“Kamu yakin bisa membuat Nirmala kembali lagi sama kamu? Kok mama ragu,” ucap Mama Ratih.“Yakin ma, percaya sama Heru. Nirmala itu cinta banget sama Heru, dia pasti bisa melihat perjuangan Heru buat kembali lagi sama dia.”“Ya kalau mama sih seneng kamu bisa kembali lagi sama Nirmala.”“Doakan Heru selalu, Heru akan kembali bawa Nirmala di tengah-tengah keluarga kita.”Heru terlihat begitu yakin jika dirinya bisa membuat Nirmala kembali padanya, Heru pamit pada mamanya. Hari ini dia nampak bahagia, dia akan menghabiskan hati ini bersama Nirmala dan Kania, putri kesayangannya.Rasa tak sabar memenuhi ruang hati Heru, dia melajukan kendaraan dikecapatan normal kadang kecepatan tinggi jika jalanan sepi. Tak lupa ia mampir ke toko manan untuk membeli beberapa mainan untuk Kania, hati Heru berbunga-bunga ia nampak sangat bahagia. Perceraiannya kemarin seakan tak ia hiraukan.
Kegagalan menjalin hubungan rumah tangga, mempertahankan semuanya membuat Nirmala trauma dan tam mudah untuk kembali menjalin hubungan itu.Saat ini dia hanya ingin membersamai Kania, menjadi temannya, menjalani peran menjadi seorang ibu dan ayah bagi Kania.Kehadiran Anto sungguh membuatnya dilema apalagi Kania sudah sangat begitu akrab."Sudah kalau kakak boleh saran diterima saja kehadiran Anto," ucap Kak Nilam."Betul nak, sudah saatnya kamu membuka hati dan memulai lembaran baru. Apa kamu masih mengharapkam Heru?" tanya ibu.Nirmala terdiam, entahlah apa yang hatiku inginkan. Ini sungguh menyesakan jiwa. Ketakutan akan dikhianati lagi selalu hadir dalam diri Nirmala."Aku hanya takut kak," ucap Nirmala."Kakak paham, tapi kakak yakin sama Anto. Kakak mengenalnya sejak zaman se
"Kania bolehkah om jadi ayah Kania?” tanya Anto pada Kania.Seketika Nirmala menegakan kepalanya, terkejut bukan kepalang mendengar ucapan Anto pada Kania, dia meminta langsung hal itu pada putri kecilnya. Nirmala melihat Anto tengah meliriknya lalu memandang gadis kecil di hadapannya kembali, sedangkan Kania masih belum memberikan jawabannya. Seketika suasana saat itu menjadi sepi, ketiganya terdiam."Kalau om jadi ayah Kania, berarti Om nanti tinggal sama Kania?" tanya Kania dengan polosnya."Iya dong, Om nanti tinggal sama Kania. Kita akan main bersama, baca buku bersama pokoknya melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama-sama,""Hore, asyik. Tapi janji ya Om kalau udah jadi ayah Kania nggak boleh bohong dan gak boleh ninggalin Kania begitu aja, janji?"Kania mengacungkan kelingkingnya mengajak Anto untuk mengaitkan kelin
Nirmala merasa puas telah mempermalukan Heru di depan keluarga besarnya dan keluarga besar Anto, ia seakan tak peduli dengan pandangan keluarga Anto padanya yang pasti satu hal mereka akan paham dengan tujuanku memperkenalkan Heru kepada mereka.Cincin telah melingkar di jari manis Nirmala, setelah acara selesai, Nirmala bersandar pada ranjangnya, ia mengamati jari manisnya yang telah tetsemat kembali cincin putih bermatakan berlian itu sungguh sangat cantik. Angannya berjalan menrlusuri lorong waktu yang telah terlewati, hingga saat ini ia tak menyangka pertemuannya dengan Anto akan berujung pada hari bahagia ini.***"Nilam, Nilam."Nirmala mengangkat kepalanya mendengar suara itu, seketika lelaki yang ikut jongkok mengimbangi dia yang terduduk lemas terkejut melihat wajahku, dia sepertinya salah orang."Maaf aku kira temanku, maaf."Nir
Nirmala menenangkan putrinya, ia berusaha sebisa mungkin menghilangkan rasa takut yang mulai bersarang karena Heru yang terus menerua mempengaruhi Kania soal Anto yang jika sudah menikahinya.Kemarahan Nirmala semakin memuncak ketika ia mendengar sendiri Heru mempengaruhi Kania tentang Anto dan pernikahan aku dengan Anto. Maka dia memutuskan untuk menelepon itu.[Maksud kamu apa ngomong seperti itu pada Kania?]Nirmala mengirim pesan pada Heru, ia tak habis pikir kenapa Heru melakukan itu, Kania masih kecil usianya baru lima tahun tapi dia sudah cukup mengerti tentang apa yang dia lihat dan dengar. Heru malah membuat Kania bingung.Sejak bertemu, sikap Anto pada Kania tak pernah menunjukan sikap jahat atau tak suka, justru sebaliknya Anto senantiasa memberikan perhatian-perhatian kecil untuk Kania.Lama Nirmala menunggu
Sarah? Kamu kenal orang ini?" tanya Anto pada Nirmala."Iya mas, dia..."Nirmala menghentikan kalimatnya, Nirmala merasa bukan waktu yang tepat membicarakan hal ini pada Anto."Maaf mas, saya bukan Sarah."Seketika Heru meradang dan menarik perempuan itu menjauh dari keramaian, Anto berusaha mencegah namun Nirmala menahannya.Acara resepsi pernikahan Nirmala menjadi kacau, sungguh jauh dari apa yang dia harapkan semua karena Heru. Heru membuat suasana menjadi tak karuan, Nirmala tak terima dengan semua ini.Rasa lelah mendera Nirmala, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, rangkaian peristiwa tadi sungguh membuat kepalanya berat, ia memejamkam mata hingga tak sadar Anto sudah menghampirinya. Tangan lembut Anto yang mengusap tangan Nirmala membuat Nirmala terkejut.
