Share

Sindiran Telak

Author: Nisa Noor
last update Last Updated: 2021-11-22 04:40:36

Mobil Heru sudah menghilang. Nirmala masih mencoba menguatkan hatinya dengan mengatur napas. Bayangan gelak tawa yang ia lihat antara suaminya dengan perempuan itu terus ada dalam ingatannya seolah menari di pelupuk matanya.

Perlahan Nirmala bangkit dan mengendarai kembali sepeda motornya. Kali ini ia kembali menjalankan sepeda motor menuju rumah Kak Nilam.

***

"Kak, apa salah aku Kak? Mas Heru tega melakukan ini," ujar Nirmala menangis tersedu dalam pelukan Kak Nilam

"Sabar Dek, semua belum tentu apa yang kita pikirkan. Apa yang kita lihat belum tentu seperti itu. Kamu harus tenang, itu belum cukup jadi bukti. Apa kamu sudah tanya langsung sama suamimu?"

Nirmala menggelengkan kepalanya.

"Nah, itu. Harusnya kamu coba komunikasikan padanya, jangan asal mengambil kesimpulan. Setidaknya jika memang benar seperti yang kamu pikirkan kamu tetap dapat pahala dari sabar dan tidak berprasangka buruk."

"Kak, itu sudah jelas sekali Kak. Mas Heru mengkhianati pernikahan kami, dia punya wanita idaman lain Kak, Mas Heru sudah mengkhianatiku."

Nirmala semakin tersedu. Ia meratapi dirinya yang harus menghadapi ujian pernikahan seperti ini, tak pernah terbayangkan akan terjadi seperti ini. Lelaki yang menikahinya empat tahun yang lalu itu kini telah mendua. Semakin lama luka yang Nirmala rasakan semakin perih, sungguh sulit memang menerima orang yang kita cintai dan kasihi ternyata telah mengkhianati.

"Kuatkan hati, bicarakan baik-baik. Sabar, ini ujian pernikahan yang harus kamu lalui. Mungkin Heru sedang khilaf atau ada alasan lain yang justru letaknya ada pada diri kita."

Mendengar setiap ucapan yang keluar dari mulut Kak Nilam membuat hati Nirmala semakin perih. Jika memang karena ada kurang dalam dirinya kenapa Heru harus sampai berselingkuh? Bukankah dulu mereka telah berjanji untuk dapat saling menerima.

Ponsel Nirmala berdering, membuat dirinya melepaskan pelukan sang kakak tercinta. Panggilan dari Ibu, Nirmala mengalihkan pandangan ke arah Kak Nilam tanpa berpikir panjang Kak Nilam mengambil ponsel itu. "Hallo Bu."

"Nilam? Ini Nilam 'kan?" tanya Ibu bernada penuh keheranan

"Iya Bu, kebetulan Nirmala lagi ke mari. Ada apa Bu?"

"Oh, syukurlah. Ini Kania mulai rewel, nanti bilang sama Nirmala jemput Kania. Atau ibu anter aja ke rumahmu sekarang ya?"

Nirmala yang mendengar ucapan Ibunya itu dengan segera menyilang-nyilangkan tangannya, memberi tanda pada kakaknya agar Ibunya tak sampai datang ke sini.

"Nggak perlu, Bu. Nanti Aku sama Nirmala yang jemput, kebetulan aku ada perlu biar sekalian pakai mobil aja. Kasian Kania 'kan."

"Oh, ya sudah. Ibu tunggu ya."

Nirmala bernapas lega mendengar percakapan Kak Nilam dengan Ibu. Kak Nilam menggelengkan kepalanya. Dia tak paham apa tujuan Nirmala melakukan ini semua jika ia sudah ingin menyerah.

"Telepon suamimu, ajak ia bertemu dan bicarakan baik-baik. Jangan terlalu lama menyimpan masalah, lama-lama Ibu bisa tahu semuanya." Nilam memerintah dengan tegas pada Nirmala, Nirmala hanya menundukan kepalanya. Dia tengah berusaha menahan bulir beningnya tak meluncur.

***

"Kania ...."

"Mama ...."

