"Assalamualaikum ... Mah, Issabell pulang," salam Rann saat membuka pintu rumah.
Ya, Issabell.
Di rumah Rann terbiasa dengan panggilan Issabell dan orang lain yang memanggilnya Bella adalah Rey.
"Waalaikum salam, sayang. Tumben pulang cepet?" tanya Nia, mama Rann.
"Biasa Mah, hari Sabtu, waktunya akhir pekan. Jadi ada saja alasannya buat jam kosong, daripada kosong lebih baik di isi yang lain."
"Terus, kok bisa Issabell pulang jam segini? Oh, mama tau, ini karena papa yah?" ledek Nia.
Mamanya tau aja kalau Rann pulang cepat karena Sang Papa sudah janji akan mengajaknya pergi hari ini.
Rann berlari ke kamarnya, meninggalkan mamanya diruang Tv yang sedang duduk santai. Dan beberapa menit kemudian Rann turun dengan pakaian yang sudah rapi dengan jeans hitam yang dipadukan dengan hoddy berwarna pink yang membuatnya terlihat manis. memang udah manis sihh.
"Pah, ayo, Issabell sudah siap," ucap Rann yang dengan Pd-nya berdiri diujung tangga.
Melihat tingkah Putrinya membuat Krishna, papa Rann terkekeh.
"Memangnya kalian mau kemana?" tanya Nia, mama Rann.
"Bukan kami Mah, tapi kita, kita semua akan pergi jalan-jalan karena saat ini Bella belum makan siang."
"Ohhh, jadi ini alasan kamu tidak mau makan siang?" ucap Nia seraya menjewer cantik anak gadisnya itu.
"Mamah," Rengek Rann.
"Baiklah, kalian bersiap dan Papa ambil mobil dulu," Krishna berlalu meninggalkan Rann dan disusul Nia dibelakangnya.
Rann berjalan hendak keluar dari rumah, tapi langkahnya terhenti saat ponselnya berdering. Rann mengambilnya dari tas mungilnya dan dilihatnya ponsel itu, tertera nama Rey di layarnya.
"Halo ... assalamualaikum."
"Waalaikum salam." Terdengar jawaban salam dari seorang cowok di seberang sana.
"Ada apa Rey ...?"
"Gak papa, cuma pengin tau apakah kamu sudah pulang ...?"
"Ya, gue udah pulang tadi naik taxi."
"Sorry ya gak bisa nganter," ucap Rey dengan nada menyesal.
"Gak papa kok ...."
"Issabell, ayo cepat!!" Suara papanya memotong ucapan Rann.
"Suara siapa itu?" terdengar pertanyaan dari seberang.
"Itu Papa." jawab Rann.
"Ohhh, Om Krishna sudah pulang ya Bell?"
"Iya, sudah dulu ya Rey, gue udah ditunggu. Mau pergi bareng keluarga, Assalamualaikum." Rann segera memutus telponnya dan bergegas keluar rumah. Padahal sih masih pengin ngobrol banyak sama Rey.
*****
"Pa, mampir ke supermarket bentar ya, Mama mau sekalian belanja kebutuhan dapur, tanggung udah di sini," ucap Nia, saat mobil sudah mendekati sebuah supermarket di tepi jalan.
Tepat di parkiran depan supermarket mobil berhenti. Kedua orang tua Rann turun dari mobil sementara Rann masih asyik dengan ponselnya.
"Sayang, mau turun?" tanya Nia dengan nada manja seorang ibu.
"Gak Mah, Issabell tunggu di sini aja," jawab Rann yang masih fokus pada ponselnya.
"Untuk apa gue yg turun kalau cuma jadi nyamuk diantara mereka, biarin aja mereka bermesraan melepas rindu, siapa tau mereka ada fikiran buat punya anak lagi, jadi gue bisa punya adik," gumam Rann.
