Share

42. Namaku Mayang

Author: Roesaline
last update Last Updated: 2022-03-29 21:15:13

Hatiku begitu hancur,  minggu depan Arjun menikah. Sedang saat ini posisi  hubunganku dengannya sedang tidak baik-baik saja. Ivan masih merangkul pundakku menunggu di depan lift. Aku masih memeriksa ponselku.

"Bos Reza!" teriak Ivan membangunkan konsentrasiku. 

Segera aku membalikkan badan dan memeluk Ivan untuk menyembunyikan wajahku.

"Ivan, bantu Arjun menyiapkan untuk pernikahannya di sini!" perintah Reza.

"Oh pernikahan diadakan di sini, Bos?" tanya Ivan terkejut.

"Emang kamu belum mendapat undangan?" tanyanya.

"Sudah, Bos, Tapi belum sempat aku periksa," jawab Ivan.

"Siapa dia?" bisik Reza bertanya sambil menunjuk ke arahku yang berada dalam dekapan Ivan.

"Oh dia pacar saya, Bos. Biasa kita lagi bertengkar, dia sedang menangis," bisik Ivan. "Permisi saya mau mengantar dia ke kamarnya," ujar Ivan sambil memeluk dan menarik tubuhku masuk ke lift.

Reza menatap penasaran sampai akhirnya lift tert

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Salahkah Aku Mencintaimu   43. Hari Pertama Kerja

    Ivan mengantar aku ke ruanganku. Aku mulai diperkenalkan dengan teman-teman tim kerjaku. "Mayang, ini ketua tim kerja kamu namanya Rodeo," Ivan memperkenalkan. "Selamat siang, Pak Rodeo," sapaku. "Selamat siang, Mayang," jawab Rodeo. Setelah aku berjabat tangan dengan ketua tim disambung dengan jabat tangan dengan teman-teman yang lain. Tim kami ada enam orang dua diantara wanita, yaitu aku dan Diah. Aku bersyukur mereka ramah-tamah dan open menerimaku. "Rodeo, kalau ada masalah aku siap membantu. Aku titip sepupuku tolong dibantu ya?" pesan Ivan kepada Rodeo. "Beres, Pak Ivan. Jangan khawatir!" jawabnya. "Mayang, semangat bekerja ya!" pesan Ivan sambil mengepal dan mengangkat tangannya. Dan aku pun membalasnya dengan reflek. Ivan pergi meninggal ruanganku. "Ayo kita makan siang! Habis itu kita rapat memabahas rencana pernikahan Pak Arjun," ujar Rodeo. "Ayo Mayang," ajak Diah kemudian menggandeng tangank

    Last Updated : 2022-03-30
  • Salahkah Aku Mencintaimu   44. Terjebak Cemburu

    "Berhenti!" Arjun berteriak menghentikan langkahku. "Kamu tahu berapa harga ponselku? Sampai kapan aku menunggu ponselku kau ganti? Ponselku saat ini sangat penting untuk komunikasi karena banyak hal yang harus saya selesaikan untuk persiapan pernikahanku," ujar Arjun. Aku berhenti tapi tidak berani menoleh. Dia begitu serius dalam mempersiapkan acara pernikahannya. "Jangan khawatir, besuk saya belikan!" janjiku. "Emangnya kamu tahu betapa harganya? Kamu punya uang?" oloknya. Hatiku teramat sakit, sekarang dia bahkan berani menghinaku seperti ini. Hanya kamu yang bisa melakukannya, Arjun. Bahkan Reza tidak sampai hati bicara seperti itu kepada orang lain apalagi kepadaku. "Kugadaikan rumahku untuk mengganti ponsel anda," ujarku geram, kemudian melangkah pergi. "Pedas banget sih!" ketusnya. "Tapi ngomong-ngomong kenapa aroma tubuhmu kok sama dengan dia," katanya kemudian. Aku melanjutkan melangkah tanpa menoleh lagi maup

