Sebulan setelah kejadian penculikan itu, Lidya dan Ardiansyah masih trauma dan khawatir akan keamanan keluarganya. Mereka sudah memperketat pengamanan di sekitar villa dan mempekerjakan penjaga keamanan tambahan.Namun, kegelisahan Lidya semakin meningkat saat ia mendapati Rafael yang selalu menangis saat orang asing mendekatinya. Ia merasa kalau kejadian penculikan itu menyisakan trauma mendalam pada putranya."Lid, apakah kau khawatir dengan Rafael, sama seperti aku yang mengkhawatirkannya?" tanya Ardiansyah serius."Iya, tentu saja, Ard. Aku takut dia terlalu parno atau trauma jika dengan orang asing atau dengan mereka yang baru dilihatnya. Aku khawatir traumanya semakin berat," jawab Lidya khawatir."Hmm, kau benar. Mungkin ia memerlukan bantuan dari psikolog," saran Ardiansyah.Lidya mengangguk setuju. Ia bertanya-tanya siapa psikolog yang bisa membantu putranya mengatasi trauma yang telah dijalani. Sementara Rafael ketakutan jika melihat orang baru.Beberapa saat kemudian, Lidya
Ada sebuah kejutan besar yang datang saat Ardiansyah menerima telepon dari seseorang, ternyata orang itu mengaku sebagai pengacara Beno dan Natali."Ada yang ingin bicara dengan Anda, Pak Ardiansyah," ucap pengacara tersebut."Apa bisa saya tahu siapa Anda?" Ardiansyah menaruh curiga - setelah kejadian penculikan anaknya, Ardiansyah memang selalu waspada dengan orang asing terutama nomor-nomor asing yang tidak tersimpan dalam kontak ponselnya."Saya adalah pengacara Beno dan Natali. Saya ingin bicara dengan Anda tentang ketentuan-ketentuan penyelesaian di luar pengadilan kasus ini," jelas pengacara itu memberitahukan maksud dan tujuannya menghubungi Ardiansyah."Maaf, saya sedang tidak berminat," kata Ardiansyah. Lalu ia memutus telepon.Namun, telepon itu kembali berdering. Sedangkan Ardiansyah masih engan untuk menerimanya. Sayangnya, telepon itu terus berbunyi sehingga deringnya mengganggu aktifitas dan pekerjaan yang dilakukanya.
Beberapa hari kemudian, detektif tersebut menghubungi Ardiansyah dan memberitahukan hasil dari penyelidikan yang telah dilakukan."Ard, aku berhasil mendapatkan bukti yang kuat bahwa memang Beno-lah yang merencanakan seluruh kasus ini. Termasuk menghilangkan Natali dan membuatnya gila.""Sudah aku duga. Aku memang merasa ada kejanggalan di situ." Ardiansyah mengangguk-anggukkan kepala paham."Kamu bisa mempertimbangkan kasasi, Ard. Semua bukti yang aku kumpulkan cukup untuk membuat Beno digugat dan dituntut secara hukum.""Makasih, ya! Aku akan membicarakannya pada pihak pengacara. Aku tidak akan membiarkan Beno melarikan diri dari hukum lagi." Ardiansyah membulatkan tekadnya.Setelah itu, Ardiansyah memutuskan untuk memperjuangkan kasus ini melalui proses hukum secara resmi. Ia meminta bantuan pengacaranya, dan juga media agar kasus ini bisa menjadi perhatian publik agar tuntutan untuk Beno lebih kuat.Tapi perjuangan ini tentu
"Kamu sudah siap, sayang?" tanya Ardiansyah suatu hari, saat akan memulai kegiatan sosial mereka."Ya, aku siap, Ard. T-api, aku sedikit gugup karena sudah lama tidak tampil di depan orang banyak."Ardiansyah menggenggam tangan istrinya lalu mengusap punggung tangan tersebut dengan lembut. Berusaha memberikan dukungan dan semangat untuk melakukan hal-hal yang positif, dan Ardiansyah akan selalu berada di sisinya.Bersama-sama dengan yayasan kemanusiaan itu, Ardiansyah dan Lidya mulai melakukan kampanye dan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan universitas-universitas tentang tindakan kejahatan yang serupa dengan yang dilakukan oleh Beno dan pentingnya memperjuangkan keadilan bagi korban. Selain itu, Ardiansyah dan Lidya juga membuka wadah pengaduan bagi para korban agar mereka bisa mendapatkan bantuan dan dukungan yang diperlukan.Tidak hanya itu, Ardiansyah dan Lidya juga memutuskan untuk mengunjungi para korban secara langsung dan memberikan dukunga
