Beranda / Pernikahan / Salah Tetangga / Bulan Mencari Lingga

Share

Bulan Mencari Lingga

Penulis: celotehcamar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-30 17:17:52

“Bibi sudah pulang, Nes?”

“Belum, tuh.”

Nesi menjawab pertanyaan Agnes dengan acuh. Perhatiannya masih terfokus pada ponsel di tangannya. Sedangkan Agnes baru saja pulang dari bengkel—tempat usaha lelaki incarannya.

“Kamu abis dari bengkel Yono, ya, Nes?” tanya Nesi pada Agnes.

Mendengar pertanyaan sepupunya, Agnes hanya bisa tersenyum malu. Benar. Saat ini dia sedang jatuh cinta pada bos bengkel itu. Dia juga dimanjakan dengan u4ng oleh Yono, si pemilik bengkel dan usaha jual-beli motor bekas.

“Mesam-mesem aja, lu. Bagi dvit dong!” pinta Nesi pada sepupunya.

“Enak saja. Kalau mau dapat u4ng, kerja dong!”

“Memangnya kamu kerja? Sesama pengangguran jangan saling menghin4 dong!"

“Wah kalau aku beda, Nes. Walaupun pengangguran, tapi kan aku punya cowok k4ya. Jadi gak perlu khawatir lagi soal u4ng,” ucap Agnes sambil berlalu menuju kamarnya. Sedangkan Nesi hanya bisa mencebik melihat tingkah sepupunya.

Sore pun tiba. Bu Sulis tak kunjung pulang ke kontrakan mereka. Agnes yang baru saja ba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Salah Tetangga   Kecemburuan

    Bulan terus mencari informasi soal keberadaan Lingga dan anaknya. Sampai akhirnya dia dihubungi oleh seseorang bahwa Lingga berada di rumah sakit. Pria itu sudah tiga hari menemani anaknya yang sedang dirawat. Tanpa pikir panjang, Bulan lantas pergi ke rumah sakit yang dimaksud. Dia tak sabar bertemu dengan Lingga dan Baby Nadya.Lima belas menit menempuh perjalanan, Bulan akhirnya sampai di rumah sakit—tempat Baby Nadya dirawat. Gegas dia bertanya ke pusat informasi untuk mengetahui ruang rawat bayi itu.Setelah mengantongi nomor ruangan, Bulan menyusuri lorong demi lorong untuk sampai ke tempat tujuan. Hingga tiba di lorong terakhir, dia mendapati seorang pria kurus duduk meringkuk sembari menenggel4mkan kepalanya di kedua lutut. Awalnya Bulan tak mengenali siapa sosok itu, hingga dia terus mendekat dan menyadari bahwa sosok itu adalah mantan suaminya, Lingga.“Mas … Mas Lingga.”Bulan memanggil nama itu sembari menepuk pundaknya pelan. Pria itu pun mengangkat kepalanya dan melihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Salah Tetangga   Ini Perintah!

    Bulan menghela nafas dalam-dalam. Dia sangat terkejut sekaligus kecewa akan perkataan Arga. Bulan mengerti kalau Arga mengkhawatirkannya dan tak ingin melihat dia disakiti lagi oleh Lingga. Tapi wanita itu tahu bahwa mantan suaminya kini telah berubah. Bulan ingin bersahabat, bersahabat dengan siapa saja, baik Lingga maupun Arga. Toh, Bulan sudah lebih dewasa saat ini. Bisa menjaga diri dan tak mudah untuk disakiti. Kini Bulan merasa terjebak di antara perasaannya yang masih terikat pada Lingga dan tekanan yang diberikan oleh Arga. Namun, dia tahu dia harus membuat keputusan. Dia pun memberanikan diri untuk berucap pada Arga."Dengar, Arga! Aku menghargai perhatianmu, tapi aku punya hak untuk memilih sendiri. Aku ingin kembali ke dalam dan menemani Lingga juga Baby Nadya. Mereka butuh dukunganku," ucap Bulan dengan tegas.Arga terdiam sejenak, terkejut dengan sikap Bulan yang begitu mantap. Namun, raut wajahnya segera berubah menjadi kesal."Dukunganmu? Kamu lupa, Lan? Kamu dan pria