    Last Updated : 2022-03-31
  • Salahkah Aku Mencintaimu   45. Pernikahan Arjuna

    Dekorasi dan katering serta susunan acara sudah tertata sesuai harapan. Akhirnya akad nikah di adakan di taman hotel, sesuai keinginan Diana. Diana sudah siap dengan gaun kebaya modern yang didesain oleh desainer kondang. Seirama dengan warna setelan jas putih yang dikenakan Arjun. Tema Nirwana dengan glamor serba putih. Demikian juga tamu undangan diminta mengenakan warna putih. Aku mengenakan setelan celana blezer lengan panjang warna putih. Kini aku berada di tengah-tengah acara pernikahan Arjun bukan karena pekerjaan, melainkan aku datang sebagai istri yang sedang mengandung anaknya. Rasa sakit dan cemburu tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Bahkan aku takut tidak bisa mengendalikan diri dan akhirnya pingsan lagi. Bila itu terjadi semua orang akan mengenali siapa aku? Acara belum di mulai karena penghulu belum datang. Arjun tampak gelisah, dia mondar-mandir menjauh dari orang-orang. Sedang Reza hanya tertegun dan sebentar-sebentar menatap layar

    Last Updated : 2022-04-02
  • Salahkah Aku Mencintaimu   46. Penyamaranku Terbongkar

    Aku melangkah mundur dan terus mundur sambil membawa beban di dada yang semakin berat dan membuat sesak bernapas. Kepalaku pun mendadak berat dan berputar-putar. Akhirnya aku pun roboh, untung saja Ivan berlari menangkap tubuhku, dia berdiri tak jauh dariku. "Mayang!" panggilnya lirih. Aku masih bisa mendengarnya meskipun samar-samar. "Ada apa, Ivan?" tanya Reza saat Ivan berlalu di depan Reza sambil membopong aku. "Dia pingsan, dia sedang kecapekan saja, Pak Presdir," jawab Ivan. Aku merasa Ivan berjalan begitu jauh, ternyata dia membawa aku ke asramaku. Tubuhku lemah tak berdaya, aku bukan saja kehilangan tenagaku tapi juga akalku. Sempat putus asa ingin mati saja rasanya. Beban ini terlalu berat untuk kutanggung sendiri. "Kenapa aku tidak mati saja," gumamku lirih. "Kamu sudah sadar, Zhee? Apa yang terjadi? Kamu harus kuat demi bayimu, Zhee!" ujar Ivan memberi semangat. "Hilang sudah kesempatanku untuk bersatu dengan

    Last Updated : 2022-04-03
  • Salahkah Aku Mencintaimu   47. Bertemu Pengantin Baru

    "Keluarga pasien!" teriak perawat memanggil. "Iya saya, Sus!" "Silakan masuk, dokter menunggu di dalam?" ujar perawat. Aku melihat Reza mengikuti perawat masuk. Dengan menahan perasaan gugup aku masih berpura-pura pingsan. Rasa malu karena tingkah kekanakanku membuatku enggan membuka mata. "Bagaimana keadaan istri saya. Dok?" tanya Reza. "Dia stres. Sepertinya dia lemah karena dia tidak makan dan kurang tidur," kata dokter. "Bagaimana bayinya, Dok?" tanya Reza lagi. "Bayinya sehat, ini detak jantungnya," kata dokter sambil memainkan alat USG. "Ini bayinya, Pak," katanya sambil menunjukkan di gambar. "Tolong dijaga makan dan pola tidurnya!" pesan dokter. "Jangan sampai dia stres!" lanjutnya. "Baik, Dokter. Saya akan menjaganya dengan segenap jiwa saya," jawab Reza. "Harus itu, apalagi kandungannya sangat lemah." "Kenapa dia belum sadar juga, Dokter?" tanya Reza khawatir. "Tunggu saja!"