"Nggak bisa, Mas Beno. Ini melanggar kode etik kerja saya," penjaga itu menggeleng tegas - tidak mau disuap.Beno hanya tertawa sinis, "Mau bagaimana lagi, sih? Kamu ini seorang penjaga yang hanya dihargai untuk menjaga aku di dalam sel ini. Kamu tidak bisa melakukan apa-apa ketika aku ingin kabur. Lagi pula, kamu tidak tahu berapa banyak uang yang aku siapkan untukmu.""Tidak. Aku tetap tidak bisa, mas. Ini salah," bantah sipir tersebut - berusaha bekerja dengan profesional."Baiklah, kalau begitu kamu bisa memanggil sipir lain. Aku yakin akan ada orang yang tertarik untuk membantuku kabur dari sini."Sipir itu terdiam sejenak dan berpikir. Memang, uang yang ditawarkan oleh Beno sangatlah besar, dan dia bisa menggunakan uang itu untuk keperluan keluarganya. Namun, dia juga tidak ingin mengambil risiko yang besar jika sampai ketahuan."Tidak bisalah, mas Beno. Aku tidak ingin mengambil risiko yang besar. Maaf," kata penjaga tersebut sambi
"Hah, kenapa pria gila itu masih hidup?!" geram Ardiansyah mengingat kejahatan demi kejahatan Beno.Saat Ardiansyah sudah hampir putus asa, dia mendapatkan beberapa pesan dari Lidya yang isinya meminta dirinya memenuhi semua permintaan Beno. Ardiansyah tidak percaya bahwa Lidya menyerah begitu saja kepada pelaku kejahatan yang sangat bahaya seperti Beno."Apa-apaan ini, Lidya?" Ardiansyah bingung dan heran.Ardiansyah memutuskan untuk mencari tahu keberadaan Beno, lalu merebut kembali Lidya bersama Rafael dari genggaman pria gila tersebut. Dia bergerak cepat dan mengumpulkan sejumlah informasi dari polisi tentang keberadaan Beno.Polisi yang baru mengetahui jika Beno kabur, airnya langsung bergerak untuk mencarinya. Pihak kepolisian juga menyelidiki lapas tempat Beno ditahan, sebab lalai dan tidak memberikan informasi terkait tahanan yang kabur.Tak lama kemudian, Ardiansyah mendapatkan informasi dari pihak kepolisian yang telah menemukan tempat persembunyian Beno. Dia memutuskan untu
Beberapa hari kemudian, Ardiansyah dan Lidya sampai di kantor pengacara mereka untuk membicarakan persiapan sidang. Mereka bertemu dengan pengacara keluarga Kusuma, yang juga sudah terbiasa menangani kasus mereka yang disebabkan oleh Beno.“Sudah ada keterangan dari pihak kepolisian mengenai kasus ini, Ard. Dan kebetulan, kamu juga sangat diperlukan dalam persidangan ini, terutama sebagai suami dan ayah dari korban langsung,” kata pengacara itu sambil meletakkan kertas di meja.“Tapi, jujur, tiap tersandung kasus dengan pria itu, aku bisa mengatakan bahwa persidangan ini tidak mudah. Kamu tahu sendiri, Beno telah dikenal sebagai orang yang sangat cerdas dan selalu bisa menemukan jalan keluar untuk mengelak dari hukuman. Selain itu, dia juga memiliki beberapa pengacara top yang bekerja untuknya, tapi kamu tenang saja. Aku pasti akan tetap berusaha semaksimal mungkin seperti biasanya," kata pengacara lagi, memberikan penjelasan panjang lebarLidya dan Ardiansyah menjadi semakin khawatir
“Apa yang terjadi pada kakek?” tanya Lidya dengan cemas.“Asistennya mengatakan bahwa kondisinya sangat lemah, dan sedang dalam perjalanan ke rumah sakit,” jawab asisten kakek Hendra.Tanpa berpikir dua kali, Ardiansyah langsung mengambil keputusan untuk pergi ke rumah sakit yang dituju oleh kakek Hendra juga.Ketika mereka tiba di rumah sakit, mereka disambut oleh dokter yang memberitahu bahwa kakek Hendra mengalami serangan jantung yang cukup parah. Apalagi kakek Hendra memang memiliki riwayat jantung menahun."Mohon sign in dulu, biar bagian dalam bisa mengecek kondisi kakek, tentang ruangannya, akan kami siapkan segera setelah itu," kata perawat dengan ramah lalu memberikan buku tamu untuk diisi."Iya, sus. Lakukan yang terbaik untuk kakek saya," ujar Ardiansyah.Lidya dan Ardiansyah sangat khawatir dengan kondisi kakek mereka. Mereka berdoa agar kakek bisa pulih kembali dan kembali ke kegiatan sehari-hari.Beberapa jam kemudian, dokter memberitahu kepada mereka bahwa kakek Hendra