Nirmala dan Kania saling berpelukan. Hati Nirmala seakan tergores kembali melihat wajahnya yang sangat mirip dengan Heru, lukanya terasa perih kembali melihat tawa lepasnya. Bagaimana Nirmala akan menghadapi persoalan rumah tangganya?

"Kok Mama nangis?" tanya Kania mengusap mata Nirmala.

"Mama kangen kamu Nak." Nirmala memeluk kembali putri kesayangannya.

"Kania juga," ucapnya. Anak cantik dan pintar bicara itu membalas memeluk Mamanya. Nilam tak mampu menahan derai air matanya. Ia buru-buru mengusapnya berharap Ibunya tak melihatnya.

"Kania mau pulang ke rumah Bude atau ke rumah Kania?" tanya Nilam. Anak kecil itu terdiam sejenak, matanya ia arahkan pada Nirmala lalu sesekali pada Kak Nilam.

"Atau Kania mau nginep sama Nenek lagi?" sahut Ibu

"Kania kangen Papa."

Bak disiram air garam luka di hati Nirmala semakin perih terasa. Anak kecil itu merindukan papanya sebagaimana Heru yang selalu menanyakan Kania ketika sampai rumah, hati Nirmala berdesir. "Kania pulang sama Mama ya," ucap Nirmala bergetar.

Kania menganggukan kepalanya. Nirmala mengusap air mata yang sudah membasahi pipinya itu. Nirmala mungkin bisa membohongi Kania, tetapi tidak dengan ibunya. Ibu mana yang tak paham akan isi hati anaknya.

"Ada apa dengan adikmu?" tanya Ibu pada Nilam

"Nggak ada apa-apa Bu, mungkin Nirmala terharu aja. Ini 'kan pertama kalinya Kania nginep di rumah Ibu tanpa dia, jadi ya Nirmala mungkin kagum, salut, kangen juga sama Kania, Bu." Nilam mencoba menutupi masalah yang menghadapi adiknya. Keduanya telah berjanji jika ada masalah rumah tangga jangan sampai bocor atau orang tua mengetahuinya. Ibu hanya membulatkan mulutnya menanggapi ucapan Kak Nilam.

***

Kak Nilam mengantarkan Nirmala dan Kania. Sementara Lukman membawa sepeda motor Heru yang tadi pagi dibawa Nirmala.

"Rencana kamu sekarang apa Mala?"

"Aku akan memperjuangkan semuanya Kak, demi Kania dan demi kebahagian kami. Aku gak mau kalah. Aku mau perempuan itu kalah dan menyadari kesalahannya begitu pun dengan Mas Heru, dia harus membayar atas luka yang sudah ia torehkan."

"Bagus, Kakak setuju tapi tetap nggak boleh pakai emosi ya," pesan Nilam mengulas senyum pada adiknya, itu. Nirmala membalas senyum kakaknya itu.

Setibanya di rumah sudah ada mobil Heru terparkir di garasi dan orangnya tengah membersihkan tanaman kecil. Pandangannya mengarah ke arahku ketika mengucap salam.

"Kania ...." Lelaki itu menyapa Kania terlebih dahulu

"Dari mana, Dek?" tanya Heru pada Nirmala.

"Habis jalan-jalan sama Kak Nilam, lihat-lihat perumahan yang di kompleks mewah di ujung kota ini Mas," jawab Nirmala

Mendengar nama komplek itu seketika Heru terpaku, Nirmala merasa sedikit senang karena mampu membuat Heru sedikit syok terapi.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
for you
kakak nya sok bijak harus nya ngasih saran²buat adik nya ngamanin harta apa benda yg berguna gitu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Kepergok

