Kau menyukai keindahannya, tapi keindahannya itu jahat, bisa saja menyakitimu
Rey R Lesmana
________________
"Rann, hari ini ekskul?" tanya Viona saat berjalan dikoridor.
"Ya nih, ikut yuk Vi," ajak Rann.
"Sorry deh Rann, gue gak minat nih," tolak Alika.
"Ya udah deh kalau gitu gue tinggal dulu," ucap Rann.
Rann pergi meninggalkan Viona yang masih berdiri dikoridor. Rann berjalan menuju ruang musik. Seperti biasa, Rey sudah berada disana menunggu Rann.
"2 menit, Nona terlambat 2 menit 10 detik" ucap Rey saat melihat Rann berdiri di depannya.
"Loh, detiknya juga dihitung? Rajinnya." Rann justru meledek Rey.
Keduanya melakukan hal seperti biasanya. Rann terlalu asyik memperhatikan jari jemari Rey memetik senar gitar. Tiba-tiba Rey berhenti dan mengejutkan Rann dengan sebuah agenda cantik berwarna merah.
"Apa ini?" Rann menarik Rey tak mengerti.
"Ini sesuatu yang akan menerima semua curahan hatimu," jelas Rey.
"Benarkah?" ledek Rann.
"Ya gitu deh, mmm ... saya ingin kamu tulis lagu yang kamu suka disini. Tapi jangan sekarang. Terserah kamu mau tulis kapan tapi jangan sekarang," ujar Rey.
"Kenapa??" Rann tak mengerti.
"Intinya, seperti itu," jawab Rey.
"Baiklah ...." Rann menyerah dan pasrah.
Rann menerimanya dan Rey kembali memainkan jemarinya. Dalam fikiran Rann ada banyak pertanyaan berputar-putar di kepalanya. Tapi tak ada keberanian untuk mengungkapkannya.
Keduanya asyik dengan gitarnya. Tiba-tiba Rey teringat sesuatu. Wajahnya terlihat tegang dan gugup.
"Rey ada apa?" tanya Rann saat menyadari wajah tegang Rey.
"Gak, saya cuma ingat tantangan Elang kemarin," jawab Rey datar.
"Oh iya, sore inikan? terus gimana? Lo sudah siap?" Rann heboh sendiri mendengarnya.
"Ya siap gak siap Bell, kamu mau kan nemenin saya lagi sore ini? Nanti saya jemput," pinta Rey.
Rann ingin menolak karena dia tidak suka hal seperti itu tapi dia teringat kejadian kemarin saat Rey dan Elang bersama. Rann takut itu terulang kembali atau bahkan lebih parah.
Rann hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Keduanya kembali terfokus pada gitarnya hingga siang hari.
"Rey, kalau kita kesana sekarang bagaimana?" tanya Rann yang sudah berdiri untuk bersiap.
"Sekarang? Kamu gak pa pa gak izin sama ibu kamu? Nanti kamu kena marah lagi" ujar Rey khawatir.
"Gak, gue bisa izin lewat telepon, tapi gue bilang sama Tiara dulu yah, takutnya dia nungguin." Rann pergi menemui Tiara. Dan ditemuinya Tiara yang sedang bersiap-siap pulang.
"Mmm .. gue mau pergi bareng Rey," jawab Rann dengan nada hati-hati takut membuat sahabatnya itu kesal.
"Pergi kemana? Kencan ya?" ledek Tiara.
"Kencan apa sih!!" bantah Rann dengan rona merah diwajahnya.
"Tapi bener, lo gak pa apa kan?" tanya Rann memastikan.
"Tenang aja, gue bisa pulang sendiri kok." Dengan senyuman kecil Tiara meng-iyakan walaupun dipikirannya bingung, akan dengan siapakah dia pulang.
Tiara keluar dari ruang ekskul dan berjalan keluar gerbang sekolah. Didepan gerbang, Tiara menengok ke kanan dan kiri sendirian mencari angkutan umum.
"Malangnya nasib si jomblo ini, tak ada seorangpun yang mau menemani dalam penantian yang membosankan ini. Jangankan pacar, temanpun tak ada," gumam Tiara dalam kesendiriannya.
Tiba-tiba, seseorang datang menghampiri. Dengan motor sportnya, Khan mengajak Tiara pulang. Awalnya Tiara menolak, namun akhirnya Tiara berfikir, jika dia tidak pulang dengan Khan akan dengan siapakah dia pulang. Rann yang biasa setia menemaninya menunggu bus sekolah kini telah pulang dengan Rey.