[Laporkan saja, aku ini papanya mana mungkin ada papa menculik anaknya sendiri. Paling kamu dianggap gila. Hahaha]Mata Nirmala memanas membaca pesan itu, dikepalnya ponsel itu sekuat mungkin, Anto tak henti-hentinya menenangkan Nirmala.Nirmala terus menangis memikirkan keadaan Kania, meski ia tahu Kania bersama papa kandungnya namun Kania sudah lama tak pernah menghabiskan waktu lama dengan papanya.Mama Ratih pun datang ke rumah Nirmala, ada rasa bersalah dalam dirirnya karena kegaduhan ini terjadi karena Heru-anaknya."Mama sudah meminta dia kembali. Katanya sore ini dia akan pulang. Kamu tenang saja ya," ucap Mama Ratih.Mendengar hal itu Nirmala, Anto dan ibu pun ikut merasa lega. Anak kecil itu tak tahu apa-apa tapi dia harus merasakan hal ini atas kekecewaan oranh tuanya."Maafkan Heru, ini bentu
"Mama... Mama..."Nirmala terperanjat mendengar Kania menyebut namanya, ia meraih tangan anaknya yang terbaring lemah."Iya sayang, ini mama. Mana yang sakit bilang sama mama nak."Dengan suara parau Nirmala mencoba menahan air matanya agar tak tumpah, baru kali ini ia melihat Kania begitu lemah, matanya menunjukan kesedihan dan ketakutan yang mendalam."Papa jahat ma, papa kurung Kania."Pecah sudah air mata Nirmala mendengar ucapan anaknya, dadanya bergumuruh sesak tak terperi, terbayang betapa menderitanya Kania selama dibawa Heru. Lelaki itu sepertinya memang sudah gila, ia membawa anaknya lalu mengabaikannya.Anto yang baru saja menerima telepon, bergegas menghampiri begitu melihat Nirmala terisak dan Kania sudah sadar."Kania," panggil Anto memeluk tubuh Kania.