    "Kenapa Pa, kok kayak kaget gitu?" tanya Nirmala pada Heru"Enggak, biasa saja. Perasaan kamu saja kali, ayo masuk. Aku cuci tangan dulu."Nirmala tak membahas lagi, karena ia yakin hanya akan ada kebohongan dari suaminya. Heru mengajak Nirmala dan Kania masuk ke dalam rumah, lalu ia mengikuti kedua perempuan yang mengisi hatinya itu."Papa, Papa kenapa?" tanya Kania."Nggak apa-apa sayang, kok kamu tanya gitu?" heran Heru."Mama nangis terus di rumah Bude."Mendengar ucapan Kania, Heru menoleh ke arah Nirmala yang tengah menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. "Kania main sendiri dulu ya," ucap Heru.Anak kecil itu hanya mengangguk dan kembali asyik dengan berbagai jenis mainan di depan televisi yang menyala.Heru berjalan menghampiri Nirmala. Nirmala dibuat terkejut ketika ada tangan yang melingkar di pinggangny

    Last Updated : 2021-11-22
  • Salah Sebut Nama Panggilan   Kebohongan Mulai Terungkap

    Nirmala mengambil ponselnya lalu memotret pemandangan di depan matanya, Heru semakin gusar ia bergegas menghampiri Nirmala, dengan segera Nirmala berlari dan kembali masuk dalam taksi onlinenya, belum sempat Heru mengejar perempuan itu menghentikan langkahnya."Biarkan dia pergi, jangan susul dia."Heru mengikuti ucapan perempuan itu. Ia mengehentikan langkahnya, membiarkan Nirmala pergi dalam keadaan terluka sungguh ia tak pernah menyangka Nirmala akan mengikutinya.Di dalam taksi Nirmala mencoba menahan rasa sakitnya, ia berusaha untuk tak mengeluarkan air mata terlebih di depan Kania. Taksi online akan membawanya ke rumah Kak Nilam, Nirmala memeluk erat putri kesayangannya. Berharap Kania tak melihatnya menangis, dada Nirmala terasa sesak, rasanya dunia seakan runtuh. Bagaimana tidak melihat orang yang dicintai tengah bergelayut mesra dengan perempuan lain.Nirmala mengusap matanya sayang air matanya terus meluncur deras, kebohongan demi kebohong

    Last Updated : 2021-11-25
  • Salah Sebut Nama Panggilan   Cekcok

    "Ibu sudah dengar semuanya"Nirmala dan Kak Nilam mengarahkan pandangan pada sumber suara. Keduanya nampak terkejut mendapati Ibu sudah berdiri di belakang mereka."Ibu..." Lirih NirmalaIbu berjalan menghampiri Nirmala dan Nilam, keduanya bangkit menyambut ibu dengan hangat. Entah sejak kapan perempuan paruh baya itu datang, ibu duduk diantara Nirmala dan Nilam.Pandangan ibu datar ke depan, hatinya terasa sakit ketika mendengar cerita Nirmala. Benar yang Nirmala takutkan, ada rasa penyesalan dalam diri ibu yang telah meminta Nirmala menerima lamaran Pak Sudibyo kala itu. Jika tahu akan seperti ini mungkin ibu tak akan menerimanya.***"Saya bermaksud untuk melamar anak ibu untuk anak saya Heru Sudibyo. Dia seorang duda pernikahan terdahulunya hanya bertahan kurang dari enam bulan. Istrinya tak tahan karena ibunya tak menyukainya hingga melakukan gugatan cerai dan sudah sah bercerai lima bulan yang lalu. Jika bersedia nanti kami akan mengajak a

    Last Updated : 2021-11-25
  • Salah Sebut Nama Panggilan   Pesan Dari Sarah

    "Kenapa Mas? Kamu mau marah iya?" bentak NirmalaKali ini Nirmala tak bisa bersikap manis dan menganggap semua baik-baik saja, Nirmala tak ingin terlihat lemah di hadapan Heru yang telah menyakitinya, menyakiti hati ibu dan bapaknya terlebih menyakiti hati anaknya, Kania."Kalau aku marah terus kamu mau apa? Hah,""Aku mau kita cerai," ucap Nirmala mantap"Hahaha... Kamu pikir aku akan menceraikan kamu begitu saja, tidak Nirmala aku ini mencintaimu sungguh sangat mencintaimu. Aku..""Hentikan semua kata cinta itu Mas, aku jijik mendengarnya. Apa Mas pikir aku masih percaya dengan rayuan itu. Shitt... Itu nggak sama sekali."Nirmala meninggalkan Heru sendiri, ia masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ia tutup seluruh tubuhnya dengan selimut untuk menutupi tangisannya yang pecah.Bayangan Nirmala bermain pada masa-masa yang telah ia lewati bersama Heru tak pernah sedikit pun Heru menyakitinya, ia