*****
"Rey yuk pergi," ajak Rann setelah menemui Tiara.
"Bagaimana dengan Tiara," tanya Rey yang masih duduk di kursinya.
"Tiara bilang dia mau pulang sendiri," jawab Rann sekenanya.
"Ya sudah," ucap Rey seraya berdiri dan melangkah keluar dari ruang musik yang diikuti oleh Rann dari belakangnya.
Rann membonceng dibelakang Rey. Mereka menyusuri jalanan kota menuju tempat yang telah dijanjikan dengan Elang kemarin. Diperjalanan hanya ada keheningan.
Ada rasa gugup dalam hati Rann ketika ia duduk dibelakang Rey yang sedang mengendarai motornya. Walupun ini sudah yang kesekian kalinya tapi rasa gugup itu masih saja menghampiri Rann.
Dia berharap bisa memulai topik pembicaraan dengan Rey, namun mulutnya serasa terkunci rapat-rapat yang membuatnya tidak bisa berkata apa-apa.
Setelah melalui perjalanan dalam keheningan, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan yang telah ramai oleh Elang cs dan beberapa penonton.
"Nahhh, sampai juga jagoan kita," ucap Elang pada Rey saat melihat Rey dari kejauhan dan seketika semua yang ada di sana menoleh menatap Rey dan bersorak. Melihat hal tersebut membuat Rann terkejut.
"Rey, ada banyak orang, Dan kita ... Kita hanya berdua," ucap Rann gugup.
"Tenang saja, hal seperti ini sudah biasa, yang bersama Elang hanya 3 orang dan yang lainnya hanya penonton," jelas Rey.
"Benarkah?" tanya Rann setengah tak percaya namun ucapan Rey sedikit menenangkan Rann.
Rann dan Rey mendekat menemui Elang, dengan tatapan sinis Elang menyambut keduanya.
"Berani juga lo," ucap Elang dengan nada mengejek.
Buat Rann, Elang adalah salah satu dari sekian banyak pemuda bodoh yang so cool dan senangnya berfoya-foya.
"Kenapa gak? gue gak sepengecut itu," jawab Rey dengan nada yang sedikit tinggi.
Setelah perdebatan selesai, duel keduanya pun dimulai. Semua yang ada bersorak termasuk dengan Rann yang juga ikut bersorak menyaksikan duel sengit itu.
Rann berdiri diantara para penonton dengan memegang gitar milik Rey. Ya, karena keduanya belum sempat pulang kerumah jadi Rey masih membawa gitarnya.
Ditengah keasyikan Rann yang menyaksikan duel itu tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang yang membuat Rann terkejut sejadi-jadinya.
"Saf, lo ngagetin aja," ucap Rann saat melihat Safna dibelakangnya.
"Rann, lo ngapain disini?" tanya Safna.
"Mmm ...." Rann hanya menoleh ke arena balap.
"Ohhh gue faham, lo kesini buat Rey."
"Ya gitu deh, lo sendiri ngapain?"
"Mmmmm, lo liat dia kan." Safna menunjuk seseorang disana diantara kumpulan orang.
"Dia siapa??" tanya Rann tak mengerti.
"Dia yang ada di sana, dikeramaian diantara teman-teman Elang." Safna kembali menunjuk seseorang untuk memperjelas.
"Yang mana, yang itukah?" Jari telunjuk Rann menunjuk pada seseorang.
"Ya, dia yang pakai jaket biru."
"Bram? Jadi Bram yang Lo maksud?" tanya Rann setelah jelas melihat wajah orang yang dimaksud.
"Oh jadi namanya Bramm, thanks ya Rann udah kasih tau," ucap Safna yang kegirangan mengetahui nama orang yang diincarnya.
Duel sengit berakhir dengan kemenangan Rey. Elang yang kalah kecewa dengan hasil akhirnya harus puas dengan keangkuhannya.
"Airlangga!! Sudah cukupkah lo buat diri lo malu dengan keangkuhan lo!! Atau lo belum puas dan ingin yang lebih? Sekarang dengerin gue, cukup! Pergi dari pergaulan ini dan luruskan jalan lo." Tiba-tiba Bram berteriak pada Elang dengan nada yang lumayan tinggi.