Rann adalah anak tunggal, karena itu orang tuanya masih terlihat sangat mesra. Apalagi sekarang Rann sudah beranjak remaja jadi orang tuanya punya banyak waktu untuk berdua tanpa ada gangguan anak kecil yang biasanya merepotkan.
"Udah selesaikan? ayo kita lanjutkan perjalanan," ucap papa yang sudah bersiap di belakang kemudi.
Mereka melajukan kendaraannya menyusuri jalanan kota yang cukup ramai di sore hari akhir pekan. Rann masih terfokus pada ponselnya sehingga tidak menyadari kalau arah jalannya menuju ke tempat lain dan bukan rumahnya. Perjalanan terasa sangat lama, jarak seakan-akan terasa lebih panjang.
"Loh Pah, kok gak nyampe-nyampe? Kita mau kemana sih?" tanya Rann saat menyadari kalau jalannya menyimpang dari jalan ke rumahnya.
"Kesuatu tempat, kamu tenang saja. Ini sudah sampai, ayo turun."
Mobil berhenti tepat di depan sebuah bangunan bercat putih dengan papan putih dengan tulisan huruf kapital yang di jejer Ra bertuliskan. "panti asuhan bunda"
"Pah, mau ngapain?" tanya Rann heran.
"Udah turun aja dulu," ucap Nia.
Mereka turun dari mobil dan langsung di sambut dengan oleh seorang wanita yang usianya sedikit lebih tua dari Mama. Mungkin saja itu pengaruh atau pemilik panti asuhan. Mereka berbincang cukup lama. Dan berakhir saat mereka menyadari waktu sudah semakin sore, waktu Maghrib hampir tiba.
Mereka bergegas dari tempat duduknya kemudian memberikan beberapa bingkisan dan amplop sebagai sumbangan dari keluarga Rann untuk panti asuhan. Pemilik panti terlihat sangat bahagia. Dia menyalami tangan kedua orang tua Rann dan tak henti-hentinya bersyukur mengucap Hamdallah.
Setelah selesai mereka bergegas meninggalkan panti asuhan dan kembali melanjutkan perjalanan pulang.
Sepanjang keberadaan Rann sekeluarga di panti asuhan, ternyata Rey memperhatikan mereka dari kejauhan. Karena tanpa sengaja Rey juga sedang berada di daerah sekitar panti. Di sebuah bengkel di dekat panti. Kebetulan ban motor Rey bocor saat berkendara di jalan dekat bengkel jadi sekalian saja Rey membawanya ke bengkel itu.
Saat melihat sebuah mobil melaju di depannya dan Rey serasa mengenalnya, Rey langsung berlari mengejarnya. Dan benar, seseorang yang tak asing lagi dimatanya keluar dari mobil tersebut. Rey penasaran dengan apa yang dilakukan Rann di sana sehingga diapun memutuskan untuk berdiri memperhatikan kejadian tersebut.
"Bell, jadi ini jalan keluarga cara kamu, mulia banget," gumam Rey yang tak menyangka dengan apa yang dilihatnya.
*****
Rann berdiri di barisan ke-3 dari belakang. Dia tak ingin berbaris di depan. Karena memang sejak SMP Rann tidak pernah berbaris di depan saat mengikuti upacara. Kecuali kalau dia sedang bertugas.
"Surya, pagi ini lo gak bersahabat banget sih, panas tau," gumam Rann dalam hati.
Dan tiba-tiba seseorang terjatuh ke pelukannya. Dia pingsan dan jatuh tepat di pelukan Rann yang membuatnya terkejut sejadi-jadinya. Karena panik, Rann langsung memapahnya keluar barisan di bantu seorang anggota PMR yang berada di belakang barisan.
"Kak ... tolongin, kita bawa ke UKS," ucap Rann pada kakak kelas anggota PMR itu. Mereka memapahnya hingga masuk ke ruang UKS.