    Last Updated : 2021-11-26
  • Salah Sebut Nama Panggilan   Bertemu Sarah

    [Temui aku di taman kota, besok jam 10 pagi. Kita harus bicara. Sarah]Nafas yang sejak tadi ia tahan, ia hembuskan perlahan. Benaknya diliputi tanya, untuk apa perempuan itu mengajaknya bertemu?Nirmala memilih menyimpan kembali ponselnya, sebegitu gilanya kah perempuan itu hingga dia pun berani menghubungi Nirmala dan mengajak bertemu. Dia sengaja nampaknya menyimpan nomor Nirmala.Nirmala kembali merebahkan tubuhnya, ia menutup matanya meresapi semua yang telah terjadi. Ia tak percaya semua terjadi begitu cepat, ia merasa bodoh ya bodoh karena selama itu bisa percaya begitu saja pada suaminya.Dugaannya meleset, Nirmala mengira perempuan itu berhubungan dengan suaminya setahun yang lalu sejak dia mengizinkan suami untuk tak membawa belal dari rumah tapi ternyata, dadanya terlalu sesak mengingat pengakuan Heru tadi.***"Kamu nggak buatkan aku sarapan?" tanya Heru ketika melihat Nirmala menyuapkan makanan ke mulutnya.Nirmal

    Last Updated : 2021-11-26
  • Salah Sebut Nama Panggilan   Dilabrak Mama

    Nirmala melajukan kendaraannya menuju rumah Kak Nilam, hari ini dia berhasil membuat Heru ketar-ketir ketakutan dan membuat Sarah terpaku dengan kalimat-kalimat sindiran halus yang selalu diucapkan oleh Nirmala.Sesampainya di rumah Kak Nilam, Nirmala sudah disambut hangat oleh Kania. Senyum merekah tersungging di bibir Nirmala, tak ada luka atau pun duka yang terlihat, Kania adalah obat mujarab tatkala Nirmala merasa sedih.Namun kini hati Nirmala merasa miris, bagaimana mungkin Kania setulus ini mendapat perlakuan bia*** dari Papanya."Mama, Papa mana? Kania kangen," ucap Kania.Nirmala mencoba tetap kuat di hadapan Kania, dia menghela nafas dan mengulas senyuman."Papa kerja ke luar kota sayang, lama sekali. Papa bilang nanti kalau pulang akan bawakan boneka kesayangan Kania. Papa buru-buru jadi nggak sempat pamit sama Kania deh," tutur Nirmala."Selama Papa ke luar kota, Kania tinggal dulu sama Bude ya."Nirmala mengusap lem

    Last Updated : 2021-11-26
  • Salah Sebut Nama Panggilan   Mimpi Buruk

    "Heru, Heru, Heru keluar kamu."Mama Ratih berteriak seraya menggebreg-gebreg pintu pagar. Teriakan memekak telinga itu membuat Sarah yang sedang ditenangkan oleh Heru karena pertemuannya dengan Nirmala yang menyakitkan dirinya membuat keduanya terdiam dan mencoba menerka suara itu.Tanpa ragu dengan penuh penasaran, mereka keluar rumah. Dan, mendadak wajah keduanya pucat pasi melihat Mama Ratih dan Nirmala berdiri di depan pintu pagar, Mama Ratih berdecak pinggang, Nirmala tersenyum sinis menatap keduanya yang dilanda ketakutan yang hebat."Bukaaaaa," teriak Mama Ratih.Dalam keadaan gemetar Heru berjalan menuju gerbang dan membuka pintu gebang. Tanpa alih-alih Mama langsung memukulkan tasnya pada Heru berulang-ulang hingga Heru meringis kesakitan pun tak digubris, Mama terus memukulinya.Lalu Mama maju menghampiri Sarah yang sudah terlihat semakin pucat, gemetar tubuhnya. Tangan Mama mendarat begitu saja di pipi mulus Sarah, segera Heru men