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Salah Tetangga   Kacau Balau

    Bulan duduk di hadapan ayahnya dengan perasaan campur aduk. Terkejut, marah, dan tidak terima atas perintah tegas itu bercampur menjadi satu. Dia merasa terjebak dalam situasi yang sulit. Menghadapi tekanan dari orang tua, Arga yang posesif, serta konflik batinnya terhadap Lingga, membuatnya merasa semakin terjerat. Hatinya tengah menjerit, tapi raganya bungkam, tak mampu mengeluarkan suara.“Ini gak boleh, Pa,” gumam Bulan pelan.“Apanya yang gak boleh? Kamu mau menolak perintah Papa?” ucap Papa Kevin dengan tatapan mengintimidasi.Apa yang terjadi? Seorang Ayah yang selalu lembut dan menjadi sahabat bagi putri satu-satunya kini justru berbalik menjadi musuh. Memaksakan kehendaknya tanpa mau mendengarkan pendapat anaknya terlebih dahulu. Begitu kuat pengaruh Arga pada keluarga Bulan.Bulan yang sedang dalam tekanan masih tetap teguh atas keputusannya. Ini bukan menyangkut soal Lingga. Bulan belum terpikir untuk kembali pada pria itu. Keputusan ini dia ambil semata-mata untuk dirinya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • Salah Tetangga   Ikuti Saja Aku!

    Ketegangan di antara mereka semakin memuncak ketika Clarissa menemukan pesan dari Lingga di ponsel Bulan. Dia merasa semakin yakin bahwa Bulan masih terlibat dengan Lingga.“Ini apa, huh? Bisa-bisanya, ya, kamu masih berhubungan dengan suamiku?”Clarissa berjalan mendekati Bulan dengan tatapan tajam. Dia serupa istri sah yang sedang melabrak selingkuh4n suaminya. Seperti adegan yang ada di sinetron atau media sosial.“Iya. Itu memang pesan dari Lingga,” jawab Bulan, berusaha untuk tetap tenang.“Nak ….” Mama Mery terkejut. Tak menyangka anak perempuannya akan benar-benar berhubungan kembali dengan mantan suaminya.“Kur4ng 4jar kamu, ya.”Tangan Clarissa terangkat, siap menjamb4k rambut Bulan. Ponsel Bulan yang semula dipegangnya, dibanting dengan begitu keras. Beruntung ponsel itu jatuh di tumpukan baju yang sempat dihamburkan Clarissa ke lantai. Hingga tak sampai membuat benda itu hancur.Saat tangan Clarissa ingin menyentuh tubuh Bulan, dengan sigap Bulan menepisnya. Dia bukanlah wa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • Salah Tetangga   Akhir Hidup

    Sudah hampir sebulan Lingga diajak berlibur oleh Clarissa. Tiap hari lelaki itu meminta untuk dipulangkan. Dia ingin bertemu bayi cantiknya. Tapi Clarissa tetap menunda dengan terus mengatakan besok, besok, dan besok lagi. Hingga hari terus berganti menjadi minggu. Dan kini, mereka telah tinggal selama 3 minggu di villa milik keluarga Clarissa yang Lingga tak kenal daerahnya. Yang pasti, villa itu berada di dataran tinggi dan penuh dengan penjagaan. Lebih dari sepuluh bodyguard yang menjaga tempat itu. Mustahil bagi Lingga untuk melarikan diri.“Hari ini kita jalan-jalan ke air terjun, yuk, Mas.” ajak Clarissa pada suaminya.“Aku mau pulang, Sa. Ayo lah! Kita sudah terlalu lama di sini. Aku mau bertemu Nadya.”Nama yang disebut Lingga membuat hati Clarissa meradang. Dia geram melihat suaminya yang terus merengek meminta dipertemukan dengan anaknya.“Nadya … Nadya … Nadya lagi. Mas, aku ini istrimu. Aku yang harus mendapatkan perhatianmu. Aku akan melahirkan anakmu, darah dagingmu send

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Salah Tetangga   Bangun, Lingga!

