Home / Romansa / Salahkah Aku Mencintaimu / 50. Tragedi Makan Malam

Share

50. Tragedi Makan Malam

Author: Roesaline
last update Last Updated: 2022-04-13 21:33:40

Aku menyesal datang di acara makan malam yang diadakan oleh Arjun. Kalau tahu ternyata harus melihat kemesraan mereka berdua mending aku bersama Reza.

Terpaksa aku pun segera mengambil tempat duduk di samping Diah.

"Silakan nikmati makan malam kalian, makan sampai puas ya!" kata Arjun mempersilahkan.

"Semoga langgeng sampai kakek nenek, Nyonya!" kata Rodeo tiba-tiba mendoakan.

"Dan semoga segera diberi momongan," sahut Diah.

"Dan makin sukses tentunya, kesuksesan seorang suami karena ada wanita hebat di belakangnya," sahut Andika karyawan yang lain.

"Terima kasih semua atas doanya," jawab Diana.

"Terima kasih juga atas kerja keras kalian sehingga acara kami sukses!" sahut Arjun. "Saatnya kita bersenang-senang!" lanjut Arjun berteriak senang.

"Horeee ...!" dibarengi dengan tepuk tangan yang meriah.

Bagaimana bisa aku berada di suasana seperti ini? Kebahagiaan Arjun adalah tangisku. Bisa-bisanya dengan mudah dia m

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Salahkah Aku Mencintaimu   51. Menjadi Hubungan yang Terlarang

    Kalau aku sudah berniat datang ke rumah ini lagi secara otomatis aku siap melayani Reza. Saat kaki ini melangkah masuk ke kamar Reza kenapa yang muncul dibayanganku adalah Arjun? Aku pernah melakukannya bersama Arjun di kamar ini dengan nafsuku yang bergelora dan meledak-ledak. Ini kamar Reza, aku pun pernah melakukannya bersamanya, tapi kenapa justru yang terlintas bayangan Arjun yang dengan hot mencumbuku. Sontak tubuhku menggigil panas dingin mengingatnya. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Zhee?" bisik Reza lirih di telingaku. Aku hanya menunduk sedih, aku benci dengan perasaanku sendiri. Bukankah Arjun dengan tegas mengatakan kalau aku harus kembali kepada Reza. Meskipun itu tidak diucapkannya kepadaku melainkan kepada Ivan tapi telingaku mendengarnya sendiri. "Aku merindukanmu, Zhee," bisik Reza di telingaku. Dari belakang dia memelukku, tangan kekarnya melingkar di dadaku. ""Bagaimana bisa kamu meninggalkan diriku begitu saja? Tahukah kamu betapa

    Last Updated : 2022-04-16
  • Salahkah Aku Mencintaimu   52. Reza Menyesal

    Mata Arjun menatap kamar Reza, aku yakin dia sangat penasaran dengan kata-kata Yuni. Reza pun mengamati ulah Arjun dengan sedikit menggelengkan kepalanya. "Arjun, apa agendaku hari ini?" tanya Reza mengalihkan perhatian Arjun. "Penandatanganan kontrak dengan PT Gemilang, Bos. Tapi waktunya setelah makan siang," ujar Arjun menjelaskan. "O begitu, ya sudah kamu berangkat saja duluan aku agak siangan," kata Reza. "Ya sudah kalau begitu saya akan membawa mobil sendiri, Bos. Nanti ada acara mengantar Diana ke rumah sakit," kata Arjun. "Diana sedang sakit?" tanya Reza singkat. "Tidak, hanya konsultasi ke dokter kandungan," jawabnya. Entah kenapa jawaban ini sangat melukai hatiku. Ada ketakutan kalau Diana hamil dan akhirnya Arjun melupakan aku dan anaknya. "Diana hamil?" tanya Reza terkejut. "Belum tahu, Bos. Tapi dilihat dari ciri-cirinya orang hamil kayaknya iya," jawab Arjun. "Sok tahu ciri-ciri orang hamil