    Last Updated : 2021-11-26
  • Salah Sebut Nama Panggilan   Dibuat Kere

    Nirmala sudah berdiri di balik pintu bersiap menyambut sepasang manusia yang tak berhati itu masuk, ia nampak sudah biasa melihat kemesraan antara Sarah dan Heru.Heru membuka rumah dengan kunci yang dia miliki, lalu menggandeng Sarah. Heru menyalakan lampu dan keduanya terkejut melihat Nirmala berdiri di dekat mereka. Tatapan Nirmala fokus ke depan, ia tak sedikit pun menatap atau melirik mereka berdua karena itu bisa melukai jiwanya kembali."Wah, wah ada yang sudah berani pamer kemesraan nih. Memang ya kalau cinta itu kadang bisa bikin buta, sudah di labrak sama orang tua sendiri masih belum mempan. Hadeuh, kalau itu kayaknya sih bukan buta lagi tapi sudah bebal."Nirmala melenggang pergi, teriakan Heru tak ia gubris, Nirmala membanting pintu kamar. Heru hendak mengejarnya, Sarah melarangnya."Jangan sekarang Mas, dia lagi emosi. Aku sudah bilang ini bukan keputusan yang tepat, Mas."Heru menghela nafasnya, ia memang terlalu memaksa

    Last Updated : 2021-11-26

Latest chapter

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Ending

    Suasana sudah begitu ramai, Bu Wati senang akhirnya Sarah akan segera resmi menikah kembali dengan Heru, perjalanan panjang dan tak mudah sudah dilewati Sarah. Penantian dan kesabaran Sarah akhirnya berbuah manis, sempat ragu tapi akhirnya Sarah mantap kembali menerima Heru dalam hidupnya. Rasanya merasa bersalah telah membuat Heru menunggu padahal mereka bisa segera menikah kembali, tapi perlu waktu untuk Sarah menerima Heru, ketakutan akan masa lalu selalu membayanginya. Bagaimanapun Heru pernah membuatnya kecewa dengan meninggalkan Sarah seorang diri di rumah sakit lalu pergi entah kemana hingga Sarah harus tinggal di panti ini. Kebahagiaan itupun hadir dalam hati Nirmala, perempuan yang dulu pernah disakiti oleh Satah tapi mampu memaafkan dan berbesar hati menerima kehadiran Sarah dalam hidupnya bahkan mereka jadi sangat akrab sejak Sarah berhijrah menjadi lebih baik, tak ada yang tak memuji Nirmala yang bisa menerima mantan madunya bahkan mantan istri simpanan suaminya dulu, ba

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Sebuah Permintaan

    "Kenapa harus menepi sejenak?" tanya Heru di ujung sana. "Mas, aku mohon. Aku perlu waktu untuk memikirkan semuanya, aku harus memutuskan semua dengan segala pertimbangan, aku gak mau gegabah soal ini. Ini menyangkut kehidupanku selanjutnya. Aku mohon Mas Heru mengerti." "Berapa lama?" "Tiga hari saja mas, tolong jangan kirim aku pesan atau apapun. Kita nanti akan tahu seberapa rindu hati kita jika tak melakukan itu, jika dalam waktu tiga hari itu aku ternyata tak bisa hidup tanpamu maka aku yang menghubungimu duluan, begitupun sebaliknya."Heru terdengar menghela napas berat, ia tak menyangka sesulit itu kembali pada Sarah padahal ia pikir bisa dengan mudah karena Sarah terlihat sangat mencintainya terbukti dari kebiasaannya mengantar makanan saat di penjara. Tapi itu saja tak cukup membuat Heru yakin akan mudah mendapatkan Sarah, dia harus berusaha lebih keras lagi. "Baiklah, aku turuti." Akhirnya kalimat itu meluncur dari bibir Heru membuat Sarah bernapas lega."Terima kasih