    Last Updated : 2022-04-07
  • Salahkah Aku Mencintaimu   48. Penyesalan Arjun

    Tim kita sedang membahas persiapan pernikahan artis yang akan dilaksanakan di hotel. Tiba-tiba Arjun datang dan berdiri di tengah-tengah kita."Wah kita kehadiran pengantin baru," canda Rodeo."Iya aroma pengantinnya masih tercium lo ...," sahut yang lain."Semoga lekas dapat momongan ya, Pak Arjun!" sahut yang lain.Terima kasih," jawab Arjun tersenyum tipis.Aku menunduk sedih, menahan rasa sakit dan cemburu yang menyayat hati, sangat perih. Ini rasa sakit yang sulit kuungkapkan, hanya dengan melihat wajahnya rasa sakit itu semakin menusuk."Kami minta maaf bila dalam penyelenggaran pesta kala itu ada kekurangannya, Pak Arjun!" ucap Pak Rodeo."Tidak ada kok, sempurna. Makanya pagi ini saya datang untuk mengucapkan terima kasih atas kerjasamanya yang bagus dan sangat membanggakan," ungkap Arjun."Terima kasih, Pak!" sahut Pak Rodeo."Sebagai rasa terima kasih saya akan mengajak kalian semua untuk makan malam bersama. K

    Last Updated : 2022-04-10
  • Salahkah Aku Mencintaimu   49. Undangan Makan Malam Arjun

    "Pak Presdir, Nona Mayang sudah datang," kata sekretaris kepada Reza. "Baik," sahut Reza masih mentelengi laptopnya. Aku sudah berdiri di depannya tapi Reza dengan angkuhnya masih berkutat di laptopnya. "Duduklah, Mayang!" perintahnya lembut. "Terima kasih," jawabku sopan. Dalam hatiku tertawa, kenapa hubungan kami berubah seperti ini? Seperti orang asing, menjaga jarak, menjaga komunikasi ... mampukah aku? Reza yang selalu genit, usil dan romantis kini dingin, apakah dia juga terluka karena aku? Aku harus tetap sabar menunggu dia yang sedang mengujiku. Rasa jenuh dan bosan membuatku mengantuk yang sulit kutahan. Apalagi dinginnya AC terasa menusuk hingga ke tulang. Perlahan kubuka mataku, betapa terkejutnya aku ternyata sedang tertidur di ruang kerja Mas Reza. Kenapa aku tidak terasa saat dipindah ke sofa? Aku meraba tubuhku yang berselimut jas Mas Reza. Pasti dia membopongku pindah ke sini. Aku tidak sadar ternyata kepalaku berbantal

    Last Updated : 2022-04-10
  • Salahkah Aku Mencintaimu   50. Tragedi Makan Malam

    Aku menyesal datang di acara makan malam yang diadakan oleh Arjun. Kalau tahu ternyata harus melihat kemesraan mereka berdua mending aku bersama Reza. Terpaksa aku pun segera mengambil tempat duduk di samping Diah. "Silakan nikmati makan malam kalian, makan sampai puas ya!" kata Arjun mempersilahkan. "Semoga langgeng sampai kakek nenek, Nyonya!" kata Rodeo tiba-tiba mendoakan. "Dan semoga segera diberi momongan," sahut Diah. "Dan makin sukses tentunya, kesuksesan seorang suami karena ada wanita hebat di belakangnya," sahut Andika karyawan yang lain. "Terima kasih semua atas doanya," jawab Diana. "Terima kasih juga atas kerja keras kalian sehingga acara kami sukses!" sahut Arjun. "Saatnya kita bersenang-senang!" lanjut Arjun berteriak senang. "Horeee ...!" dibarengi dengan tepuk tangan yang meriah. Bagaimana bisa aku berada di suasana seperti ini? Kebahagiaan Arjun adalah tangisku. Bisa-bisanya dengan mudah dia m

    Last Updated : 2022-04-13

Latest chapter

  • Salahkah Aku Mencintaimu   86. Salahkah aku mencintaimu?