    Bencana air bah itu cukup membuat warga di sekitar sana geger. Mereka berbondong-bondong datang ke air terjun guna menyelamatkan Lingga dan rombongannya. Iya. Penjaga air terjun tahu bahwa ada beberapa pengunjung yakni rombongan Lingga yang berwisata ke sana. “Saya sudah melarang mereka ke sana, Pak. Saya bilang air terjun sedang tutup karena cuaca buruk. Tapi mereka ngeyel dan memaksa untuk turun.”“Kenapa bisa kecolongan, sih?”“Jangan salahkan saya, Pak! Saya gak tahu apa-apa. Tadi setelah melarang mereka untuk pergi, saya tinggal ke kamar mandi. Hanya ada Bejo yang menjaga,” ucap salah satu penjaga wisata air terjun.Dua penjaga itu saling menyalahkan satu sama lain. Padahal kenyataannya, mereka berdua telah disuap oleh Clarissa agar mengizinkan rombongannya berenang di sekitaran air terjun. Hal itu melanggar perintah tetua di daerah itu—yang menyuruh wisata air terjun ditutup sementara karena cuaca buruk. Memang sering terjadi air bah seperti ini saat musim hujan.“Sudah, sudah!

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Salah Tetangga   Mendapat Teman

    Dalam kedalaman hutan yang sunyi, Lingga terbaring tak berdaya di atas ranjang bambu sederhana di rumah pasangan paruh baya, Pak Randi dan Bu Siti. Meskipun dalam keadaan tak sadarkan diri, tubuhnya merasakan ketegangan yang tercipta di sekitarnya. Bu Siti sibuk mempersiapkan ramuan lain, sementara Pak Randi memantau kondisi Lingga.“Baluri ini ke seluruh tubuhnya, Pak!”Bu Siti menyuruh suaminya untuk membaluri tubuh Lingga dengan ramuan berwarna hijau.“Bener-bener ditutupin, Bu?”“Iya. Cepat lakukan! Sebelum anak itu sadar.”Satu jam lamanya pasangan suami istri itu melakukan pekerjaannya. Kini tubuh Lingga benar-benar seperti pepes. Raganya terselimuti ramuan hijau, kemudian dibungkus dengan daun pisang dari kepala hingga kaki. Entah apa maksud pasangan suami istri itu memperlakukan Lingga seperti ini. Ingin mencel4kai ataukah mengobati?"Kasihan anak ini, Bu," ujar Pak Randi dengan suara berbisik.Bu Siti menoleh ke arah suaminya.“Terpaksa, Pak. Kita harus melakukan ini demi keb

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Salah Tetangga   Setelah Pergi

    “Dimana Sriasih? Kalian sembunyikan dimana dia?”Pak Ariadi beserta antek-anteknya menyambangi kediaman orang tua Sriasih di hutan. Dia marah besar saat mendapati Sriasih menghilang dan kabur dari rumahnya.“Dasar orang misk1n. Gak tahu diri. Anakmu gak becus kerja di rumah saya. Sekarang berani-beraninya dia kabur tanpa menyelesaikan kontrak kerjanya.”Bu Siti dan Pak Randi masih terdiam. Mereka masih menampung semua keluh kesah dan hin4an dari Pak Ariadi.“Udah untung saya terima anakmu bekerja di rumah. Kalau tidak, mau jadi apa dia? Jadi lont3? Sekolah kagak, pinter kagak, cuma modal tubvh s3ksi saja.”Pak Randi mulai bereaksi. Tangannya mengepal—tanda emosi yang mulai memuncak. Dia tak tahan mendengar kata-kata hin4an serta pelec3han yang diucapkan Pak Ariadi terhadap putri kesayangannya.“Mana dia? Jawab!” teriak sang juragan.Bugh!Tanpa pikir panjang, Pak Randi menjawab perintah juragan dengan pvkulan. Dia memvkul wajah Pak Ariadi hingga pria itu tersungkur ke tanah. Antek-ant

