa kritis ini ....Pintu ruangan dibuka dari luar.Tiga wanita itu tidak menyangka bahwa akan ada orang yang datang, mereka jelas-jelas tercengang sejenak.Tiffany langsung menarik kembali tangannya sendiri.Pada saat ini, wanita yang memimpin itu juga bereaksi. Tanpa ragu-ragu, dia langsung menghantamkan potongan besi itu ke bawah.Potongan besi itu menghantam lantai dan mengeluarkan suara yang memekakkan telinga.Saat Willy, kepala kepolisian di tempat ini, melihat situasi di dalam dengan jelas, ekspresinya berubah, dia pun berteriak, "Kalian lagi ngapain?!"Sebelum dia bisa memasuki ruangan, seseorang langsung melangkah memasuki ruangan terlebih dahulu.Dia langsung menghampiri keempat orang di dalam ruangan. Pria yang paling terpelajar dan terhormat ini kehilangan ketenangannya.Dengan ekspresi gelap, dia mengangkat
Tiffany berpikir, 'Apakah dia nggak pernah berpikir, bagaimana kalau aku benar-benar kenapa-kenapa?''Atau jangan-jangan dia sama sekali nggak peduli?'Karena efek obat itu, Tiffany kehilangan akal sehatnya dan tidak bisa menyembunyikan pikirannya. Dia langsung bertanya dengan suara pecah, "Simon, karena aku nggak menaati ucapanmu dan datang untuk kencan buta, kamu membiarkannya memberiku obat bius, supaya dia menindasku? Hanya karena aku melanggar ucapanmu, kamu mau mendidikku dengan cara seperti ini?"Simon tidak membantah.Artinya, dia mengiakan pertanyaan Tiffany.Tiffany hanya merasakan kedinginan yang menjalar dari ujung kakinya ke seluruh tubuhnya. Dia pun mendorong Simon dengan sekuat tenaganya.Simon yang tangannya menyentuh dinding baru saja ingin menarik Tiffany ke dalam pelukannya untuk membawa Tiffany pergi.Pada saat ini, pintu lift terbuka lagi.Seseorang dengan sosok tinggi dan tampan pun muncul di koridor ini.Orang itu adalah Ivan.Pria yang tinggi itu melangkah mengh
"Sekeras apa pun kamu berteriak, nggak akan ada yang mendengarmu," kata Martin.Dia sengaja memilih restoran ini karena tempat ini sangat menghargai privasi tamu.Oleh karena itu, ruang pribadi di restoran ini sangat kedap suara.Martin menunduk dan melihat luka di lengannya. Dia mulai menggila.Dia tidak menyangka bahwa Tiffany yang terlihat lemah lembut bisa berbuat seliar ini.Dia menyukai wanita yang liar.Makin liar, makin seru.Martin melangkah maju.Seorang pria dewasa dan seorang wanita yang sudah hampir kehilangan kemampuannya untuk melawan.Baru saja Tiffany tiba di depan pintu ruangan, sebelum dia bisa membuka pintu itu, rambutnya dijambak oleh Martin dari belakang, sehingga dia tertarik menjauh dari pintu itu.Pintu ruangan yang baru sedikit terbuka pun kembali tertutup."Pergi sana!"Tiffany mengayunkan pisau itu lagi untuk mengusir Martin.Namun, kali ini, Martin sudah memiliki persiapan.Martin meraih pergelangan tangan Tiffany yang diayunkan dengan gila-gilaan, lalu mem