"Nihh tolong bantu gue ya, buat sadarin dia. Gua mau urusin yang lain, tadi ada lagi yang pingsan," ucapnya seraya memberikan botol minyak kayu putih pada Rann. Dan Rann hanya mengangguk.
"Bangun dong! gue kan di sini jadi bingung mau ngapain. Mana ditinggal sendiri lagi. Ayo bangun dong," gumam Rann seraya mengoleskan minyak kayu putih di hidung seseorang yang sedang berbaring di hadapannya, tak lama kemudian ia tersadar kembali.
"Lo gak papa?" secepat kilat Rann bertanya pada gadis itu, Saat melihatnya mulai membuka kedua matanya.
"Gak papa kok, thanks ya udah nolongin," ucap gadis berambut pirang itu.
"Lo kenapa? wajah lo pucet banget sih, belum sarapan ya?" tanya Rann saat menyadari wajah pucat gadis itu. Dan dia hanya mengangguk pelan tanpa sepatah katapun.
"Ya sudah lo tunggu disini ya ...."
Rann bergegas keluar ruang UKS dan berlari menuju kantin. Rann memesan sebungkus nasi uduk dan teh manis hangat. Setelah pesanan siap, Rann langsung bergegas ke ruang UKS. Di perjalanan Rann tak sengaja berpapasan dengan Rey.
"Bell, dari mana?"
"Dari kantin, beli makan."
"Kamu belum sarapan ya? sampai-sampai beli makan di jam pelajaran."
"Gak, ini bukan buat gue, ini buat seseorang yang ada di UKS. Gue duluan ya Rey, kasihan dia lagi nungguin," ucap Rann yang dengan cepat berlari meninggalkan Rey di koridor.
"Sorry, nunggu lama ya?" ucap Rann dengan nafas yang tersengal-sengal, gadis itu hanya tersenyum melihatnya.
"Nih, sarapan dulu ya, biar agak mendingan," ucap Rann sembari membuka bungkusan nasi uduknya.
"Tapi-" Belum selesai gadis itu berkata, Rann langsung memotongnya.
"Udah makan aja. Oh ya, kenalin gue Rann, lo siapa?" tanya Rann sembari menyuapi gadis itu.
"Gue Melly. Sorry ya Rann, udah ngrepotin lo."
"Gak papa, santai aja."
Setelah selesai makan, keduanya memutuskan untuk kembali ke kelas. Melangkah keluar meninggalkan UKS. Tepat diambang pintu, Rey berdiri memperhatikan keduanya. Rey tersenyum saat pandangannya berpapasan dengan pandangan Rann.
*****
Bel istirahat berbunyi, semua anak bersorak. Ada yang langsung berlari ke kantin, ada yang ini, ada yang itu, dan sebagainya. Begitu juga dengan Tiara."Rann, kantin yuk," ajak Tiara yang sudah berdiri dari bangkunya."Gak ah, gue mau keperpus," jawab Rann. Mengingat uangnya telah terpakai untuk membeli sarapan Melly pagi tadi. Dan sisanya akan dia tabung.Rann berjalan menyusuri koridor menuju perpustakaan. Rey yang melihatnya mengikuti dari belakang. Dia penasaran apa lagi yang akan dilakukan gadis itu. Langkahnya terhenti saat Rann memasuki ruangan. Perpustakaan, itulah kata yang tertera di sana.Dari kejauhan Rey melihat Rann asyik memilih buku-buku kemudian duduk dan membacanya bersama dengan Alika yang juga ada di sana. Tidak heran jika Alika yang berada di sana, karena Alika sendiri adalah anak yang cerdas dan rajin, boleh di bilang "si jeniusnya anak Somplak". Alika sering melua
Sore itu, Rey mengajak Rann ke sebuah toko buku yang tempatnya tidak jauh dari sekolah. Kebetulan toko tersebut baru saja melaunchingkan beberapa buku terbaru."Rey, tumben sih ngajak kesini? Ada apa?""Hmmm, gak cuma sekedar pengin aja, kebetulan disini ada pelaunchingan beberapa buku terbaru.""Benarkah?" tanya Rann penuh rasa senang dan Rey membalasnya dengan senyuman kecil.Mereka berjalan memasuki toko, ada banyak buku yang berjejer tertata rapi. Keduanya sibuk memilih buku, baik buku yang berkaitan dengan pelajaran atau yang lainnya."Rey, gue ambil yang ini aja deh.""Cuma itu? saya tau kamu anak cerdas, tapi gak buku pelajaran juga yang kamu ambil, kan bisa pinjam di perpustakaan sekolah."Rann hanya membalasnya dengan senyuman kecil dan berlalu meninggalkan Rey. Tak berselang lama keduanya kembali bertemu di meja kasir setelah be