Bram berani berkata tegas pada Elang karena Bram sepupu Elang.
Mendengarnya membuat Elang semakin emosi. Hampir saja sebuah pukulan keras jatuh di muka Bram. Namun, sirene polisi menggagalkannya dan seketika membuat suasana ricuh.
Semua orang berlari kesana-kemari mencari perlindungan. Begitu juga dengan Rey yang dengan sigap menarik tangan Rann dan membawanya pergi.
_____________________
Alhamdulillah....
Kau menyukai keindahannya, tapi keindahannya itu jahat, dia bisa melukaimu.Reyhan R Lesmana. ___________________Mereka pergi tanpa tau tujuan. Rann memegang erat pinggang Rey yang mengendarai motornya. Ketegangan tergambar jelas di wajah Rann.Untuk pertama kalinya Rann mengalami kejadian seperti ini, Rey bingung akan kemanakah mereka pergi."Rey, mampir dulu yuk kerumah Allah, waktu Dzuhur sudah hampir habis nih," ucap Rann saat melihat bangunan indah bernuansa islami di tepi jalan.Mendengar hal itu membuat Rey terkejut. Rey tak menyangka dengan ucapan Rann. Rey sadar, sudah berapa lama dia melalaikan sang pencipta. Rey merasa seakan akan dirinya telah terjatuh kedalam jurang yang sangat dalam dan di pertemukan dengan cahaya yang menunjukkan kejalan yan
Pagi ini dimulai dengan pelajaran olahraga. Semua siswa berkumpul di lapangan. Dibawah terik matahari pagi yang cukup baik untuk kesehatan. "Ayo barisnya yang rapi, kalian sudah SMA masa urusan baris berbaris saja kalah sama anak SD," Ujar pak Budi guru olahraga, saat melihat barisan kami yang belum rapi dan masih ada anak cewek yang asyik mengobrol sendiri. Pelajaran dimulai dengan pemanasan di lanjut dengan berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali. Dan itupun harus dengan benar-benar berlari. Bagi yang berjalan santai atau memotong jalur untuk memperpendek jarak maka akan ditambah 5 putaran lagi. Pak Budi termasuk salah satu predator di SMA ini. Ooops ... Hehehe ... ya, badannya kekar, dadanya bidang, dan tubuhnya bugar, suaranya lantang, dan setiap tindakannya selalu tegas, tak jarang para perusuh sekolah jadi sasaran ketegasan pak Budi. Tapi, beliau ora
"Assalamualaikum ... Mah, Issabell pulang," salam Rann saat membuka pintu rumah.Ya, Issabell.Di rumah Rann terbiasa dengan panggilan Issabell dan orang lain yang memanggilnya Bella adalah Rey."Waalaikum salam, sayang. Tumben pulang cepet?" tanya Nia, mama Rann."Biasa Mah, hari Sabtu, waktunya akhir pekan. Jadi ada saja alasannya buat jam kosong, daripada kosong lebih baik di isi yang lain.""Terus, kok bisa Issabell pulang jam segini? Oh, mama tau, ini karena papa yah?" ledek Nia.Mamanya tau aja kalau Rann pulang cepat karena Sang Papa sudah janji akan mengajaknya pergi hari ini.Rann berlari ke kamarnya, meninggalkan mamanya diruang Tv yang sedang duduk santai. Dan beberapa menit kemudian Rann turun dengan pakaian yang sudah rapi dengan jeans hitam yang dipadukan dengan hoddy berwarna pink yang membuatnya terlihat mani
Bel istirahat berbunyi, semua anak bersorak. Ada yang langsung berlari ke kantin, ada yang ini, ada yang itu, dan sebagainya. Begitu juga dengan Tiara."Rann, kantin yuk," ajak Tiara yang sudah berdiri dari bangkunya."Gak ah, gue mau keperpus," jawab Rann. Mengingat uangnya telah terpakai untuk membeli sarapan Melly pagi tadi. Dan sisanya akan dia tabung.Rann berjalan menyusuri koridor menuju perpustakaan. Rey yang melihatnya mengikuti dari belakang. Dia penasaran apa lagi yang akan dilakukan gadis itu. Langkahnya terhenti saat Rann memasuki ruangan. Perpustakaan, itulah kata yang tertera di sana.Dari kejauhan Rey melihat Rann asyik memilih buku-buku kemudian duduk dan membacanya bersama dengan Alika yang juga ada di sana. Tidak heran jika Alika yang berada di sana, karena Alika sendiri adalah anak yang cerdas dan rajin, boleh di bilang "si jeniusnya anak Somplak". Alika sering melua
