Bu, Bu Ratih." Terdengar suara memanggil nama Mama Ratih terburu-buru. Mama Ratih dan Nirmala menghampiri ibu itu. "Ada apa Bu Mirna?" tanya Mama Ratih. "Itu bu, di depan gerbang perumahan ada perempuan tertabrak tadi Mas Heru yang bawa katanya istrinya, tapi ini Mba Nirmala baik-baik saja. Terus tadi..." Bu Mirna tak meneruskan ucapannya, sontak seketika Mama Rita dan Nirmala terkejut mendengar berita itu. Mereka saling berpandangan dan terpaku seketika. "Sekarang dimana bu?" tanya Mama Ratih "Sudah dibawa ke rumah sakit bu, kalau begitu saya permisi." Bu Mirna pamit dan berlalu, Mama Ratih dan Nirmala tak percaya dengan apa yang mereka dengar, semua terjadi begitu cepat ya Tuh
Perlahan Sarah membuka matanya hingga ia bisa melihat setiap sudut ruangan itu. Tubuhnya masih terbaring lemas. Ia mencoba memginga-ingat peristiwa yang menimpanya."Sus, siapa yang membawa saya?" tanya Sarah."Suami ibu, tapi dia sekarang sudah pergi dan menitipkan ini." jawab perawat itu.Mata Sarah berbinar namun seketika kembali meredup. Perawat itu menyodorkan lipatan kertas, Sarah meraihnya dengan lemas. Perlahan ia buka kertas itu dan membacanya."Sayang, maafkan aku. Aku harus pergi, aku sudah tak bisa bersama kamu lagi. Sekarang kamu sudah tak punya apa-apa, hidupku juga sudah susah gara-gara kamu jadi aku pergi. Jangan cari aku, mulai hari ini kita berpisah."Mata Sarah memanas membaca isi pesan yang tertulis dalam kertas itu, dadanya terasa sesak, bulir bening dari matanya jebol tak tertahan. Marah, kesal, kecewa ya itulah yang
"Bagaimana dengan Kania kak?" tanya Nirmala.Akhirnya mereka paham apa yang membuat Nirmala menangis, ya Kania tentu saja selain memikirkan nasibnya yang ada dibenaknya tentu anak mungil itu. Apa yang harus diceritakan padanya jika bertanya soal papanya.Nilam pun terdiam mendengar pertanyaan adiknya itu, ia terlalu cepat bertindak, ia lupa pada keponakannya itu, bagaimana cara menyampaikannya pada anak sekecil itu yang belum mengerti apapun. Papa dan Mama Heru pun terpaku, semua nampak dilema dengan semua yang terjadi, bagaimana lagi kini Heru sudah pergi entah kemana? Semua merasa perlu mencari cara agar Kania tak mengingat papa kesayangannya lagi."Kamu tenang ya, nanti kita pikirkan jalan keluarnya bersama-sama."Kak Nilam mencoba menenangkan adiknya, ia merangkul bahu Nirmala, menguatkannya dengan semua cobaan ini.
"Kak, Sarah sekarang mengkhawatirkan. Lihat deh."Nirmala menunjukan gambar Sarah yang tadi dia ambil, Kak Nilam hanya tersenyum. Perempuan yang ikut serta menghancurkan kehidupan Sarah merasa senang, kini adiknya tidak selalu bersedih akan kehadirannya."Itu karma buat dia dek.""Tapi kadang aku kasian juga kak, dia sebatang kara percis kata Mas Heru kalau dia tak punya siapa-siapa jika Mas Heru meninggalkannya maka hancurlah hidupnya dan benar saja kak, aku jadi merasa bersalah.""Mulai deh sok berhati malaikat. Hahaha" gelak Kak Nilam."Dek, terkadang kita perlu bersikap jahat dengan niat untuk membuat orang itu sadar. Kita sekarang hanya tinggal berdoa semoga Sarah sadar atas apa yang dia lakukan selama ini.""Aku kepikiran Mas Heru kak, dimana dia sekarang? Kania terus nanyain kadang dia
Nirmala melewati setiap hari dengan perlahan namun pasti dengan penuh kegembiraan, waktu terus berlalu dan tak terasa Heru telah pergi satu bulan lamanya, Kania menjadi terbiasa tanpa kehadiran papanya meski bertanya tentang papanya namun berhasil dijelaskan dengan singkat, kekhawatiran Nirmala pun seakan sirna. Dukungan yang penuh dari ibu, kakak dan mertuanya membuat Nirmala kuat hingga hari ini."Sudah satu bulan Mas Heru pergi bu, Kania sudah mulai terbiasa tanpa papanya. Mungkin sebaiknya Nirmala menggugat cerai Mas Heru.""Nirmala jangan gegabah, pikirkan segalanya dengan baik-baik jangan emosi. Jangan hanya Kania sudah melupakan papanya kamu seenaknya. Allah itu membenci perceraian sayang.""Tapi bu, ini sudah mau satu bulan. Tak adakah kerinduan di hati Mas Heru kepada anaknya hingga ia memutuskan untuk pulang atau berusaha memperbaiki semuanya. Aku awalnya akan bertahan demi Kania