Dan semua tentang Rey itu hanya sekedar kenangan dimasa lalu yang kini ku ingat kembali....Rannia Krishna._______________Rann melirik arlojinya, kedua matanya melebar saat melihatnya. Waktu istirahat tinggal 5 menit. Dengan cepat dia berdiri menarik tangan Alika dan bergegas kembali ke kelas.Beberapa bulan berlalu, setelah Rey pergi jauh tanpa kabar apapun. Rann berusaha berdiri tegak kembali, melangkah meraih cita-cita yang telah di rajut sejak lama. Bersama 8 sahabat karibnya yang selalu setia menemani.Kali ini Rann bukan hanya aktif di ekskul musik tapi Rann juga telah bergabung di kepengurusan OSIS, dan ya, di kelas XI ini ada sedikit perbedaan. Dimana Rann hanya satu kelas dengan Tiara dan Alika tanpa Viona.Dikelas Xl ini Rann mulai sering unjuk diri. Dia mulai aktif di berbagai kegiatan sekolah. Tak jarang, untuk mengisi waktu luangnya Rann berlatih basket deng
Ada guru baru, muridnya pun baru lama-lama gue juga ganti pacar baru ah ....Rannia Krishna.________________Pagi yang cerah, seperti biasanya Rann berangkat tepat waktu, dan seperti biasanya pula kondisi sekolah masih lumayan sepi. Hanya ada penjaga dan beberapa anak yang piket harian. Rann berjalan melewati koridor. Sampai di kelas hanya ada Alika yang sedang duduk di bangkunya menghadap buku bahasa yang lumayan tebal. Maklumlah, anak rajin yang selalu paralel satu sejak SD."Jend ... jangan terlalu rajin, nanti botak tu pala," ledek Rann saat berjalan memasuki kelas yang di sambut dengan senyuman manis Alika.Jenderal. Rann biasa memanggil Alika dengan sebutan jenderal sementara Alika balas dengan menyebut Rann Professor.Hari ini jam pelajaran pertama matematika. Rann dan Alika masih fokus pada papan tulis saat bel berbuny
Pelajaran berakhir dan semua siswa bergegas keluar kelas."Tia, lo mau ke ruang musik?""Iya, emangnya kenapa Rann?" Tiara masih sibuk membereskan buku-bukunya."Bareng yah," ucap Rann yang sudah siap keluar kelas."Oh ya Al, lo seperti biasanya kan pulang bareng Inay?" tanya Rann saat melihat Alika yang masih duduk dengan tenang. Alika memang sering keluar kelas paling terakhir karena tidak mau berdesakan dengan yang lain."Tenang saja, kalau kalian mau pergi, pergi aja duluan, gue nanti aja nunggu agak tenang.""Ok." Rann menarik tangan Tiara keluar kelas. Keduanya berjalan diantara para siswa. Berjalan riang dengan sedikit dendangan kecil, satu bait yang terus diulang-ulang."Rann, Rann. Kalau cinta bilang aja kali." Tiara mendengus mendengar sahabatnya menyanyikan bait itu, bait yang dulu di nyanyikan Rey secara berulang
"Vi, masih marah ?" tanya Rann saat keduanya berjalan dikoridor pagi itu."Gak. Gue gak marah, emangnya kenapa harus marah?" jawab Viona dengan wajah polosnya, tetapi dia masih saja berjalan tanpa mempedulikan Rann."Ya udah kalo Lo gak marah. Nanti pulang bareng ya, gue mau ngomong penting," ucap Rann dengan nada sedikit tinggi. Bisa di bilang teriak sih karena Viona masih tetap berjalan tanpa merespon ucapan Rann yang masih berdiri mematung memandang punggung Viona yang semakin jauh.Lagi-lagi Rann harus bersiap mendengarkan celotehan teman-temannya karena hari ini ada jam pelajaran si guru terlalu tampan. Dan seperti biasanya, seusai pelajaran akan ada obrolan membosankan tentang sang guru.Rann berusaha fokus pada pelajaran, namun dia tetap saja tidak bisa. Konsenterasinya terpecahkan oleh pesona si tampan yang sedang menerangkan di depan. Apalagi posisi duduknya ada d