Sore itu, Rey mengajak Rann ke sebuah toko buku yang tempatnya tidak jauh dari sekolah. Kebetulan toko tersebut baru saja melaunchingkan beberapa buku terbaru."Rey, tumben sih ngajak kesini? Ada apa?""Hmmm, gak cuma sekedar pengin aja, kebetulan disini ada pelaunchingan beberapa buku terbaru.""Benarkah?" tanya Rann penuh rasa senang dan Rey membalasnya dengan senyuman kecil.Mereka berjalan memasuki toko, ada banyak buku yang berjejer tertata rapi. Keduanya sibuk memilih buku, baik buku yang berkaitan dengan pelajaran atau yang lainnya."Rey, gue ambil yang ini aja deh.""Cuma itu? saya tau kamu anak cerdas, tapi gak buku pelajaran juga yang kamu ambil, kan bisa pinjam di perpustakaan sekolah."Rann hanya membalasnya dengan senyuman kecil dan berlalu meninggalkan Rey. Tak berselang lama keduanya kembali bertemu di meja kasir setelah be
Dan semua tentang Rey itu hanya sekedar kenangan dimasa lalu yang kini ku ingat kembali....Rannia Krishna._______________Rann melirik arlojinya, kedua matanya melebar saat melihatnya. Waktu istirahat tinggal 5 menit. Dengan cepat dia berdiri menarik tangan Alika dan bergegas kembali ke kelas.Beberapa bulan berlalu, setelah Rey pergi jauh tanpa kabar apapun. Rann berusaha berdiri tegak kembali, melangkah meraih cita-cita yang telah di rajut sejak lama. Bersama 8 sahabat karibnya yang selalu setia menemani.Kali ini Rann bukan hanya aktif di ekskul musik tapi Rann juga telah bergabung di kepengurusan OSIS, dan ya, di kelas XI ini ada sedikit perbedaan. Dimana Rann hanya satu kelas dengan Tiara dan Alika tanpa Viona.Dikelas Xl ini Rann mulai sering unjuk diri. Dia mulai aktif di berbagai kegiatan sekolah. Tak jarang, untuk mengisi waktu luangnya Rann berlatih basket deng
Ada guru baru, muridnya pun baru lama-lama gue juga ganti pacar baru ah ....Rannia Krishna.________________Pagi yang cerah, seperti biasanya Rann berangkat tepat waktu, dan seperti biasanya pula kondisi sekolah masih lumayan sepi. Hanya ada penjaga dan beberapa anak yang piket harian. Rann berjalan melewati koridor. Sampai di kelas hanya ada Alika yang sedang duduk di bangkunya menghadap buku bahasa yang lumayan tebal. Maklumlah, anak rajin yang selalu paralel satu sejak SD."Jend ... jangan terlalu rajin, nanti botak tu pala," ledek Rann saat berjalan memasuki kelas yang di sambut dengan senyuman manis Alika.Jenderal. Rann biasa memanggil Alika dengan sebutan jenderal sementara Alika balas dengan menyebut Rann Professor.Hari ini jam pelajaran pertama matematika. Rann dan Alika masih fokus pada papan tulis saat bel berbuny
Pelajaran berakhir dan semua siswa bergegas keluar kelas."Tia, lo mau ke ruang musik?""Iya, emangnya kenapa Rann?" Tiara masih sibuk membereskan buku-bukunya."Bareng yah," ucap Rann yang sudah siap keluar kelas."Oh ya Al, lo seperti biasanya kan pulang bareng Inay?" tanya Rann saat melihat Alika yang masih duduk dengan tenang. Alika memang sering keluar kelas paling terakhir karena tidak mau berdesakan dengan yang lain."Tenang saja, kalau kalian mau pergi, pergi aja duluan, gue nanti aja nunggu agak tenang.""Ok." Rann menarik tangan Tiara keluar kelas. Keduanya berjalan diantara para siswa. Berjalan riang dengan sedikit dendangan kecil, satu bait yang terus diulang-ulang."Rann, Rann. Kalau cinta bilang aja kali." Tiara mendengus mendengar sahabatnya menyanyikan bait itu, bait yang dulu di nyanyikan Rey secara berulang