Dengan semangat Heru mempersiapkan diri untuk menemui Nirmala, Heru tak lupa pada Kania ia membeli beberapa boneka kesukaannya.Tujuan Heru adalah mencari Sarah, pikirannya tak bisa lepas dari wanita itu. Rasa kemanusiaan Heru yang membuatnya memikirkan Sarah terus, ia merasa berdosa sudah meninggalkannya begitu saja dalam kondisi tak sadarkan diri.Langkah kaki Heru terhenti melihat penghuni rumah itu bukan lagi Nirmala. Segera ia melakukan panggilan pada Nirmala untuk memastikam keberadaan dirinya.[Aku di rumah ibu]Tanpa membalas pesan dari Nirmala, Heru segera menuju rumah ibu di tengah perjalanan ia melihat seseorang yang ia kenal."Sarah" lirih Heru."Mas Heru." tutur Sarah.Heru tersenyum bahagia pada Sarah tapi tidak dengan Sarah, ia justru segera masuk k
Aku kira kamu datang karena rindu padaku atau Kania nyatanya bukan aku yang kamu rindukan. Aku sudah muak dengan kamu mas, tadinya aku berpikir untuk menerima kamu kembali tapi ternyata untuk apa aku memungut sampah yang sudah terbuang tanpa sengaja. Pergi dari rumah dan jangan berharap bisa bertemu Kania lagi." tegas Nirmala berlalu dari hadapan Heru yang masih terpaku dengan kemarahan Nirmala.Nirmala tak terlihat lagi dari pandangan Heru, tak lama Ibu Nirmala datang menghampiri Heru yang masih terdiam."Nak Heru."Heru terkesiap mendengar ibu mertuanya datang, ia membetulkan duduknya, bangkit dan menyalami ibu mertuanya, lalu duduk kembali setelah ibu mertuanya duduk."Apa kabar nak Heru?""Baik bu.""Syukurlah, bagaimana rasanya hidup sendiri? Jauh dari anak dan istri? Terutama jauh dari istri
Keesokan harinya Heru didampingi kedua orang tuanya mendatangi rumah ibu Nirmala, mereka hendak mengajak Nirmala berdiskusi agar keputusannya untuk bercerai bisa dihapuskan dan memberikan kesempatan kedua bagi anaknya.Suasana masih hening, Nirmala duduk diapit ibu dan Kak Nilam, seberang ada Heru dengan kedua orang tuanya."Nirmala bisa kah kamu pikirkan kembali keputusanmu dan memberikan kesempatan pada Heru." pintu Mama Ratih.Nirmala menghela nafasnya, ia berusaha untuk tegar menghadapi ini semua."Bu Ratih, Nirmala sudah berusaha memberikan kesempatan itu pada Nak Heru namun sayang hal itu tak digunakan dengan baik oleh nak Heru. Coba ibu bayangkan jika ibu sedang mengharapkan Pak Sudibyo pulang dan ketika pulang pak Sudibyo malah menyebut nama perempuan lain, apa yang ibu rasakan?"Mama Ratih terdiam, ia tak bisa b
Suasana sudah begitu ramai, Bu Wati senang akhirnya Sarah akan segera resmi menikah kembali dengan Heru, perjalanan panjang dan tak mudah sudah dilewati Sarah. Penantian dan kesabaran Sarah akhirnya berbuah manis, sempat ragu tapi akhirnya Sarah mantap kembali menerima Heru dalam hidupnya. Rasanya merasa bersalah telah membuat Heru menunggu padahal mereka bisa segera menikah kembali, tapi perlu waktu untuk Sarah menerima Heru, ketakutan akan masa lalu selalu membayanginya. Bagaimanapun Heru pernah membuatnya kecewa dengan meninggalkan Sarah seorang diri di rumah sakit lalu pergi entah kemana hingga Sarah harus tinggal di panti ini. Kebahagiaan itupun hadir dalam hati Nirmala, perempuan yang dulu pernah disakiti oleh Satah tapi mampu memaafkan dan berbesar hati menerima kehadiran Sarah dalam hidupnya bahkan mereka jadi sangat akrab sejak Sarah berhijrah menjadi lebih baik, tak ada yang tak memuji Nirmala yang bisa menerima mantan madunya bahkan mantan istri simpanan suaminya dulu, ba