    Last Updated : 2022-04-17
  • Salahkah Aku Mencintaimu   53. Tidak Bisa Move On

    Aku yang terdorong ke belakang sontak terhuyung jatuh, tapi dengan sigap tangan Arjun menarik dengan kuat, sehingga tubuhku terpelanting ke dalam pelukannya. Aku menikmati dada bidang dengan aroma tubuhnya yang khas. Kedua tanganku yang melingkar di pinggangnya, tak sengaja meremas jasnya. Arjun pun seolah menikmati aroma tubuku dan rambutku. "Parfum rambutmu, aroma tubuhmu, ini Zhee banget," bisiknya di telingaku. "Mayang, siapa kamu sebenarnya?" lanjutnya masih berbisik. Aku mendongak menatapnya, mata kami saling beradu, hatiku berdebar-debar tak karuan. Aku yakin Arjun bisa mendengarkannya. Karena aku pun bisa mendengar detak jantung Arjun. Apakah Arjun mengenaliku? Tidak mungkin ada debaran di jantungnya bila tidak mengenal aku. "Tidak mungkin kamu bisa menjauh dariku, Mayang alias Zhee Amalia," bisiknya menggoda. "Apa sih? Aku tidak tahu anda bilang apa?" hardikku. "Mayang!" panggil Ivan berteriak. "Ivan," jawa

    Last Updated : 2022-04-18
  • Salahkah Aku Mencintaimu   54. Nayna, Anakku

    Sopir melajukan mobilnya dengan kencang menuju rumah sakit. Aku tidur di pangkuan Reza. Aku merasakan tangan perkasa Reza membelai rambutku dengan sayang. "Eko, jangan ngebut-ngebut, jalanan sedang ramai! Sekarang Zhee sudah tenang bisa tidur, santai saja utamakan kenyamanannya," saran Reza. "Baik, Bos!" jawabnya tegas. Ciiiit .... bragh! Baru saja bibirnya menjawab dengan tegas kecelakaan pun terjadi. "Eko, apa yang terjadi?" hardik Reza terkejut dan emosi. "Tiba-tiba saja ada anak kecil menyeberang jalan, Bos," jawab Eko gugup. Bergegas Eko keluar dan mendapati anak kecil pingsan dengan kepalanya berlumuran darah. Sebentar kemudian Reza pun menyusul keluar dari mobil. "Bagaimana keadaannya, Eko?" tanya Reza. "Tanggungjawab, Pak, bawa dia ke rumah sakit!" desak orang-orang yang berdatangan mulai mengerumuninya. "Baik, saya akan tanggung jawab, saya akan bawa dia ke rumah sakit!" janji Reza pada massa yang

    Last Updated : 2022-04-19
  • Salahkah Aku Mencintaimu   55. Luka Hati Nayna

    Operasi telah berhasil, Nayna telah melewati masa kritisnya. Aku masih tertegun dengan hati hancur dan sakit. Terlebih Reza, dia menangis histeris bahkan sesaat dia marah dan benci kepadaku. Karena rahasia besar ini baru bisa terkuak setelah semuanya terlambat. Andai dari awal Reza tahu dia memliki Nayna, tentu Reza tidak memaksa aku menikah dengan Arjun hanya demi anak karena menuruti keinginan kedua orang tuanya. Nayna adalah nama yang sebenarnya pernah kita bicarakan. Reza pernah menyampaikan keinginannya sewaktu kita pacaran dulu, dia ingin memiliki anak pertama seorang bayi cewek dan akan diberi nama Nayna. Dan keinginannya terwujud tanpa sepengetahuannya. Tak sengaja pandangan kami beradu, mataku yang sembab membuat Reza luluh juga. "Istirahatlah, Zhee!" katanya lembut. "Tidak, aku ingin akulah orang pertama yang dia lihat saat matanya terbuka nanti. Itu caraku meminta maaf padanya. Tok .. tok ... tok! Pintu ruangan diketuk. Aku dan Reza

    Last Updated : 2022-04-21
  • Salahkah Aku Mencintaimu   56. Kembalilah Kepada Reza