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-03

Bab terbaru

  • Salah Tetangga   Akhir Cerita

    “Kur4ng 4jar, ya, kamu!”Plak!Begitu cepat tamp4ran keras melayang ke pipi Nanda. Semua orang yang ada di sana terkejut.“Apa-apaan ini, Tante?”Nanda bertanya bingung sembari memegangi pipinya yang kini terasa nyeri.“Marni ….”Tiba-tiba dari arah belakang, terdengar suara keras memanggil nama adik bungsu Jaka. Dia adalah wanita yang melahirkan Nanda ke dunia ini.Tangan Bulan gemetar. Dia begitu emosi melihat pemandangan di depannya. Dimana wanita yang membuatnya trauma selama ini tengah menyakiti anak kesayangannya.“Marni, apa-apaan kamu?”Di saat istrinya masih tetap di tempat, Jaka justru sudah lebih dulu menghampiri Marni.“Anakmu ini telah bicara tak sopan padaku, Mas.”Marni berusaha membela diri.“Apa yang kamu katakan ke Tantemu, Nan?”Kini Jaka berbalik ke arah putranya yang sudah remaja.“A … aku hanya ….”“Katakan saja!”Mendengar titah sang ayah, Nanda lantas menarik nafas dan langsung menjelaskan kronologinya. “Benar, ‘kan? Anakmu itu tak sopan. Kamu sudah dengar dar

  • Salah Tetangga   Usir!

    Pintu kamar pribadi milik Jaka dan Bulan terbuka. Marni yang semula ingin turun ke lantai dasar untuk memberi makan cacing-cacing di perut, kini perhatiannya justru teralihkan ke sebuah kamar—kamar milik iparnya.“Besar banget. Beda jauh dengan kamarku.”Marni melongo. Dia terdiam di depan kamar yang pintunya terbuka itu. Memindai setiap sudut kamar yang terjangkau oleh mata. Tanpa sadar, kakinya terus melangkah maju—mendekat ke arah kamar. Entah dimana ART yang bertugas membersihkan kamar majikannya hari itu. Hingga pintu kamar dibiarkan terbuka tanpa ada seorangpun di dalam. Hal ini tentu dijadikan kesempatan emas bagi Marni untuk melihat-lihat barang di kamar itu.Ceklek“Ceroboh banget. Kenapa kunci lemari dibiarkan tergantung kayak gini, kan aku jadi bisa membuka lemarinya,” ucap Marni dengan senyum sumringah. Dia berharap ada perhiasan me-wah yang bisa ia pinjam untuk sebentar.“Apaan ini? Mana perhiasannya?”Setelah membuka lemari, Marni tak melihat barang lain selain pakaian

  • Salah Tetangga   Tamak

    “Wanita itu? Ke … kenapa dia ada di sini?”Trauma yang dialami Bulan masih ada hingga kini. Bayangan masa lalu, selama berminggu-minggu disek4p, kini kembali muncul. Telinga Bulan mulai berdengung, pandangannya berbayang. Dia merasakan pusing yang sangat luar biasa. Tubuhnya mulai tak terkendali, bergetar dan tak bisa berdiri tegak.“Eh … Bu … Bu.”Beruntung. Sebelum tak sadarkan diri dan terjatuh ke lantai, ada yang menopang tubuhnya dari belakang. Dua orang perawat perempuan memegangi tubuh Bulan yang saat ini begitu lemas.“Bawa ke IGD! Tolong!”Perawat itu memanggil rekan lelakinya untuk membantu membawa Bulan ke IGD.Di lain sisi, Nadya yang mendengar keributan dari arah belakang, terkejut melihat ibunya yang begitu lemas dan ditemani oleh dua perawat.“Mama ….”Mendengar kata yang terucap dari mulut anak perempuannya, Jaka pun ikut menoleh ke arah belakang. Begitu pula dengan Maga dan Marni. Percakapan mereka harus terpotong. Kini, semua tertuju pada Bulan.Jaka dan Nadya gegas

