"Kania bolehkah om jadi ayah Kania?” tanya Anto pada Kania.Seketika Nirmala menegakan kepalanya, terkejut bukan kepalang mendengar ucapan Anto pada Kania, dia meminta langsung hal itu pada putri kecilnya. Nirmala melihat Anto tengah meliriknya lalu memandang gadis kecil di hadapannya kembali, sedangkan Kania masih belum memberikan jawabannya. Seketika suasana saat itu menjadi sepi, ketiganya terdiam."Kalau om jadi ayah Kania, berarti Om nanti tinggal sama Kania?" tanya Kania dengan polosnya."Iya dong, Om nanti tinggal sama Kania. Kita akan main bersama, baca buku bersama pokoknya melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama-sama,""Hore, asyik. Tapi janji ya Om kalau udah jadi ayah Kania nggak boleh bohong dan gak boleh ninggalin Kania begitu aja, janji?"Kania mengacungkan kelingkingnya mengajak Anto untuk mengaitkan kelin
Nirmala merasa puas telah mempermalukan Heru di depan keluarga besarnya dan keluarga besar Anto, ia seakan tak peduli dengan pandangan keluarga Anto padanya yang pasti satu hal mereka akan paham dengan tujuanku memperkenalkan Heru kepada mereka.Cincin telah melingkar di jari manis Nirmala, setelah acara selesai, Nirmala bersandar pada ranjangnya, ia mengamati jari manisnya yang telah tetsemat kembali cincin putih bermatakan berlian itu sungguh sangat cantik. Angannya berjalan menrlusuri lorong waktu yang telah terlewati, hingga saat ini ia tak menyangka pertemuannya dengan Anto akan berujung pada hari bahagia ini.***"Nilam, Nilam."Nirmala mengangkat kepalanya mendengar suara itu, seketika lelaki yang ikut jongkok mengimbangi dia yang terduduk lemas terkejut melihat wajahku, dia sepertinya salah orang."Maaf aku kira temanku, maaf."Nir
Nirmala menenangkan putrinya, ia berusaha sebisa mungkin menghilangkan rasa takut yang mulai bersarang karena Heru yang terus menerua mempengaruhi Kania soal Anto yang jika sudah menikahinya.Kemarahan Nirmala semakin memuncak ketika ia mendengar sendiri Heru mempengaruhi Kania tentang Anto dan pernikahan aku dengan Anto. Maka dia memutuskan untuk menelepon itu.[Maksud kamu apa ngomong seperti itu pada Kania?]Nirmala mengirim pesan pada Heru, ia tak habis pikir kenapa Heru melakukan itu, Kania masih kecil usianya baru lima tahun tapi dia sudah cukup mengerti tentang apa yang dia lihat dan dengar. Heru malah membuat Kania bingung.Sejak bertemu, sikap Anto pada Kania tak pernah menunjukan sikap jahat atau tak suka, justru sebaliknya Anto senantiasa memberikan perhatian-perhatian kecil untuk Kania.Lama Nirmala menunggu
Sarah? Kamu kenal orang ini?" tanya Anto pada Nirmala."Iya mas, dia..."Nirmala menghentikan kalimatnya, Nirmala merasa bukan waktu yang tepat membicarakan hal ini pada Anto."Maaf mas, saya bukan Sarah."Seketika Heru meradang dan menarik perempuan itu menjauh dari keramaian, Anto berusaha mencegah namun Nirmala menahannya.Acara resepsi pernikahan Nirmala menjadi kacau, sungguh jauh dari apa yang dia harapkan semua karena Heru. Heru membuat suasana menjadi tak karuan, Nirmala tak terima dengan semua ini.Rasa lelah mendera Nirmala, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, rangkaian peristiwa tadi sungguh membuat kepalanya berat, ia memejamkam mata hingga tak sadar Anto sudah menghampirinya. Tangan lembut Anto yang mengusap tangan Nirmala membuat Nirmala terkejut.