Suasana sudah begitu ramai, Bu Wati senang akhirnya Sarah akan segera resmi menikah kembali dengan Heru, perjalanan panjang dan tak mudah sudah dilewati Sarah. Penantian dan kesabaran Sarah akhirnya berbuah manis, sempat ragu tapi akhirnya Sarah mantap kembali menerima Heru dalam hidupnya. Rasanya merasa bersalah telah membuat Heru menunggu padahal mereka bisa segera menikah kembali, tapi perlu waktu untuk Sarah menerima Heru, ketakutan akan masa lalu selalu membayanginya. Bagaimanapun Heru pernah membuatnya kecewa dengan meninggalkan Sarah seorang diri di rumah sakit lalu pergi entah kemana hingga Sarah harus tinggal di panti ini. Kebahagiaan itupun hadir dalam hati Nirmala, perempuan yang dulu pernah disakiti oleh Satah tapi mampu memaafkan dan berbesar hati menerima kehadiran Sarah dalam hidupnya bahkan mereka jadi sangat akrab sejak Sarah berhijrah menjadi lebih baik, tak ada yang tak memuji Nirmala yang bisa menerima mantan madunya bahkan mantan istri simpanan suaminya dulu, ba
"Kenapa harus menepi sejenak?" tanya Heru di ujung sana. "Mas, aku mohon. Aku perlu waktu untuk memikirkan semuanya, aku harus memutuskan semua dengan segala pertimbangan, aku gak mau gegabah soal ini. Ini menyangkut kehidupanku selanjutnya. Aku mohon Mas Heru mengerti." "Berapa lama?" "Tiga hari saja mas, tolong jangan kirim aku pesan atau apapun. Kita nanti akan tahu seberapa rindu hati kita jika tak melakukan itu, jika dalam waktu tiga hari itu aku ternyata tak bisa hidup tanpamu maka aku yang menghubungimu duluan, begitupun sebaliknya."Heru terdengar menghela napas berat, ia tak menyangka sesulit itu kembali pada Sarah padahal ia pikir bisa dengan mudah karena Sarah terlihat sangat mencintainya terbukti dari kebiasaannya mengantar makanan saat di penjara. Tapi itu saja tak cukup membuat Heru yakin akan mudah mendapatkan Sarah, dia harus berusaha lebih keras lagi. "Baiklah, aku turuti." Akhirnya kalimat itu meluncur dari bibir Heru membuat Sarah bernapas lega."Terima kasih
"Apa?" Heru terkejut mendengar ucapan Sarah, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Terus kamu jawab apa?" Sarah terdiam, Heru menunggu jawaban Sarah dengan hati tak karuan."Aku belum menjawabnya, mas. Aku bercerita tentang semua itu pada Mbak Nirmala, dia memintaku untuk beristikharah. Saat ini jujur aku gamang, aku gak tahu bisa percaya sama kamu sepenuhnya atau nggak, aku ini pernah menjadi istri kedua secara sembunyi-sembunyi, menyakiti perempuan lain bahkan kini perempuan itu seolah tak pernah merasa disakiti olehku, dia sangat baik. Tetap saja justru dengan begitu rasa bersalahku kian besar, aku takut mas." "Apa yang kamu takutkan?" Sarah menatap lelaki itu, keduanya saling menatap penuh arti. "Aku takut kamu mengkhianatiku seperti kamu mengkhianati Mbak Nirmala." Heru menghela napas berat dan mengusap wajahnya kasar. "Sarah, aku rela mengkhianati Nirmala karena apa?" tanya Heru menatap perempuan di depannya. Sarah menunduk, memang ia rasakan semua yang ter
"Mas, aku mau kita sah dulu secara agama dan negara. Tujuh tahun tanpa nafkah batin bukan waktu yang sebentar, aku tak mau melakukan ini dengan gegabah. Mungkin tak pernah ada kata talak darimu tapi saat keluar penjara kamu memilih menghampiri Mbak Nirmala dan mengacuhkanku itu pertanda kamu tak menginginkan aku lagi, mas.""Sudah aku bilang, aku menemui Kania bukan Nirmala. Menemui anakku," sanggah Heru. "Tapi kamu kecewa kan mendengar Mbak Nirmala sudah menikah lagi bahkan hidup bahagia sekarang?" Heru terdiam, Sarah menghela napas. Ia sangat takut, Heru membawanya ke sebuah villa yang cukup sepi, dia meminta untuk melakukan hubungan layaknya suami istri. Tapi Sarah menolak dengan alasan telah hilang haknya untuk itu, karena sepengetahuannya. Enam bulan saja tanpa nafkah batin maupun lahir maka sudah bisa jatuh talak jika istri tak ridho. Ini tujuh tahun selama di penjara, meski selama itu Sarah masih mengunjungi Heru, mereka masih bertemu tapi Sarah tak melihat bias cinta saat it