"Kenapa harus menepi sejenak?" tanya Heru di ujung sana. "Mas, aku mohon. Aku perlu waktu untuk memikirkan semuanya, aku harus memutuskan semua dengan segala pertimbangan, aku gak mau gegabah soal ini. Ini menyangkut kehidupanku selanjutnya. Aku mohon Mas Heru mengerti." "Berapa lama?" "Tiga hari saja mas, tolong jangan kirim aku pesan atau apapun. Kita nanti akan tahu seberapa rindu hati kita jika tak melakukan itu, jika dalam waktu tiga hari itu aku ternyata tak bisa hidup tanpamu maka aku yang menghubungimu duluan, begitupun sebaliknya."Heru terdengar menghela napas berat, ia tak menyangka sesulit itu kembali pada Sarah padahal ia pikir bisa dengan mudah karena Sarah terlihat sangat mencintainya terbukti dari kebiasaannya mengantar makanan saat di penjara. Tapi itu saja tak cukup membuat Heru yakin akan mudah mendapatkan Sarah, dia harus berusaha lebih keras lagi. "Baiklah, aku turuti." Akhirnya kalimat itu meluncur dari bibir Heru membuat Sarah bernapas lega."Terima kasih
"Apa?" Heru terkejut mendengar ucapan Sarah, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Terus kamu jawab apa?" Sarah terdiam, Heru menunggu jawaban Sarah dengan hati tak karuan."Aku belum menjawabnya, mas. Aku bercerita tentang semua itu pada Mbak Nirmala, dia memintaku untuk beristikharah. Saat ini jujur aku gamang, aku gak tahu bisa percaya sama kamu sepenuhnya atau nggak, aku ini pernah menjadi istri kedua secara sembunyi-sembunyi, menyakiti perempuan lain bahkan kini perempuan itu seolah tak pernah merasa disakiti olehku, dia sangat baik. Tetap saja justru dengan begitu rasa bersalahku kian besar, aku takut mas." "Apa yang kamu takutkan?" Sarah menatap lelaki itu, keduanya saling menatap penuh arti. "Aku takut kamu mengkhianatiku seperti kamu mengkhianati Mbak Nirmala." Heru menghela napas berat dan mengusap wajahnya kasar. "Sarah, aku rela mengkhianati Nirmala karena apa?" tanya Heru menatap perempuan di depannya. Sarah menunduk, memang ia rasakan semua yang ter
"Mas, aku mau kita sah dulu secara agama dan negara. Tujuh tahun tanpa nafkah batin bukan waktu yang sebentar, aku tak mau melakukan ini dengan gegabah. Mungkin tak pernah ada kata talak darimu tapi saat keluar penjara kamu memilih menghampiri Mbak Nirmala dan mengacuhkanku itu pertanda kamu tak menginginkan aku lagi, mas.""Sudah aku bilang, aku menemui Kania bukan Nirmala. Menemui anakku," sanggah Heru. "Tapi kamu kecewa kan mendengar Mbak Nirmala sudah menikah lagi bahkan hidup bahagia sekarang?" Heru terdiam, Sarah menghela napas. Ia sangat takut, Heru membawanya ke sebuah villa yang cukup sepi, dia meminta untuk melakukan hubungan layaknya suami istri. Tapi Sarah menolak dengan alasan telah hilang haknya untuk itu, karena sepengetahuannya. Enam bulan saja tanpa nafkah batin maupun lahir maka sudah bisa jatuh talak jika istri tak ridho. Ini tujuh tahun selama di penjara, meski selama itu Sarah masih mengunjungi Heru, mereka masih bertemu tapi Sarah tak melihat bias cinta saat it
"Assalamualaikum, mas. Ada apa?""Waalaikumsalam, dimana kamu dek?""Di rumah mbak Nirmala, mas. Kenapa?" "Siapa lelaki itu?" TegSarah terdiam, mendadak wajahnya memerah entah pertanda apa. Nirmala mengamati wajah bingung Sarah. Apa yang dilihat Heru hingga dia marah seperti itu. "Lelaki mana mas?" "Jangan pura-pura, jelas sekali aku melihat kamu dengan seorang lelaki." Sarah menghela nafas, apa yang ditakutkannya terjadi. Sejak dulu, ia tahu sikap Heru yang gampang marah, Heru tak pernah bisa bersikap dingin terlebih jika sudah menyangkut dirinya. Nirmala mencoba menenangkan meski dia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, hanya saja melihat raut wajah Sarah membuat Nirmana merasa mereka sedang tak baik-baik saja. Enggan ikut campur, Nirmala memilih meninggalkan Sarah seorang diri, membiarkan Sarah menyelesaikan semuanya. "Mas, jangan dulu berpikir aneh. Dia temanku, dulu kami pernah satu panti. Lalu terpisah dan kembali dipertemukan." "Teman atau teman?" Lagi, Sarah me