[Laporkan saja, aku ini papanya mana mungkin ada papa menculik anaknya sendiri. Paling kamu dianggap gila. Hahaha]Mata Nirmala memanas membaca pesan itu, dikepalnya ponsel itu sekuat mungkin, Anto tak henti-hentinya menenangkan Nirmala.Nirmala terus menangis memikirkan keadaan Kania, meski ia tahu Kania bersama papa kandungnya namun Kania sudah lama tak pernah menghabiskan waktu lama dengan papanya.Mama Ratih pun datang ke rumah Nirmala, ada rasa bersalah dalam dirirnya karena kegaduhan ini terjadi karena Heru-anaknya."Mama sudah meminta dia kembali. Katanya sore ini dia akan pulang. Kamu tenang saja ya," ucap Mama Ratih.Mendengar hal itu Nirmala, Anto dan ibu pun ikut merasa lega. Anak kecil itu tak tahu apa-apa tapi dia harus merasakan hal ini atas kekecewaan oranh tuanya."Maafkan Heru, ini bentu
"Mama... Mama..."Nirmala terperanjat mendengar Kania menyebut namanya, ia meraih tangan anaknya yang terbaring lemah."Iya sayang, ini mama. Mana yang sakit bilang sama mama nak."Dengan suara parau Nirmala mencoba menahan air matanya agar tak tumpah, baru kali ini ia melihat Kania begitu lemah, matanya menunjukan kesedihan dan ketakutan yang mendalam."Papa jahat ma, papa kurung Kania."Pecah sudah air mata Nirmala mendengar ucapan anaknya, dadanya bergumuruh sesak tak terperi, terbayang betapa menderitanya Kania selama dibawa Heru. Lelaki itu sepertinya memang sudah gila, ia membawa anaknya lalu mengabaikannya.Anto yang baru saja menerima telepon, bergegas menghampiri begitu melihat Nirmala terisak dan Kania sudah sadar."Kania," panggil Anto memeluk tubuh Kania.
Semua mata bersiap menyambut sosok yang datang dengan kendaraan mencurigakan, tak ada yang bergeming, semua diam hingga pintu diketuk dan mereka membalas salam yang diucapkan oleh orang di luar sana.Ibu yang berinisiatif membuka pintu, terlihat dua orang perempuan sudah berdiri di depan pintu. Ibu mengernyitkan dahi pada seorang perempuan yang masih muda, rasanya ibu pernah melihatnya namun sulit untuk menyebut nama itu."Siapa bu?" tanya Nilam seraya menghampiri ibu yang terpaku pada dua orang itu."Sarah ..."Nilam terperangah melihat Sarah yang datang ke rumah itu, ibu akhirnya tahu nama perempuan itu yang sejak tadi ada dipikirannya namun sulit untuk diucapkan."Iya mba," ucap Sarah menunduk."Eh, iya. Ayo masuk!" ajak ibu pada mereka, Nilam pun memberi jalan.Sarah dan
"Mas, aku takut," ucap Nirmala ketika ia hendak memenuhi panggilan polisi untuk dimintai penjelasan tentang peristiwa yang terjadi pada Kania beberapa waktu yang lalu."Kamu tenang saja, semua akan baik-baik saja, kamu cukup ceritakan apa yang sebenarnya terjadi," ucap Anto.Mereka tengah bersiap untuk memenuhi panggilan polisi, sebelum nanti siang Anto harus ke rumah sakit memeriksa beberapa pasiennya. Tengah berbincang serius, Kania datang."Hay, anak ayah yang cantik sudah siap untuk berangkat?" tanya Anto pada Kania."Hari ini Kania dianter mama dan ayah kan?" tanya Kania."Iya dong, nanti yang jemput mama ya. Kalau mama belum datang, Kania tunggu sama bu guru saja dulu," ucap Nirmala mengusap rambut putrinya."Ma, mama mau ketemu papa?" tanya Kania."Iya sayang, kenapa?"