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Mimpi

    "Apa?" Heru terkejut mendengar ucapan Sarah, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Terus kamu jawab apa?" Sarah terdiam, Heru menunggu jawaban Sarah dengan hati tak karuan."Aku belum menjawabnya, mas. Aku bercerita tentang semua itu pada Mbak Nirmala, dia memintaku untuk beristikharah. Saat ini jujur aku gamang, aku gak tahu bisa percaya sama kamu sepenuhnya atau nggak, aku ini pernah menjadi istri kedua secara sembunyi-sembunyi, menyakiti perempuan lain bahkan kini perempuan itu seolah tak pernah merasa disakiti olehku, dia sangat baik. Tetap saja justru dengan begitu rasa bersalahku kian besar, aku takut mas." "Apa yang kamu takutkan?" Sarah menatap lelaki itu, keduanya saling menatap penuh arti. "Aku takut kamu mengkhianatiku seperti kamu mengkhianati Mbak Nirmala." Heru menghela napas berat dan mengusap wajahnya kasar. "Sarah, aku rela mengkhianati Nirmala karena apa?" tanya Heru menatap perempuan di depannya. Sarah menunduk, memang ia rasakan semua yang ter

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Permintaan Lelaki Lain

    "Mas, aku mau kita sah dulu secara agama dan negara. Tujuh tahun tanpa nafkah batin bukan waktu yang sebentar, aku tak mau melakukan ini dengan gegabah. Mungkin tak pernah ada kata talak darimu tapi saat keluar penjara kamu memilih menghampiri Mbak Nirmala dan mengacuhkanku itu pertanda kamu tak menginginkan aku lagi, mas.""Sudah aku bilang, aku menemui Kania bukan Nirmala. Menemui anakku," sanggah Heru. "Tapi kamu kecewa kan mendengar Mbak Nirmala sudah menikah lagi bahkan hidup bahagia sekarang?" Heru terdiam, Sarah menghela napas. Ia sangat takut, Heru membawanya ke sebuah villa yang cukup sepi, dia meminta untuk melakukan hubungan layaknya suami istri. Tapi Sarah menolak dengan alasan telah hilang haknya untuk itu, karena sepengetahuannya. Enam bulan saja tanpa nafkah batin maupun lahir maka sudah bisa jatuh talak jika istri tak ridho. Ini tujuh tahun selama di penjara, meski selama itu Sarah masih mengunjungi Heru, mereka masih bertemu tapi Sarah tak melihat bias cinta saat it

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Ujian Kebersamaan

    "Assalamualaikum, mas. Ada apa?""Waalaikumsalam, dimana kamu dek?""Di rumah mbak Nirmala, mas. Kenapa?" "Siapa lelaki itu?" TegSarah terdiam, mendadak wajahnya memerah entah pertanda apa. Nirmala mengamati wajah bingung Sarah. Apa yang dilihat Heru hingga dia marah seperti itu. "Lelaki mana mas?" "Jangan pura-pura, jelas sekali aku melihat kamu dengan seorang lelaki." Sarah menghela nafas, apa yang ditakutkannya terjadi. Sejak dulu, ia tahu sikap Heru yang gampang marah, Heru tak pernah bisa bersikap dingin terlebih jika sudah menyangkut dirinya. Nirmala mencoba menenangkan meski dia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, hanya saja melihat raut wajah Sarah membuat Nirmana merasa mereka sedang tak baik-baik saja. Enggan ikut campur, Nirmala memilih meninggalkan Sarah seorang diri, membiarkan Sarah menyelesaikan semuanya. "Mas, jangan dulu berpikir aneh. Dia temanku, dulu kami pernah satu panti. Lalu terpisah dan kembali dipertemukan." "Teman atau teman?" Lagi, Sarah me

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Heru Meradang

    "Maksud kamu?" tanya Sarah.Jaka gelagapan, ia mencari paduan kata yang tepat untuk menutup sikapnya yang mendadak serba salah karena ucapannya tadi."Apakah aku tak perlu menghiraukannya lagi?" tanya Sarah kembali."Eh, tidak. Bukan begitu," ucap Jaka menjeda kalimatnya. "Gini, pernikahan itu untuk membuat kita bahagia ya setidaknya itu yang aku pegang selama ini, aku sampai sekarang belum menikah karena aku gak yakin bisa bahagia dengan perempuan lain. Kebahagiaanku ada pada seseorang yang hadir sejak dulu, seseorang yang setiap malam aku sebut namanya berharap bisa dipertemukan dengannya yang entah dimana. Aku menunggunya, karena aku yakin dia tercipta untukku. Meski nantinya akan terluka setidaknya aku tak menikah hanya karena untuk membohongi hati ini dan menyakiti perempuan lain yang jadi istriku. Jadi, menurutku ambil keputusan sesuai keyakinan hatimu," ucap Jaka.Sarah terdiam, dia seolah merasa perempuan yang ditunggu Jaka adala