    Ting ... tong ... ting ... tong! Bel pintu kamar berbunyi. Arjun segera mengenakan kembali pakaiannya dan mengambil dompet. Aku hanya menatapnya dengan geram menahan emosi. Tak berselang lama dia sudah kembali dengan sebuah hem cantik dan celana dan satu lagi sebuah gaun indah. "Pilihlah yang kamu suka," tawar Arjun. "Kapan kamu memesannya? Aku salut kamu memang tahu kesukaanku," kataku sambil beranjak bangun dan menyambar gaun biru muda dari tangan Arjun. Bergegas aku berlari ke kamar mandi dan mandi besar. Saat aku keluar dari kamar mandi aku melihat Arjun sedang mengamati ponselku. "Apa yang kamu lakukan, Arjun? Beraninya kamu menyentuh ponselku. Mas Reza saja tidak berani melakukannya," ketusku sambil merebutnya dari tangannya. "Aku hanya ingin melihat apakah masih ada fotoku di ponselmu," jawabnya. "Tidak ada, jangankan fotomu bahkan aku sudah menghapus namamu dari hidupku," ketusku sambil memasukkan ponsel ke tasku. Aku menatap wajahku di cermin dan Arjun datang memelukk

  • Salahkah Aku Mencintaimu   85. Dilema memilih

    Aku sengaja tidak mengunci kembali pintunya agar aku tidak kerepotan bila langsung ingin pergi keluar. Entah kenapa aku berpikiran tidak ingin berlama-lama di dekat Arjun. Aku takut tidak bisa mengendalikan sikapku saat bersama Arjun. Itu mungkin karena rasa rinduku yang sudah menggunung. Rasa benci dan cinta tersekat tipis sehingga aku tidak bisa membedakannya aku sedang cinta atau benci. "Kemarilah, Zhee! Tutup kembali pintunya," pinta Arjun. "Aku yakin kamu pasti datang menemui ku. Bukankah kamu juga merindukan aku, Zhee?" tanya Arjun menggoda, tatapannya tajam seolah hendak mengikutiku. "Kamu benar, Arjun, tidak dapat kupungkiri aku memang sedang merindukanmu. Aku sangat mencintaimu, Arjun," kataku tegas. Aku masih berdiri di depan pintu, Arjun pun menghampiriku dan memelukku kemudian tangannya menghempaskan pintu, "creg." Arjun dengan bernafsu mematuk bibirku dan mengulumnya. Ciuman penuh cinta dan kerinduan yang membara membakar birahi kami berdua. Aku menahan diri dengan si

  • Salahkah Aku Mencintaimu   84. Menentukan Pilihan

    Deg, jantungku rasanya mau copot. Bagaimana dengan tiba-tiba Mas Reza menghampiriku dan merebut ponselku. Apakah sebenarnya dia curiga kalau yang telepon Arjun. Dia menekan speaker seolah ingin menunjukkan kepadaku bahwa aku jujur atau tidak. "Nyonya Reza yang cantik, aku mohon kamu bisa hadir di pestaku ya? Teman-teman tim kita hadir semua, Nyonya Mayang eh keliru Nyonya Zhee," pinta Diah terdengar lantang di speaker. Aku tidak mengira ternyata telepon yang barusan berdering dari Diah dan benar dia memaksa aku menghadiri pestanya. Oh dewa penolong benar-benar sedang berpihak kepadaku. Bukan saja aku yang terbelalak terkejut tapi Mas Reza juga. Pasti yang ada di otaknya aku sedang teleponan dengan Arjun. Kenapa begitu kebetulan sekali Diah menelepon di saat yang tepat, bagai Dewi penyelamat bagiku. "Diah, dimana sih pesta kamu diadakan? Kok aku nggak diundang sih?" tanya Mas Reza. "Di restoran deket rumah saya, Pak CEO," jawabnya ragu. "Cuma pesta kecil kok tidak ada yang istimewa