Melihat mobil yang menjauh itu, sudut bibir Michelle terangkat...."Maaf, Pak Martin. Kencan buta ini bukan keinginanku. Aku sudah menghabiskan waktumu. Kamu bisa menurunkanku di stasiun kereta bawah tanah," kata Tiffany sambil menatap Martin dengan tatapan penuh perasaan bersalah."Kebetulan, aku juga hanya menyelesaikan tugas dari keluargaku. Ayo makan bareng, anggap saja sebagai penjelasan untuk para tetua keluarga kita?" kata Martin sambil tertawa."Baiklah," jawab Tiffany.Mendengar ucapan Martin, Tiffany merasa jauh lebih santai, jadi dia mengangguk dan menyetujui usul Martin.Martin membawa Tiffany ke sebuah restoran.Mereka berjalan berdampingan dengan jarak yang wajar di antara mereka dan masuk ke sebuah ruangan pribadi yang sudah dipesan terlebih dahulu. Kemudian, Martin menarikkan kursi untuk Tiffany."Nona Tiffany suka minum anggur apa?" tanya Martin dengan sopan."Maaf, aku nggak minum," jawab Tiffany.Tiffany memiliki toleransi yang rendah terhadap alkohol, jadi dia hany
Isabella menunggu jam Tiffany pulang kerja untuk mengawasi progres kencan buta itu.Tiffany berpikir sejenak sebelum menyadari maksud ucapan Isabella, yaitu pasangan kencan butanya."Dia menunggu di bawah perusahaan?" tanya Tiffany."Iya, awalnya mau mengajak untuk bertemu di restoran, tapi katanya, dia kebetulan sejalan, jadi dia akan pergi menjemputmu di perusahaan. Tiffany, jangan membuatnya menunggu lama. Cepat turun," kata Isabella.Isabella sangat bersemangat. Bisa dilihat bahwa dia sangat puas dengan pasangan kencan buta yang dia pilih ini."Baiklah, aku akan ke bawah sekarang juga," kata Tiffany.Tiffany juga tidak ingin membuat orang lain menunggu lama, jadi setelah membereskan barangnya, dia langsung turun ke lantai bawah.Baru saja dia keluar dari perusahaan, dia melihat sebuah mobil Rolls-Royce Ghost berwarna hitam.Mobil itu mobilnya Simon.Pria itu duduk di dalam mobil dan tidak turun dari mobil.Jendela mobil diturunkan sedikit, sehingga saat Tiffany melihat ke arah mobi
Saat Simon melihat telinga Tiffany yang sangat merah, tatapannya menggelap.Tatapannya bergerak ke bawah.Dia pun melihat bagian belakang leher Tiffany yang juga sudah memerah.Napas Simon menjadi makin berat. Dia membalikkan wajah Tiffany dan meraih dagu Tiffany sambil menunduk untuk mencium Tiffany."Upp!"Tiffany terus meronta.Dia terus menggoyangkan kepalanya untuk menghindari ciuman ini.Namun, Simon mendekatinya secara perlahan, sehingga Tiffany sama sekali tidak bisa menghindar.Simon mencium Tiffany hingga Tiffany kesusahan bernapas, sebelum Simon melepaskan bibirnya.Tiffany benar-benar marah besar.Begitu bibirnya dibebaskan, dia menunduk, membuka mulutnya dan menggigit bagian antara jari jempol dan jari telunjuknya Simon.Dia juga menatap Simon dengan tatapan penuh kebencian.Simon membiarkan Tiffany menggigitnya, seakan-akan dia tidak merasakan rasa sakit.Dia hanya makin kejam.Mobil ini sudah meninggalkan jalan pribadi Keluarga Frank. Saat ini sedang jam sibuk, jadi arus
Tiffany berjalan keluar dengan tergesa-gesa.Begitu dia keluar, dia langsung melihat sebuah mobil Maybach hitam yang terparkir di depan pintu.Mobil ini diaturkan Isabella untuk mengantarkan Tiffany ke perusahaan.Tiffany bergegas menghampiri mobil itu dan membuka pintu mobil untuk naik mobil.Begitu dia masuk ke dalam mobil, dia melihat seseorang di jok belakang mobil.Tiffany langsung menoleh. Di dalam mobil yang gelap ini, dia bisa melihat sosok seorang pria tinggi yang sedang bersandar di kursinya, dengan sebagian besar wajahnya tersembunyi di bayangan.Orang itu adalah Simon.Dia memegang sebatang rokok yang belum dinyalakan di tangan kirinya yang ujungnya sudah berubah bentuk karena kekuatan tangannya.Dia menatap Tiffany dengan tatapan yang sangat berbahaya.Dengan ekspresi dingin, gerakan Tiffany naik mobil seketika terhenti.Kemudian, Tiffany bergegas mundur ke belakang.Dia tidak ingin naik mobil yang sama dengan Simon.Reaksi Tiffany sudah sangat cepat, tetapi dia tetap saja