"Assalamualaikum."Terdengar salam dari lantai bawah, dan tak lama setelah itu terdengar percakapan beberapa orang. Rann yang penasaran pun memutuskan untuk keluar dari kamar dan melihat apa yang terjadi."Kak, siapa di bawah?" tanya Rann saat berpapasan dengan David di tangga, rupanya David juga penasaran."Kayaknya, Mama, Papa.""Sayang ...," teriak Nia saat melihat keduanya menuruni tangga."Mama ..,." pekik Rann seraya mengbambur kedalam pelukannya, tak lupa pula mencium takdim punggung tangan kedua orang tuanya."Oleh-olehnya mana??" tanya Rann dengan nada manjanya."Kamu ini," ucap Krishna yang gemas dengan putrinya.Untuk kesekian kalinya Krishna bisa melihat tingkah manja putrinya itu setelah kejadian beberapa waktu lalu.Nia mengeluarkan semua bar
Uap bakso masih nengepul menandakan betapa panasnya makanan tersebut. Kini Rann dan Samudra tengah duduk di sebuah kedai dengan semangkuk bakso yang membuat perut tambah konser."Gue kira, lo anak kafean atau restoran mahal," ujar Samudra yang masih mengaduk baksonya, menunggu sedikit lebih dingin agar bisa di makan."Enak aja, emang tampang gue anak orang kaya yang kayak gitu apa?" elak Rann tak terima. Rann menatap tajam ke arah Samudra."Ya, kan. Gue cuma mengira," ujar Samudra lagi."Kelihatan, ya?" Rann refleks menegakan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada Samudra.Samudra sedikit terkejut dengan kelakuan cewek di depannya. Cewek yang waktu pertama bertemu terlihat begitu dingin, cuek. Tapi kini dengan cepat keduanya akrab.Dalam waktu makan siang ini keduanya saling berbincang tentang banyak hal. Mulai dari p
"Hai, Baby." Awan yang baru saja datang, langsung menyapa Mey.Kehadiran Awan tak kalah Mengejutkan dari Rann dan Samudra, di tambah lagi dengan seseorang di belakangnya."Eh, sayang ... tumben banget kamu nyamperin aku disini? " ujar Mey seraya meraih tangan Awan agar duduk. Mey merasa ada yang aneh pada pacarnya itu.Bagaimana tidak, karena selama setahun pacaran, Awan sangat sulit untuk di ajak ke kantin.Ada saja ribuan alasan untuk menolak, terutama dengan banyaknya pandang mata yang menatapnya risih.Tapi jangan salah, karena setelah penolakan itu, Awan akan menggantinya dengan kencan romantis."Lo bawa siapa, Wan?" tanya Anna yang merasa tak asing dengan orang di belakang Awan."Sohib," jawab Awan singkat tanpa berniat memperpanjang."Beb, kemarin malam kamu di telpon ngomong apa sih
Pagi ini Rann bangun seperti biasanya, kemudian bersiap untuk berangkat ke sekolah. Karena di hari senin dia harus berangkat lebih pagi dari hari biasanya.Rann keluar dari kamarnya, berjalan menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan. Ada pemandangan berbeda pagi ini. David sudah siap menyantap makanannya dengan pakaian yang sudah rapi."Tumben banget, Kakak udah rapi sepagi ini? Biasanya juga, Issabell yang tarik Kakak dari kamar, kalau hari senin," ucap Rann heran dengan penampilan David."Ya, kan berubah dong, Bell," jawab David tak mau kalah."Ah, paling kebetulan aja, tadi ba'da subuh gak tidur lagi," elak Rann, seraya mendudukkan dirinya."Tau aja, Bell, jangan buka kartu dong." David hanya cengengesan menanggapi tuduhan sepupunya itu.Keduanya menikmati sarapan dengan lahap kemudian bersiap