  • Salahkah Aku Mencintaimu   83. Terjerat Rindu

    "Aku tidak mau kehilangan semuanya, Mas, aku bersedia menikah lagi secara agama denganmu," ujarku. Sebenarnya Mas Reza sudah tahu akan keberadaan Arjun tapi dia berpura-pura dan mengikuti sandiwaraku. Aku harus mengakhirinya, aku harus segera menentukan pilihan. Otak waras pasti akan memilih Mas Reza sebagai pendamping hidup. Aku berharap otakku waras sehingga bisa mengubur kenangan bersama Arjun. "Terima kasih, Sayang. Aku akan segera menyiapkan semuanya," kata Mas Reza. "Aku juga akan menyiapkan keperluanku, Mas Reza. Satu permintaanku kita ijab kabul sederhana saja di masjid," pesanku. "Aku setuju apapun permintaanmu, Zhee ... apapun!" janjinya menegaskan. Aku tahu betapa besar cinta Mas Reza kepadaku. Aku tidak akan menyia-nyiakan nya lagi. Apalagi untuk kuserahkan kepada Putri, tidak akan pernah. "Apapun kebutuhanmu biar aku yang menyiapkan, Zhee," usul Mas Reza. "Baik, kita bicarakan lagi nanti di rumah! Aku permisi dulu, Pak CEO," pamitku menggoda. "Zhee, kamu ya?" sahut

  • Salahkah Aku Mencintaimu   82. Bercinta dengan sang mantan

    Sesaat kami saling berpandangan, Mas Reza menatap dalam mataku. "Zhee," panggilnya lembut. Tiba-tiba tangannya meraba laci nakas dan mengambil kotak kecil. Dia membukanya dan mengambil sebatang seperti permen dan mengulumnya. Entah apakah yang diambil dari laci nakas itu? Apakah itu permen ataukah obat perangsang? Ah masa bodoh, karena mabok mungkin juga itu obat pengar. Setelah dia mengulumnya dengan kasar menarik tubuhku kemudian mematuk bibirku dan akhirnya mengulumnya. Bibir saling bertemu dan Mas Reza melontarkan sesuatu yang dikulum itu ke dalam mulutku. Aku terkesiap, aku merasakan seperti aroma terapi yang mampu membuat mood ku membaik. Aku melontarkan kembali sesuatu itu ke dalam mulut Mas Reza. Ciuman kami berdua semakin membara. Lama kami berdua tidak melakukan ini. "Aku merindukanmu, Zhee," bisik Mas Reza setelah melepas sesaat ciumannya. "Aku juga, Mas Reza," jawabku dalam hati. Aku pasrah saat Mas Reza mulai menciumi leherku bahkan dengan lidahnya yang basah dan han

  • Salahkah Aku Mencintaimu   81. Sandiwaraku

    Tanganku mengepal kuat, ingin rasanya aku membalas dengan bogem mentahku kepada wanita licik di depanku. Tapi tidak, bekas tamparan ini akan membantuku menunjukkan seperti apa sifat Putri sebenarnya. Agar Mas Reza berpikir ulang bila berhubungan lebih jauh dengannya. "Zhee, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Mas Reza yang terkejut melihat aku. Aku terkejut tapi aku berusaha menenangkan hatiku agar tidak terkesan sebagai pendosa. Aneh memang kenapa aku ada di sini? Aku sengaja menutupi pipiku dengan kedua tanganku. Dengan meringis menahan kesakitan, ini sengaja aku lakukan untuk menunjukkan kepada Mas Reza agar mendapatkan simpatinya. "Kamu kenapa?" tanyanya penasaran sambil meraih tanganku. Aku membiarkan tangan Mas Reza menarik tanganku dan memeriksa pipiku. Dia tampak terperanjat dan memandang mataku tersirat banyak pertanyaan. Aku kenal sekali dengan Mas Reza dia tidak suka dengan banyak argumentasi yang berbelit-belit. Aku hanya diam dan menunjukkan bekas tamparan yang jelas