"Aku terbawa emosi, makanya aku melepaskan beberapa ekor tikus ke dalam ruangan untuk melampiaskan amarahku demi Rora.""Simon, aku hanya melakukannya karena aku terlalu mencintai Rora."Aurora adalah keuntungan Michelle.Simon sangat menyayangi Aurora.Asalkan Michelle mengatakan bahwa dia hanya melakukan hal itu demi Aurora, Simon tidak akan perhitungan dengannya.Karena Simon diam saja, Michelle berkata lagi dengan nada lembut dan manis, "Simon, sekarang, aku sama sekali nggak berani tidur. Setiap aku memejamkan mataku, aku bisa melihat ular itu menjerat diriku. Bisakah kamu menemaniku di rumah sakit?"Namun, Simon malah berkata dengan suara rendah, "Sudah malam, cepat tidur."Kemudian, dia langsung mengakhiri panggilan ini.Saat Michelle mengatakan bahwa dia terus melihat ular menjerat dirinya setiap dia memejamkan matanya, Simon malah mengingat bahwa Tiffany sangat takut pada tikus, tetapi malah dikurung selama itu, jadi malam ini, Tiffany pasti susah tidur....Setelah Simon kelu
Michelle menangis dengan pelan sambil terus mengeluh tentang penyiksaan yang dia derita di ruang bawah tanah itu.Setiap kata yang dia ucapkan sedang memancing amarah Simon.Dia sudah mengatakan bahwa saat dia keluar, dia tidak akan melepaskan Tiffany.Seiring dengan tangisannya, dia jelas-jelas merasakan aura dingin yang Simon pancarkan.Michelle membenamkan dirinya dalam pelukan Simon sambil tersenyum dengan bangga....Di rumah lama Keluarga Frank.Pada malam hari, Tiffany tidak tidur di rumahnya Simon, melainkan pergi ke rumahnya Isabella dan tidur di kamarnya sendiri.Karena Tiffany sudah merasakan ketakutan yang berlebihan, Isabella menyuruh pembantu untuk memasakkan sup hangat untuk Tiffany dan menyalakan dupa aroma terapi di kamarnya.Tiffany mengira bahwa hal-hal ini akan membantunya terlelap, tetapi setiap dia memejamkan matanya, adegan di ruang bawah tanah itu akan muncul dalam benaknya.Dia tidak bisa tidur.Tiffany pun berdiri dan mengeluarkan obat dari tasnya.Dia meminum
Jika Simon tidak bisa melihat kebaikan Tiffany, Isabella akan mencarikan orang yang bisa menghargai dan mencintai Tiffany.Dia menggenggam tangan Tiffany dan berkata, "Tiffany, Nenek pasti akan memilihkan pasangan yang baik untukmu.""Nenek, aku nggak mau kencan buta."Tiffany langsung menolak.Ucapan Simon memang benar, Tiffany tidak akan kencan buta, bukan karena dia terlalu mencintai Simon, melainkan karena dia belum membalaskan dendam Sierra, jadi dia tidak ingin memikirkan hal-hal ini.Isabella berkata dengan sungguh-sungguh, "Tiffany, Nenek mau mencarikan orang yang bisa melindungimu."Sebelumnya, dia ingin menjodohkan Tiffany dengan Simon.Dia memang egois karena Simon adalah cucu yang paling dia sayangi dan Tiffany sangat mencintai Simon, jadi Tiffany pasti akan memperlakukan Simon dengan baik. Oleh karena itu, Isabella merasa tenang.Namun, secara bersamaan, dia menginginkan agar Simon bisa melindungi Tiffany dan tidak membiarkan Tiffany ditindas.Akan tetapi, sekarang, Isabel