  • Salah Tetangga   Berdebar

    “Pa … itu ada telepon.”“Dari siapa, Ma?”“Entahlah … dari tadi berisik banget nelponin Papa. Awas aja kalau itu simpenan kamu, ya.”Jaka hanya bisa tersenyum sembari me-nge-lus lembut rambut istrinya. Kini, Bulan memang berubah menjadi wanita yang sensitif dan sangat protektif pada keluarganya. Bahkan terkadang ketakutan akan kehilangan anggota keluarganya itu, membuat Bulan dianggap sebagai sosok yang galak dan cerewet oleh anak-anaknya.“Ya, sudah … Papa angkat telepon dulu, ya.”Jaka bersiap untuk keluar dari kamarnya, mengangkat telepon dari orang misterius yang sejak tadi membuat ponselnya berdering.“Kenapa gak di sini aja? Kenapa harus di luar? Kamu menyembunyikan sesuatu?”Lagi-lagi, langkah Jaka terhenti. Dia pun kembali berbalik ke arah sang istri.“Mama mau Papa tetap di sini? Ya, sudah, Papa angkat teleponnya di kamar. Biar Mama tidak curiga lagi. Bila perlu, Papa loudspeaker saja biar Mama bisa mendengar percakapan kami.”Bulan tak menjawab. Wajahnya masih datar dan tak

  • Salah Tetangga   Apa yang Terjadi?

    “Minggir dong, Pak! Kenapa sih mepet-mepet terus? Ketek Bapak bau.”“Eh … kurang a-jar ya, kamu. Enak saja bilang ketek saya bau. Lagian siapa yang mau deket-deket sama kamu? Mulutmu bau jengkol.”Di dalam bus antar kota itu, seorang wanita paruh baya dan seorang kakek tua terlihat bersitegang dan adu mulut. Mereka membuat orang-orang di sekitarnya mulai terganggu. Suasana yang awalnya hening, didominasi oleh orang-orang yang sedang tidur sembari menunggu waktu untuk sampai ke tempat tujuan, kini tiba-tiba riuh seperti pasar.“Bu … udah, Bu!”Maga berusaha menenangkan ibunya. Dia harus menahan rasa sakit di perutnya demi melerai pertengkaran ibunya dengan seorang kakek.“Dasar orang kampung! Beraninya sama orang tua.”“Memang kenapa kalau aku orang kampung? Daripada kamu, sudah bau tanah masih saja cari perkara.”Tak ada yang bisa melerai mereka berdua hingga ….Ciiiiit ….Bus berhenti mendadak, membuat semua orang terkejut dan beberapa ada yang terpental dari posisinya semula. Berunt

  • Salah Tetangga   Ayo Kita Pergi!

    “Sudah Ibu bilang, kita harus pergi ke kota mencari keluarga gadis itu. Kita harus meminta pertanggung-jawabannya.”Marni begitu menggebu-gebu. Menghasut suami dan anak lelakinya untuk pergi ke kota mencari keberadaan Nadya. Tapi dua lelaki itu tetap diam—berusaha tak mendengar ucapan sang Ibu.“Kita jual saja rumah ini. Semoga uangnya cukup untuk melunasi hutang dan juga memberi ganti rugi pada orang-orang di pasar.”Maga mengangguk—dia setuju dengan ucapan sang ayah. Sepertinya, itulah solusi terbaik untuk keluar dari masalah ini. Walaupun mereka harus kehilangan rumah ini, tak menjadi masalah. Yang terpenting, mereka terbebas dari segala hutang dan tuntutan warga.“Apa? Dijual? Trus kita mau tinggal dimana?”Marni adalah satu-satunya orang yang tak setuju akan saran suami dan anaknya.“Kita buat gubuk kecil di bekas kios, Bu. Hanya untuk sementara. Setelah rumah ini berhasil dijual, sisa uangnya akan bapak pakai untuk menyewa kontrakan dan juga membangun kios kita lagi.”Marni meng