Pelajaran berakhir, bel berbunyi dan seperti biasanya, kelas yang tenang jadi seperti kapal pecah karena kelakuan Ivan cs.Rann mengambil ponselnya berharap ada notifikasi pesan dari Viona. Dan benar saja, ada satu pesan masuk dari Viona dan Rann dengan segera membukanya."Gue tunggu lo di parkiran, jangan kecewain gue Rann."Rann membacanya dengan seksama, takut salah baca jadi fatal nantinya.Rasanya aneh kalau teman akrab jadi canggung hanya gara-gara cowok. ya, setidaknya itulah yang di rasakan Rann saat ini."Al, Tia, gue duluan ya. Ada janji sama Viona," ucap Rann seraya berjalan keluar kelas diantara kerumunan siswa yang hendak pulang.Rann berjalan di koridor, dengan jalan yang setengah berlari karena takut membuat Viona menunggu sampai langkahnya terhenti saat terdengar alunan lagu yang sangat familiar buat Ran
Hidup butuh sedikit perubahan yang menantang Bell.Kak David____________ Mungkin sekarang Rann harus terbiasa dengan David. Terbiasa untuk diantar David yang hanya sampai gerbang bukannya parkiran.Terbiasa dengan David yang akan merapikan rambutnya yang berantakan. Dan terbiasa dengan Pandangan aneh para siswa yang melihatnya.Setidaknya itulah sedikit kebiasaan Rann setelah kehadiran David di sekitarnya. David adalah anak dari kakaknya Krishna, ayahnya Rann. David datang dari Solo untuk melanjutkan pendidikannya.Karena Rann dan David sudah dekat sejak kecil, jadi untuk tinggal satu rumah rasanya bukan masalah yang cukup besar.Rann berjalan ke area sekolah. Berjalan diantara para siswa yang sudah ramai memasuki area parkiran. Seperti biasanya, David selalu tiba di saat sekolah sudah mulai ramai. Karenanya, R
"Assalamualaikum."Terdengar salam dari lantai bawah, dan tak lama setelah itu terdengar percakapan beberapa orang. Rann yang penasaran pun memutuskan untuk keluar dari kamar dan melihat apa yang terjadi."Kak, siapa di bawah?" tanya Rann saat berpapasan dengan David di tangga, rupanya David juga penasaran."Kayaknya, Mama, Papa.""Sayang ...," teriak Nia saat melihat keduanya menuruni tangga."Mama ..,." pekik Rann seraya mengbambur kedalam pelukannya, tak lupa pula mencium takdim punggung tangan kedua orang tuanya."Oleh-olehnya mana??" tanya Rann dengan nada manjanya."Kamu ini," ucap Krishna yang gemas dengan putrinya.Untuk kesekian kalinya Krishna bisa melihat tingkah manja putrinya itu setelah kejadian beberapa waktu lalu.Nia mengeluarkan semua bar
Uap bakso masih nengepul menandakan betapa panasnya makanan tersebut. Kini Rann dan Samudra tengah duduk di sebuah kedai dengan semangkuk bakso yang membuat perut tambah konser."Gue kira, lo anak kafean atau restoran mahal," ujar Samudra yang masih mengaduk baksonya, menunggu sedikit lebih dingin agar bisa di makan."Enak aja, emang tampang gue anak orang kaya yang kayak gitu apa?" elak Rann tak terima. Rann menatap tajam ke arah Samudra."Ya, kan. Gue cuma mengira," ujar Samudra lagi."Kelihatan, ya?" Rann refleks menegakan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada Samudra.Samudra sedikit terkejut dengan kelakuan cewek di depannya. Cewek yang waktu pertama bertemu terlihat begitu dingin, cuek. Tapi kini dengan cepat keduanya akrab.Dalam waktu makan siang ini keduanya saling berbincang tentang banyak hal. Mulai dari p