"Assalamualaikum, mas. Ada apa?""Waalaikumsalam, dimana kamu dek?""Di rumah mbak Nirmala, mas. Kenapa?" "Siapa lelaki itu?" TegSarah terdiam, mendadak wajahnya memerah entah pertanda apa. Nirmala mengamati wajah bingung Sarah. Apa yang dilihat Heru hingga dia marah seperti itu. "Lelaki mana mas?" "Jangan pura-pura, jelas sekali aku melihat kamu dengan seorang lelaki." Sarah menghela nafas, apa yang ditakutkannya terjadi. Sejak dulu, ia tahu sikap Heru yang gampang marah, Heru tak pernah bisa bersikap dingin terlebih jika sudah menyangkut dirinya. Nirmala mencoba menenangkan meski dia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, hanya saja melihat raut wajah Sarah membuat Nirmana merasa mereka sedang tak baik-baik saja. Enggan ikut campur, Nirmala memilih meninggalkan Sarah seorang diri, membiarkan Sarah menyelesaikan semuanya. "Mas, jangan dulu berpikir aneh. Dia temanku, dulu kami pernah satu panti. Lalu terpisah dan kembali dipertemukan." "Teman atau teman?" Lagi, Sarah me
"Maksud kamu?" tanya Sarah.Jaka gelagapan, ia mencari paduan kata yang tepat untuk menutup sikapnya yang mendadak serba salah karena ucapannya tadi."Apakah aku tak perlu menghiraukannya lagi?" tanya Sarah kembali."Eh, tidak. Bukan begitu," ucap Jaka menjeda kalimatnya. "Gini, pernikahan itu untuk membuat kita bahagia ya setidaknya itu yang aku pegang selama ini, aku sampai sekarang belum menikah karena aku gak yakin bisa bahagia dengan perempuan lain. Kebahagiaanku ada pada seseorang yang hadir sejak dulu, seseorang yang setiap malam aku sebut namanya berharap bisa dipertemukan dengannya yang entah dimana. Aku menunggunya, karena aku yakin dia tercipta untukku. Meski nantinya akan terluka setidaknya aku tak menikah hanya karena untuk membohongi hati ini dan menyakiti perempuan lain yang jadi istriku. Jadi, menurutku ambil keputusan sesuai keyakinan hatimu," ucap Jaka.Sarah terdiam, dia seolah merasa perempuan yang ditunggu Jaka adala
Ponsel Sarah kembali berdering, dia tampak malas melihatnya tapi mendadak sumringah ketika yang menelepon bukan Heru melainkan Jaka, lelaki yang saat ini mengganggu pikirannya sejak pertemuannya tadi.Dengan segera Sarah mengangkat telepon itu."Halo, dengan Ibu Sarah Alea Putri?""Ish, apaan sih. Gak lucu," ucap Sarah seraya tersenyum.Jaka terdengar tertawa di ujung sana, Sarah terlihat malu-malu dan dia tak banyak bicara."Kamu lagi apa?" tanya Sarah."Lagi diem aja," jawab Sarah."Kamu gak nanya aku lagi apa?""Hmm ... Harus ya?""Nggak sih, cuma ya gak adil aja. Aku kan udah nanya masa kamu nggak, tapi sebelum kamu nanya aku jawab duluan deh. Aku lagi mikir mau ngajak kamu makan malam tapi takut ditolak, jadi gimana ya caranya? Kamu tahu gak caranya gimana?"Sarah terdiam, dia kini benar-benar merasakan kegamangan. Kehadiran Jaka membuat dirinya serasa berada di persi
"Tak lama kamu pindah ayahku meninggal karena serangan jantung, aku dan ibu bertahan di kampung itu hingga kami sudah tak punya apapun. Seluruh peninggalan ayah sudah habis terjual, lalu ibu membawaku ke kota ini, dia menitipkanku ke tetangga dan ibu bekerja. Aku gak tahu kerja ibu apa, yang jelas aku lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dan si rumah tetanggaku karena ibu selalu pulang lama pergi pagi. Lalu ...."Sarah menjeda kalimatnya, dadanya seakan terasa sangat sesak bila mengingat semua perjalanan hidupnya yang tak pernah menemukan kebahagian, hanya sekejap ketika bertemu dengan Heru tapi itu pun tak lama.Jaka mencoba menenangkan Sarah dengan mendekatinya dan mengusap punggung Sarah, tapi Sarah menjauh dan menolak. Jaka terkejut, tapi ia pun kemudian maklum kini mereka sudah bukan anak kecil lagi, bahkan dari pakaiannya Sarah pasti sangat menjaga diri dari lelaki yang bukan mahramnya."Ibu pun meninggal sesaat setelah aku menikah, berun
Perlahan Sarah melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, dari luar sudah terdengar riuh orang ngobrol tapi tak terdengar suara Heru, Sarah semakin penasaran, ia kembali ke halaman rumah lalu mengamati setiap kendaraan benar saja dari tiga mobil dan dua motor yang terparkir bukan milik Heru.Dia segera lewat pintu belakang, Sarah berpikir itu donatur yang sengaja datang menemui panti untuk memberikan langsung dananya atau untuk melihat langsung panti ini. Ya, memang suka ada donatur yang sengaja berkunjung secara langsung untuk memberikan bantuan pada panti itu."Siapa bu?" tanya Sarah begitu sampai di dalam."Biasa, dari perusahan Jaya Corp. Mereka lagi mau bikin event di panti ini, acaranya minggu depan. Itu pemimpin perusahaan sama event organizernya, coba kamu temui mereka. Ada Lina juga di sana sudah gabung, soalnya dari tadi ibu nunggu kamu.""Oh, baiklah bu."Tanpa banyak berkomentar, Sarah segera menemui mereka. Kehadiran Sarah cukup men