    Dret ... dret ... dret! Kembali Arjun menelepon. Dengan sedikit bergeser Reza mengangkat teleponnya. "Iya, Arjun?" sapanya saat telepon diangkat. ( ... ) "Ya sudah aku segera datang, suruh Eko menjemputku!" ujar Reza. "Arjun, bisa temani Zhee di rumah sakit dulu?" tanyanya seakan berat diucapkan. ( ... ) "Terima kasih, Arjun. Kamar Dahlia 1 atas nama Nayna ya?" ucapnya pelan dan sedih, kemudian menutup teleponnya. Seolah tidak memberi kesempatan Arjun untuk bertanya lebih lanjut. Dia berjalan menghampiri aku dan Nayna. Tatapan penuh cinta dan sayang seorang bapak kepada Nayna, anaknya. "Aku ingin bicara, ikutlah!" kataku sambil menarik tangannya mengajak menjauh dari Nayna. "Ada apa, Sayang?" tanya Reza. "Bagaimana kamu mengambil keputusan tanpa membicarakannya kepadaku? Kenapa kamu memanggil Arjun kemari, Mas? Apa maksudmu?" tanyaku kecewa. "Bukankah kamu merindukannya? Kalian harus saling bicara, Zhee!

    Last Updated : 2022-04-24
  • Salahkah Aku Mencintaimu   57. Rinduku Bersambut

    Perlahan kubuka mataku, dokter sedang berbicara kepada Arjun di sampingku. "Nyonya tidak boleh stres, dia juga harus bedrest, Pak," kata dokter. "Tensi darahnya cenderung naik, ini bahaya buat keduanya," ungkap dokter menjelaskan. Arjun memandang aku yang sedang menahan air mata agar tidak meleleh. "Nyonya, jangan banyak berpikir dan beraktifitas dulu ya! Ada sedikit flek, untung bayinya kuat dia tidak apa-apa. Nyonya harus lebih hati-hati ya, kontrol emosi, sekali lagi jangan stres!" pesan dokter. "Anak saya tidak apa-apa, Dok?" tanya Arjun meyakinkan. Aku terperanjat, kami saling berpandangan. Arjun lupa kalau yang dokter tahu aku adalah istri Reza, bagaimana Arjun keceplosan bilang anaknya. "Makanya jaga tensinya agar tidak tinggi. Bayi nyonya terlalu dini untuk dilahirkan bila terjadi sesuatu," dokter memberi peringatan keras. "Katakan pada Pak Reza agar ikut menjaga moodnya istri. Hari ini dia hampir kehilangan bayin

    Last Updated : 2022-04-24
  • Salahkah Aku Mencintaimu   58. Ketulusan Cinta

    Reza terperanjat melihat keakraban Arjun dengan Nayna. Bukan saja Zhee yang jatuh cinta pada Arjun, kini putri kecilnya yang baru ditemukan pun juga mulai jatuh hati pada Arjun. "Papa, kalau Nayna sudah sembuh bolehkah ikut pulang ke rumah papa?" tanya Nayna kemudian. "Tentu saja boleh sayang, nanti kita bicara sama Bu Anifah ya?" jawab Reza yang duduk di dekat Zhee. "Bagaimana keadaan anakku, Zhee? Apa kata dokter?" tanya Reza. "Sehat tidak ada masalah kok, hanya tekanan darahku yang tiba-tiba naik," jawabku. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Zhee? Bukankah sudah ada Arjun menemanimu?" tanya Reza menggoda. "Selamat sore!" sapa dokter kepada kita semua. "Sore, Dokter," jawab kami bersamaan. "Dok, boleh saya melihat USG anak saya? Saya ingin melihat hasil pemeriksaan keseluruhan baik ibu maupun bayinya," pinta Reza. "Bisa, saya tunggu di ruangan saya ya?" jawab dokter ramah. "Suster, tolong bantu dia bawa ke ruanga

    Last Updated : 2022-04-27

Latest chapter

  • Salahkah Aku Mencintaimu   86. Salahkah aku mencintaimu?