"Hai, Baby." Awan yang baru saja datang, langsung menyapa Mey.Kehadiran Awan tak kalah Mengejutkan dari Rann dan Samudra, di tambah lagi dengan seseorang di belakangnya."Eh, sayang ... tumben banget kamu nyamperin aku disini? " ujar Mey seraya meraih tangan Awan agar duduk. Mey merasa ada yang aneh pada pacarnya itu.Bagaimana tidak, karena selama setahun pacaran, Awan sangat sulit untuk di ajak ke kantin.Ada saja ribuan alasan untuk menolak, terutama dengan banyaknya pandang mata yang menatapnya risih.Tapi jangan salah, karena setelah penolakan itu, Awan akan menggantinya dengan kencan romantis."Lo bawa siapa, Wan?" tanya Anna yang merasa tak asing dengan orang di belakang Awan."Sohib," jawab Awan singkat tanpa berniat memperpanjang."Beb, kemarin malam kamu di telpon ngomong apa sih
Pagi ini Rann bangun seperti biasanya, kemudian bersiap untuk berangkat ke sekolah. Karena di hari senin dia harus berangkat lebih pagi dari hari biasanya.Rann keluar dari kamarnya, berjalan menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan. Ada pemandangan berbeda pagi ini. David sudah siap menyantap makanannya dengan pakaian yang sudah rapi."Tumben banget, Kakak udah rapi sepagi ini? Biasanya juga, Issabell yang tarik Kakak dari kamar, kalau hari senin," ucap Rann heran dengan penampilan David."Ya, kan berubah dong, Bell," jawab David tak mau kalah."Ah, paling kebetulan aja, tadi ba'da subuh gak tidur lagi," elak Rann, seraya mendudukkan dirinya."Tau aja, Bell, jangan buka kartu dong." David hanya cengengesan menanggapi tuduhan sepupunya itu.Keduanya menikmati sarapan dengan lahap kemudian bersiap
David terbangun dari mimpi indahnya setelah bunyi nyaring alarmnya mengejutkannya. Waktu menunjukan pukul 04.05 WIB. David bergegas mengambil air wudhu kemudian mendirikan sholat tahajud.Malam ini terasa begitu cepat karena dia baru menyelesaikan tugasnya tepat pukul 00.05 WIB.Dibantu dengan Dafa dan Dimas yang menginap di sana, dengan maksud awal untuk menemaninya dan Rann. Karena ini adalah malam kedua mereka bermalam di rumah baru. Apalagi, kini mereka hanya tinggal berdua.David beranjak dari mihrabnya, bergerak menuju kamar Rann. Perlahan, tangannya mulai membuka pintu dan berhasil menampakan seorang gadis cantik dengan balutan kain putih panjang yang menambah keanggunannya.Gadis itu mengembangkan sudut bibirnya saat melihat David di ambang pintu."Kakak kira, belum bangun, Bell," ucap David padanya.David tau, tadi malam R
Benar, hidup memang akan selalu beriringan dengan kejujuran dan tantangan. Nayla kharisma. _______________ Viona mulai memutar botol kembali, kini botol itu berhenti tepat di depan Tiara. "Turut or dare?" dengan cepat pula Viona bertanya. "Dare deh," jawab Tiara ragu. "Suapin kak David satu potong martabak." Ucapan Rann sukses mengejutkan semua yang ada. Tak ada yang menyangka kegilaan yang dilakukan Rann. "Gila lo! Mau bunuh gue lo!" Bantah Tiara. "Eits ...bitu dare buat lo," timpal Anna tersenyum smirk. "Ayolah Tiara," lirih Alika dengan senyum simpulnya. "Ok, fine!" Tiara pasrah dan mulai beranjak untuk mendatangi kamar David. Tiara berjalan pelan dan sesekali menengok ke belakang.