David terbangun dari mimpi indahnya setelah bunyi nyaring alarmnya mengejutkannya. Waktu menunjukan pukul 04.05 WIB. David bergegas mengambil air wudhu kemudian mendirikan sholat tahajud.Malam ini terasa begitu cepat karena dia baru menyelesaikan tugasnya tepat pukul 00.05 WIB.Dibantu dengan Dafa dan Dimas yang menginap di sana, dengan maksud awal untuk menemaninya dan Rann. Karena ini adalah malam kedua mereka bermalam di rumah baru. Apalagi, kini mereka hanya tinggal berdua.David beranjak dari mihrabnya, bergerak menuju kamar Rann. Perlahan, tangannya mulai membuka pintu dan berhasil menampakan seorang gadis cantik dengan balutan kain putih panjang yang menambah keanggunannya.Gadis itu mengembangkan sudut bibirnya saat melihat David di ambang pintu."Kakak kira, belum bangun, Bell," ucap David padanya.David tau, tadi malam R
Benar, hidup memang akan selalu beriringan dengan kejujuran dan tantangan. Nayla kharisma. _______________ Viona mulai memutar botol kembali, kini botol itu berhenti tepat di depan Tiara. "Turut or dare?" dengan cepat pula Viona bertanya. "Dare deh," jawab Tiara ragu. "Suapin kak David satu potong martabak." Ucapan Rann sukses mengejutkan semua yang ada. Tak ada yang menyangka kegilaan yang dilakukan Rann. "Gila lo! Mau bunuh gue lo!" Bantah Tiara. "Eits ...bitu dare buat lo," timpal Anna tersenyum smirk. "Ayolah Tiara," lirih Alika dengan senyum simpulnya. "Ok, fine!" Tiara pasrah dan mulai beranjak untuk mendatangi kamar David. Tiara berjalan pelan dan sesekali menengok ke belakang.
Usai makan malam, mereka kemudian kembali ke kamarnya Rann, di lantai dua. Mereka kembali melingkar bersiap untuk bermain dengan kegilaan mereka. "Guys, main TOD yuk," ajak Mey, yang lain hanya mengangguk setuju. "Wait!!! tunggu-tunggu!" Anna heboh saat teringat sesuatu. "Nih, kumpul-kumpul gini, gak ada snacknya gitu?" Ucapan Anna sukses membuat yang lain melongo. "Kayaknya bener tuh, Na" timpal Alika saat sadar dengan hal itu. "Iya deh, iya, maunya apa?" Rann yang merasa tersindir akhirnya angkat bicara. Semua saling mengusulkan apa yang diinginkan. Setelah selesai berunding kemudian Rann keluar dari kamar, hendak pergi ke mini market terdekat. Saat tepat di depan kamar David, terbesit dalam fikirannya untuk mengajak David keluar menemaninya. Rann mengetuk pintu kamar Da
Terkadang hidup itu butuh sedikit kejujuran agar lebih terasa, tapi juga butuh tantangan agar lebih menyenangkan.Meysha meylany ___________________Siang ini, sepulang sekolah mereka berkumpul di base camp mereka. Di sebuah butik yang didirikan dengan uang bersama yang mereka tabung dari sisihan uang jajan.Bangunan dua lantai dengan dekorasi cukup unik kreasi tangan sendiri. Ya, siapa lagi kalau bukan Meysha art. Merubah hal biasa jadi luar biasa. Memang tak terlalu luas karena hanya mengandalkan sisihan uang jajan sejak awal pertemuan mereka sewaktu SMP dan terealisasikan bangunan ini sewaktu masuk SMA."Tia, lo kenapa sih?" tanya Viona menepuk pundak sahabatnya.Kini mereka tengah duduk melingkar di ruangan yang tersedia di lantai dua dengan suguhan pemandangan kota karena letak butik yang cukup strategis."
Semua sahabat Rann berkumpul di parkiran sekolah, tepat di samping mobil Mey, tengah menunggu kejelasan dari sahabat karib mereka.Mata mereka manyapu bersih semua pemandangan yang ada, namun tak ada tanda-tanda kedatangan Rann.Pandangan mereka tertuju pada satu mobil mewah yang baru saja terparkir di sana, mobil itu begitu asing bagi mereka.Sudah cukup lama mobil itu berhenti, tapi tak kunjung menunjukkan siapa yang ada di dalamnya."Woi, ada anak baru yah?" tanya Anna pada sahabatnya namun hanya mendapat angkatan bahu secara serempak."Eh, eh, liat tuh. Kayaknya ada yang mau keluar dari mobil mewah itu," ucap Safna seraya menunjuk kearah mobil tersebut dengan pintunya yang perlahan mulai terbuka.Pintu terbuka lebar, terlihat seorang gadis keluar darinya. Gadis cantik yang sukses membuat mereka melongo tak percaya.