    Ting ... tong ... ting ... tong! Bel pintu kamar berbunyi. Arjun segera mengenakan kembali pakaiannya dan mengambil dompet. Aku hanya menatapnya dengan geram menahan emosi. Tak berselang lama dia sudah kembali dengan sebuah hem cantik dan celana dan satu lagi sebuah gaun indah. "Pilihlah yang kamu suka," tawar Arjun. "Kapan kamu memesannya? Aku salut kamu memang tahu kesukaanku," kataku sambil beranjak bangun dan menyambar gaun biru muda dari tangan Arjun. Bergegas aku berlari ke kamar mandi dan mandi besar. Saat aku keluar dari kamar mandi aku melihat Arjun sedang mengamati ponselku. "Apa yang kamu lakukan, Arjun? Beraninya kamu menyentuh ponselku. Mas Reza saja tidak berani melakukannya," ketusku sambil merebutnya dari tangannya. "Aku hanya ingin melihat apakah masih ada fotoku di ponselmu," jawabnya. "Tidak ada, jangankan fotomu bahkan aku sudah menghapus namamu dari hidupku," ketusku sambil memasukkan ponsel ke tasku. Aku menatap wajahku di cermin dan Arjun datang memelukk

  • Salahkah Aku Mencintaimu   85. Dilema memilih

    Aku sengaja tidak mengunci kembali pintunya agar aku tidak kerepotan bila langsung ingin pergi keluar. Entah kenapa aku berpikiran tidak ingin berlama-lama di dekat Arjun. Aku takut tidak bisa mengendalikan sikapku saat bersama Arjun. Itu mungkin karena rasa rinduku yang sudah menggunung. Rasa benci dan cinta tersekat tipis sehingga aku tidak bisa membedakannya aku sedang cinta atau benci. "Kemarilah, Zhee! Tutup kembali pintunya," pinta Arjun. "Aku yakin kamu pasti datang menemui ku. Bukankah kamu juga merindukan aku, Zhee?" tanya Arjun menggoda, tatapannya tajam seolah hendak mengikutiku. "Kamu benar, Arjun, tidak dapat kupungkiri aku memang sedang merindukanmu. Aku sangat mencintaimu, Arjun," kataku tegas. Aku masih berdiri di depan pintu, Arjun pun menghampiriku dan memelukku kemudian tangannya menghempaskan pintu, "creg." Arjun dengan bernafsu mematuk bibirku dan mengulumnya. Ciuman penuh cinta dan kerinduan yang membara membakar birahi kami berdua. Aku menahan diri dengan si

  • Salahkah Aku Mencintaimu   84. Menentukan Pilihan

    Deg, jantungku rasanya mau copot. Bagaimana dengan tiba-tiba Mas Reza menghampiriku dan merebut ponselku. Apakah sebenarnya dia curiga kalau yang telepon Arjun. Dia menekan speaker seolah ingin menunjukkan kepadaku bahwa aku jujur atau tidak. "Nyonya Reza yang cantik, aku mohon kamu bisa hadir di pestaku ya? Teman-teman tim kita hadir semua, Nyonya Mayang eh keliru Nyonya Zhee," pinta Diah terdengar lantang di speaker. Aku tidak mengira ternyata telepon yang barusan berdering dari Diah dan benar dia memaksa aku menghadiri pestanya. Oh dewa penolong benar-benar sedang berpihak kepadaku. Bukan saja aku yang terbelalak terkejut tapi Mas Reza juga. Pasti yang ada di otaknya aku sedang teleponan dengan Arjun. Kenapa begitu kebetulan sekali Diah menelepon di saat yang tepat, bagai Dewi penyelamat bagiku. "Diah, dimana sih pesta kamu diadakan? Kok aku nggak diundang sih?" tanya Mas Reza. "Di restoran deket rumah saya, Pak CEO," jawabnya ragu. "Cuma pesta kecil kok tidak ada yang istimewa