  • Salahkah Aku Mencintaimu   80. Telepon Putri membuat aku cemburu

    "Ma, Abim mau pipis," pinta Abim manja. "Diantar papa ya? Soalnya Abim harus ke toilet pria," jawabku memberi pengertian. "Ya iyalah sama papa Abim kan lelaki," sahut Mas Reza. Akhirnya Abim menurut saat Mas Reza menuntunnya ke toilet. Mas Reza menggandengnya dengan manja dan sayang. Aku hanya menatap punggung mereka yang semakin menjauh. Tit ... tit ... tit! Ponsel Mas Reza berbunyi tanda ada pesan masuk. Sekilas aku melirik dan ada notifikasi yang terbaca olehku. "Tolong antar aku periksa ke dokter kandungan, Pak..." Membaca notifikasi yang hanya sepenggal membuatku semakin penasaran. Akhirnya aku nekad meraih ponsel Mas Reza di atas meja. Ternyata layar ponselnya terkunci. Karena rasa penasaran yang besar membuat aku terus berusaha agar bisa membuka kuncinya. Berkali-kali mencoba dari tanggal lahir Mas Reza, Abim dan Nayna tapi belum juga kebuka. Dengan geram aku mencoba dengan asal tanggal lahirku justru langsung terbuka. Oh, ternyata betapa istimewanya aku di mata Mas Reza.

  • Salahkah Aku Mencintaimu   79. Masih ada cinta buat Mas Reza dan Arjun

    "Om yang mana?" tanya Mas Reza terkejut."Itu," jawab Abim sambil menunjuk Arjun yang berdiri di taman agak jauh dari halaman sekolah.Mas Reza segera menengok dan mendapati Arjun yang spontan mengangguk sopan. "Kenapa aku merasa postur itu tidak asing bagiku," gumam Mas Reza."Dia om yang menolong aku waktu sakit kan, Pa?" tanya Abim meyakinkan."Iya, Sayang."Tiba-tiba Mas Reza menarik pundak Abim merangkul membawanya menghampiri Arjun. Hatiku berdebar-debar takut kalau Mas Reza bisa mengenalinya. Apalagi dia sudah menaruh curiga, maklumlah mereka tumbuh besar bersama sejak kecil."Kita mau kemana sih?" ceplos ku bertanya."Kita bertemu Juna sebentar, kenapa dia menemui Abim di sekolah, aku jadi penasaran?" ujarnya."Kenapa sih kamu jadi kepo, siapa tahu hanya kebetulan dia lewat di depan sekolah Abim," selaku mematahkan.Tanpa menjawab lagi dia dan Abim berjalan di depan ku melalui aku yang tertegun berdiri. Aku melihat Arjun yang menyambutnya dengan menganggukkan kepalanya. Dia m

  • Salahkah Aku Mencintaimu   78. Membakar Cemburu

    Arjun terpaku, dia tidak mengira aku akan senekat itu dengan memaksa membuka masker dan kacamatanya. Matanya mulai berkaca-kaca dan menatap sayu ke arahku. "Siapa gadis kecil yang bersamamu tadi? Apakah dia anak kamu bersama Diana? Apa diam-diam kamu kembali dan hidup bersamanya? Padahal dulu kamu berjanji tidak memilih salah satu diantara kita berdua, tapi ternyata ...?" gerutuku meluapkan kekesalanku kepadanya. Betapa selama ini aku tersiksa tercekam sakit karena cinta dan rindu. Arjun diam tanpa sepatah kata pun, hanya air matanya meleleh, bukankah aku yang tersakiti harusnya aku yang menangis tapi kenapa dia ikutan meruraian air mata. Dengan meluapkan rasa sakit dan benci aku mulai bereaksi. "Kenapa kau lakukan ini kepadaku, Arjun? Kenapa? Kamu lelaki brengsek sama hal Mas Reza!" ketusku berteriak. "Jadi kamu melihat kami bertiga?" tanyanya meyakinkan. "Zhee, anak kecil tadi Diana yang mengadopsinya dari panti asuhan. Dia tidak bisa memliki anak karena rahimnya harus diangkat.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status