Usai makan malam, mereka kemudian kembali ke kamarnya Rann, di lantai dua. Mereka kembali melingkar bersiap untuk bermain dengan kegilaan mereka. "Guys, main TOD yuk," ajak Mey, yang lain hanya mengangguk setuju. "Wait!!! tunggu-tunggu!" Anna heboh saat teringat sesuatu. "Nih, kumpul-kumpul gini, gak ada snacknya gitu?" Ucapan Anna sukses membuat yang lain melongo. "Kayaknya bener tuh, Na" timpal Alika saat sadar dengan hal itu. "Iya deh, iya, maunya apa?" Rann yang merasa tersindir akhirnya angkat bicara. Semua saling mengusulkan apa yang diinginkan. Setelah selesai berunding kemudian Rann keluar dari kamar, hendak pergi ke mini market terdekat. Saat tepat di depan kamar David, terbesit dalam fikirannya untuk mengajak David keluar menemaninya. Rann mengetuk pintu kamar Da
Terkadang hidup itu butuh sedikit kejujuran agar lebih terasa, tapi juga butuh tantangan agar lebih menyenangkan.Meysha meylany ___________________Siang ini, sepulang sekolah mereka berkumpul di base camp mereka. Di sebuah butik yang didirikan dengan uang bersama yang mereka tabung dari sisihan uang jajan.Bangunan dua lantai dengan dekorasi cukup unik kreasi tangan sendiri. Ya, siapa lagi kalau bukan Meysha art. Merubah hal biasa jadi luar biasa. Memang tak terlalu luas karena hanya mengandalkan sisihan uang jajan sejak awal pertemuan mereka sewaktu SMP dan terealisasikan bangunan ini sewaktu masuk SMA."Tia, lo kenapa sih?" tanya Viona menepuk pundak sahabatnya.Kini mereka tengah duduk melingkar di ruangan yang tersedia di lantai dua dengan suguhan pemandangan kota karena letak butik yang cukup strategis."
Semua sahabat Rann berkumpul di parkiran sekolah, tepat di samping mobil Mey, tengah menunggu kejelasan dari sahabat karib mereka.Mata mereka manyapu bersih semua pemandangan yang ada, namun tak ada tanda-tanda kedatangan Rann.Pandangan mereka tertuju pada satu mobil mewah yang baru saja terparkir di sana, mobil itu begitu asing bagi mereka.Sudah cukup lama mobil itu berhenti, tapi tak kunjung menunjukkan siapa yang ada di dalamnya."Woi, ada anak baru yah?" tanya Anna pada sahabatnya namun hanya mendapat angkatan bahu secara serempak."Eh, eh, liat tuh. Kayaknya ada yang mau keluar dari mobil mewah itu," ucap Safna seraya menunjuk kearah mobil tersebut dengan pintunya yang perlahan mulai terbuka.Pintu terbuka lebar, terlihat seorang gadis keluar darinya. Gadis cantik yang sukses membuat mereka melongo tak percaya.