  • Salahkah Aku Mencintaimu   83. Terjerat Rindu

    "Aku tidak mau kehilangan semuanya, Mas, aku bersedia menikah lagi secara agama denganmu," ujarku. Sebenarnya Mas Reza sudah tahu akan keberadaan Arjun tapi dia berpura-pura dan mengikuti sandiwaraku. Aku harus mengakhirinya, aku harus segera menentukan pilihan. Otak waras pasti akan memilih Mas Reza sebagai pendamping hidup. Aku berharap otakku waras sehingga bisa mengubur kenangan bersama Arjun. "Terima kasih, Sayang. Aku akan segera menyiapkan semuanya," kata Mas Reza. "Aku juga akan menyiapkan keperluanku, Mas Reza. Satu permintaanku kita ijab kabul sederhana saja di masjid," pesanku. "Aku setuju apapun permintaanmu, Zhee ... apapun!" janjinya menegaskan. Aku tahu betapa besar cinta Mas Reza kepadaku. Aku tidak akan menyia-nyiakan nya lagi. Apalagi untuk kuserahkan kepada Putri, tidak akan pernah. "Apapun kebutuhanmu biar aku yang menyiapkan, Zhee," usul Mas Reza. "Baik, kita bicarakan lagi nanti di rumah! Aku permisi dulu, Pak CEO," pamitku menggoda. "Zhee, kamu ya?" sahut

  • Salahkah Aku Mencintaimu   82. Bercinta dengan sang mantan

    Sesaat kami saling berpandangan, Mas Reza menatap dalam mataku. "Zhee," panggilnya lembut. Tiba-tiba tangannya meraba laci nakas dan mengambil kotak kecil. Dia membukanya dan mengambil sebatang seperti permen dan mengulumnya. Entah apakah yang diambil dari laci nakas itu? Apakah itu permen ataukah obat perangsang? Ah masa bodoh, karena mabok mungkin juga itu obat pengar. Setelah dia mengulumnya dengan kasar menarik tubuhku kemudian mematuk bibirku dan akhirnya mengulumnya. Bibir saling bertemu dan Mas Reza melontarkan sesuatu yang dikulum itu ke dalam mulutku. Aku terkesiap, aku merasakan seperti aroma terapi yang mampu membuat mood ku membaik. Aku melontarkan kembali sesuatu itu ke dalam mulut Mas Reza. Ciuman kami berdua semakin membara. Lama kami berdua tidak melakukan ini. "Aku merindukanmu, Zhee," bisik Mas Reza setelah melepas sesaat ciumannya. "Aku juga, Mas Reza," jawabku dalam hati. Aku pasrah saat Mas Reza mulai menciumi leherku bahkan dengan lidahnya yang basah dan han

  • Salahkah Aku Mencintaimu   81. Sandiwaraku

    Tanganku mengepal kuat, ingin rasanya aku membalas dengan bogem mentahku kepada wanita licik di depanku. Tapi tidak, bekas tamparan ini akan membantuku menunjukkan seperti apa sifat Putri sebenarnya. Agar Mas Reza berpikir ulang bila berhubungan lebih jauh dengannya. "Zhee, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Mas Reza yang terkejut melihat aku. Aku terkejut tapi aku berusaha menenangkan hatiku agar tidak terkesan sebagai pendosa. Aneh memang kenapa aku ada di sini? Aku sengaja menutupi pipiku dengan kedua tanganku. Dengan meringis menahan kesakitan, ini sengaja aku lakukan untuk menunjukkan kepada Mas Reza agar mendapatkan simpatinya. "Kamu kenapa?" tanyanya penasaran sambil meraih tanganku. Aku membiarkan tangan Mas Reza menarik tanganku dan memeriksa pipiku. Dia tampak terperanjat dan memandang mataku tersirat banyak pertanyaan. Aku kenal sekali dengan Mas Reza dia tidak suka dengan banyak argumentasi yang berbelit-belit. Aku hanya diam dan menunjukkan bekas tamparan yang jelas