"Maksud kamu?" tanya Sarah.Jaka gelagapan, ia mencari paduan kata yang tepat untuk menutup sikapnya yang mendadak serba salah karena ucapannya tadi."Apakah aku tak perlu menghiraukannya lagi?" tanya Sarah kembali."Eh, tidak. Bukan begitu," ucap Jaka menjeda kalimatnya. "Gini, pernikahan itu untuk membuat kita bahagia ya setidaknya itu yang aku pegang selama ini, aku sampai sekarang belum menikah karena aku gak yakin bisa bahagia dengan perempuan lain. Kebahagiaanku ada pada seseorang yang hadir sejak dulu, seseorang yang setiap malam aku sebut namanya berharap bisa dipertemukan dengannya yang entah dimana. Aku menunggunya, karena aku yakin dia tercipta untukku. Meski nantinya akan terluka setidaknya aku tak menikah hanya karena untuk membohongi hati ini dan menyakiti perempuan lain yang jadi istriku. Jadi, menurutku ambil keputusan sesuai keyakinan hatimu," ucap Jaka.Sarah terdiam, dia seolah merasa perempuan yang ditunggu Jaka adala
Ponsel Sarah kembali berdering, dia tampak malas melihatnya tapi mendadak sumringah ketika yang menelepon bukan Heru melainkan Jaka, lelaki yang saat ini mengganggu pikirannya sejak pertemuannya tadi.Dengan segera Sarah mengangkat telepon itu."Halo, dengan Ibu Sarah Alea Putri?""Ish, apaan sih. Gak lucu," ucap Sarah seraya tersenyum.Jaka terdengar tertawa di ujung sana, Sarah terlihat malu-malu dan dia tak banyak bicara."Kamu lagi apa?" tanya Sarah."Lagi diem aja," jawab Sarah."Kamu gak nanya aku lagi apa?""Hmm ... Harus ya?""Nggak sih, cuma ya gak adil aja. Aku kan udah nanya masa kamu nggak, tapi sebelum kamu nanya aku jawab duluan deh. Aku lagi mikir mau ngajak kamu makan malam tapi takut ditolak, jadi gimana ya caranya? Kamu tahu gak caranya gimana?"Sarah terdiam, dia kini benar-benar merasakan kegamangan. Kehadiran Jaka membuat dirinya serasa berada di persi
"Tak lama kamu pindah ayahku meninggal karena serangan jantung, aku dan ibu bertahan di kampung itu hingga kami sudah tak punya apapun. Seluruh peninggalan ayah sudah habis terjual, lalu ibu membawaku ke kota ini, dia menitipkanku ke tetangga dan ibu bekerja. Aku gak tahu kerja ibu apa, yang jelas aku lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dan si rumah tetanggaku karena ibu selalu pulang lama pergi pagi. Lalu ...."Sarah menjeda kalimatnya, dadanya seakan terasa sangat sesak bila mengingat semua perjalanan hidupnya yang tak pernah menemukan kebahagian, hanya sekejap ketika bertemu dengan Heru tapi itu pun tak lama.Jaka mencoba menenangkan Sarah dengan mendekatinya dan mengusap punggung Sarah, tapi Sarah menjauh dan menolak. Jaka terkejut, tapi ia pun kemudian maklum kini mereka sudah bukan anak kecil lagi, bahkan dari pakaiannya Sarah pasti sangat menjaga diri dari lelaki yang bukan mahramnya."Ibu pun meninggal sesaat setelah aku menikah, berun
Perlahan Sarah melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, dari luar sudah terdengar riuh orang ngobrol tapi tak terdengar suara Heru, Sarah semakin penasaran, ia kembali ke halaman rumah lalu mengamati setiap kendaraan benar saja dari tiga mobil dan dua motor yang terparkir bukan milik Heru.Dia segera lewat pintu belakang, Sarah berpikir itu donatur yang sengaja datang menemui panti untuk memberikan langsung dananya atau untuk melihat langsung panti ini. Ya, memang suka ada donatur yang sengaja berkunjung secara langsung untuk memberikan bantuan pada panti itu."Siapa bu?" tanya Sarah begitu sampai di dalam."Biasa, dari perusahan Jaya Corp. Mereka lagi mau bikin event di panti ini, acaranya minggu depan. Itu pemimpin perusahaan sama event organizernya, coba kamu temui mereka. Ada Lina juga di sana sudah gabung, soalnya dari tadi ibu nunggu kamu.""Oh, baiklah bu."Tanpa banyak berkomentar, Sarah segera menemui mereka. Kehadiran Sarah cukup men