  • Salah Tetangga   Dia Muncul Kembali

    “Baru saja pulang, Pak. Dia pulang bersama kakeknya.”Tentu saja kakek yang dimaksud oleh petugas rumah sakit adalah lelaki tua yang membantu Nadya dan Maga tempo hari.“Apa mereka tak menitipkan pesan atau memberitahukan alamat mereka?”“Maaf, Pak. Tidak ada.”Jaka menghela nafas pelan. Dua hari ini dia terlalu sibuk dengan pekerjaan kantor dan juga keluarganya. Dia harus menjadi tameng dan tembok pembatas bagi istri dan anak perempuannya yang sedang perang dingin. Sehingga ia lupa menemui pemuda yang wajahnya sangat mirip dengan adik kembarnya.“Dia sudah pergi, Yan. Aku tak tahu dimana keberadaannya sekarang.”Jaka memberi laporan pada adik kembarnya yang lain. Dia gagal mencari tahu tentang asal-usul pemuda itu. Dia kehilangan jejak.“Sudah, tak apa-apa, Mas! Kalau memang benar dia keponakan kita, Tuhan pasti akan mempertemukan kita kembali.”Dari seberang telepon, Yanti berusaha menghibur kakaknya. Sebenarnya ia pun tak yakin kalau pemuda yang dimaksud oleh kakaknya adalah kepona

  • Salah Tetangga   Marni Versi Lelaki

    “Saya, Ibu dari pasien atas nama Nadya. Dimana? Dimana anak saya sekarang?” Bulan terlihat panik, dia tak sabar ingin bertemu dengan putri kesayangannya.“Putri Ibu dan suaminya masih ada di IGD, Bu. Mari saya antar.”Jantung Bulan berdegup lebih cepat ketika mendengar ucapan perawat. Suami? Suami dari anaknya? Apa maksud perkataan pihak rumah sakit ini?Tapi langkah kakinya tetap mengikuti sang perawat yang sebentar lagi akan mempertemukan dirinya dengan Nadya.“Sayang … bagaimana keadaanmu, Nak?”Bulan terus memeriksa tubuh anaknya dan menanyakan kondisi kesehatannya sekarang. Sang suami, Jaka, terus mendampinginya sembari me-nge-lus lembut rambut putri sambungnya.Sejurus kemudian, tatapan ta-jam Bulan lontarkan pada lelaki muda yang masih terbaring di ranjang rumah sakit.“Siapa dia, Nak? Katakan!” Bulan bertanya pada anaknya tanpa menatap mata sang putri. Pandangannya justru terus ditujukan pada lelaki muda yang kini tengah memberikan senyuman tipis padanya.“Ma … sabar! Ini rum

  • Salah Tetangga   Dia, Maga

    “Terima kasih, Mas.”Hanya itu yang bisa Nadya ucapkan di tengah gempuran hujan. Entah lelaki muda itu mendengar ucapannya atau tidak.Jedug!!!Mereka kini melalui jalanan yang rusak. Nadya hampir saja terjatuh jika tak langsung memeluk tubuh pemuda itu. Ia terpaksa melakukan ini untuk membuat dirinya tak terjatuh ke jalan.“Maaf, Mas,” ucap Nadya, sesaat setelah dia memeluk pinggang lelaki itu. Tapi lagi-lagi tak ada sahutan. Nadya merasa tak enak hati. Karena mengira, pemuda itu terpaksa mengantarkan dirinya pulang dengan menempuh jarak yang lumayan jauh. Nadya berpikir, dirinya sangat merepotkan.Di kiri dan kanan jalan yang mereka lalui saat ini adalah hamparan sawah dengan gubuk-gubuk petani yang kosong saat malam. Sangat sepi. Beruntung hujan mulai reda walau menyisakan rintik yang membasahi tubuh. Tapi paling tidak, mereka berdua bisa menembus jalanan sepi dengan lebih cepat tanpa terhalang oleh derasnya hujan.Bruuuk!Tiba-tiba motor yang dikendarai lelaki itu oleng dan terjat

DMCA.com Protection Status