  • Salahkah Aku Mencintaimu   80. Telepon Putri membuat aku cemburu

    "Ma, Abim mau pipis," pinta Abim manja. "Diantar papa ya? Soalnya Abim harus ke toilet pria," jawabku memberi pengertian. "Ya iyalah sama papa Abim kan lelaki," sahut Mas Reza. Akhirnya Abim menurut saat Mas Reza menuntunnya ke toilet. Mas Reza menggandengnya dengan manja dan sayang. Aku hanya menatap punggung mereka yang semakin menjauh. Tit ... tit ... tit! Ponsel Mas Reza berbunyi tanda ada pesan masuk. Sekilas aku melirik dan ada notifikasi yang terbaca olehku. "Tolong antar aku periksa ke dokter kandungan, Pak..." Membaca notifikasi yang hanya sepenggal membuatku semakin penasaran. Akhirnya aku nekad meraih ponsel Mas Reza di atas meja. Ternyata layar ponselnya terkunci. Karena rasa penasaran yang besar membuat aku terus berusaha agar bisa membuka kuncinya. Berkali-kali mencoba dari tanggal lahir Mas Reza, Abim dan Nayna tapi belum juga kebuka. Dengan geram aku mencoba dengan asal tanggal lahirku justru langsung terbuka. Oh, ternyata betapa istimewanya aku di mata Mas Reza.

  • Salahkah Aku Mencintaimu   79. Masih ada cinta buat Mas Reza dan Arjun

    "Om yang mana?" tanya Mas Reza terkejut."Itu," jawab Abim sambil menunjuk Arjun yang berdiri di taman agak jauh dari halaman sekolah.Mas Reza segera menengok dan mendapati Arjun yang spontan mengangguk sopan. "Kenapa aku merasa postur itu tidak asing bagiku," gumam Mas Reza."Dia om yang menolong aku waktu sakit kan, Pa?" tanya Abim meyakinkan."Iya, Sayang."Tiba-tiba Mas Reza menarik pundak Abim merangkul membawanya menghampiri Arjun. Hatiku berdebar-debar takut kalau Mas Reza bisa mengenalinya. Apalagi dia sudah menaruh curiga, maklumlah mereka tumbuh besar bersama sejak kecil."Kita mau kemana sih?" ceplos ku bertanya."Kita bertemu Juna sebentar, kenapa dia menemui Abim di sekolah, aku jadi penasaran?" ujarnya."Kenapa sih kamu jadi kepo, siapa tahu hanya kebetulan dia lewat di depan sekolah Abim," selaku mematahkan.Tanpa menjawab lagi dia dan Abim berjalan di depan ku melalui aku yang tertegun berdiri. Aku melihat Arjun yang menyambutnya dengan menganggukkan kepalanya. Dia m

  • Salahkah Aku Mencintaimu   78. Membakar Cemburu

    Arjun terpaku, dia tidak mengira aku akan senekat itu dengan memaksa membuka masker dan kacamatanya. Matanya mulai berkaca-kaca dan menatap sayu ke arahku. "Siapa gadis kecil yang bersamamu tadi? Apakah dia anak kamu bersama Diana? Apa diam-diam kamu kembali dan hidup bersamanya? Padahal dulu kamu berjanji tidak memilih salah satu diantara kita berdua, tapi ternyata ...?" gerutuku meluapkan kekesalanku kepadanya. Betapa selama ini aku tersiksa tercekam sakit karena cinta dan rindu. Arjun diam tanpa sepatah kata pun, hanya air matanya meleleh, bukankah aku yang tersakiti harusnya aku yang menangis tapi kenapa dia ikutan meruraian air mata. Dengan meluapkan rasa sakit dan benci aku mulai bereaksi. "Kenapa kau lakukan ini kepadaku, Arjun? Kenapa? Kamu lelaki brengsek sama hal Mas Reza!" ketusku berteriak. "Jadi kamu melihat kami bertiga?" tanyanya meyakinkan. "Zhee, anak kecil tadi Diana yang mengadopsinya dari panti asuhan. Dia tidak bisa memliki anak karena rahimnya harus diangkat.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status