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Pertemuan

    Ponsel Sarah kembali berdering, dia tampak malas melihatnya tapi mendadak sumringah ketika yang menelepon bukan Heru melainkan Jaka, lelaki yang saat ini mengganggu pikirannya sejak pertemuannya tadi.Dengan segera Sarah mengangkat telepon itu."Halo, dengan Ibu Sarah Alea Putri?""Ish, apaan sih. Gak lucu," ucap Sarah seraya tersenyum.Jaka terdengar tertawa di ujung sana, Sarah terlihat malu-malu dan dia tak banyak bicara."Kamu lagi apa?" tanya Sarah."Lagi diem aja," jawab Sarah."Kamu gak nanya aku lagi apa?""Hmm ... Harus ya?""Nggak sih, cuma ya gak adil aja. Aku kan udah nanya masa kamu nggak, tapi sebelum kamu nanya aku jawab duluan deh. Aku lagi mikir mau ngajak kamu makan malam tapi takut ditolak, jadi gimana ya caranya? Kamu tahu gak caranya gimana?"Sarah terdiam, dia kini benar-benar merasakan kegamangan. Kehadiran Jaka membuat dirinya serasa berada di persi

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Bimbang

    "Tak lama kamu pindah ayahku meninggal karena serangan jantung, aku dan ibu bertahan di kampung itu hingga kami sudah tak punya apapun. Seluruh peninggalan ayah sudah habis terjual, lalu ibu membawaku ke kota ini, dia menitipkanku ke tetangga dan ibu bekerja. Aku gak tahu kerja ibu apa, yang jelas aku lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dan si rumah tetanggaku karena ibu selalu pulang lama pergi pagi. Lalu ...."Sarah menjeda kalimatnya, dadanya seakan terasa sangat sesak bila mengingat semua perjalanan hidupnya yang tak pernah menemukan kebahagian, hanya sekejap ketika bertemu dengan Heru tapi itu pun tak lama.Jaka mencoba menenangkan Sarah dengan mendekatinya dan mengusap punggung Sarah, tapi Sarah menjauh dan menolak. Jaka terkejut, tapi ia pun kemudian maklum kini mereka sudah bukan anak kecil lagi, bahkan dari pakaiannya Sarah pasti sangat menjaga diri dari lelaki yang bukan mahramnya."Ibu pun meninggal sesaat setelah aku menikah, berun

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Lelaki Masa Lalu

    Perlahan Sarah melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, dari luar sudah terdengar riuh orang ngobrol tapi tak terdengar suara Heru, Sarah semakin penasaran, ia kembali ke halaman rumah lalu mengamati setiap kendaraan benar saja dari tiga mobil dan dua motor yang terparkir bukan milik Heru.Dia segera lewat pintu belakang, Sarah berpikir itu donatur yang sengaja datang menemui panti untuk memberikan langsung dananya atau untuk melihat langsung panti ini. Ya, memang suka ada donatur yang sengaja berkunjung secara langsung untuk memberikan bantuan pada panti itu."Siapa bu?" tanya Sarah begitu sampai di dalam."Biasa, dari perusahan Jaya Corp. Mereka lagi mau bikin event di panti ini, acaranya minggu depan. Itu pemimpin perusahaan sama event organizernya, coba kamu temui mereka. Ada Lina juga di sana sudah gabung, soalnya dari tadi ibu nunggu kamu.""Oh, baiklah bu."Tanpa banyak berkomentar, Sarah segera menemui mereka. Kehadiran Sarah cukup men

DMCA.com Protection Status