Aku kira kamu datang karena rindu padaku atau Kania nyatanya bukan aku yang kamu rindukan. Aku sudah muak dengan kamu mas, tadinya aku berpikir untuk menerima kamu kembali tapi ternyata untuk apa aku memungut sampah yang sudah terbuang tanpa sengaja. Pergi dari rumah dan jangan berharap bisa bertemu Kania lagi." tegas Nirmala berlalu dari hadapan Heru yang masih terpaku dengan kemarahan Nirmala.Nirmala tak terlihat lagi dari pandangan Heru, tak lama Ibu Nirmala datang menghampiri Heru yang masih terdiam."Nak Heru."Heru terkesiap mendengar ibu mertuanya datang, ia membetulkan duduknya, bangkit dan menyalami ibu mertuanya, lalu duduk kembali setelah ibu mertuanya duduk."Apa kabar nak Heru?""Baik bu.""Syukurlah, bagaimana rasanya hidup sendiri? Jauh dari anak dan istri? Terutama jauh dari istri
Keesokan harinya Heru didampingi kedua orang tuanya mendatangi rumah ibu Nirmala, mereka hendak mengajak Nirmala berdiskusi agar keputusannya untuk bercerai bisa dihapuskan dan memberikan kesempatan kedua bagi anaknya.Suasana masih hening, Nirmala duduk diapit ibu dan Kak Nilam, seberang ada Heru dengan kedua orang tuanya."Nirmala bisa kah kamu pikirkan kembali keputusanmu dan memberikan kesempatan pada Heru." pintu Mama Ratih.Nirmala menghela nafasnya, ia berusaha untuk tegar menghadapi ini semua."Bu Ratih, Nirmala sudah berusaha memberikan kesempatan itu pada Nak Heru namun sayang hal itu tak digunakan dengan baik oleh nak Heru. Coba ibu bayangkan jika ibu sedang mengharapkan Pak Sudibyo pulang dan ketika pulang pak Sudibyo malah menyebut nama perempuan lain, apa yang ibu rasakan?"Mama Ratih terdiam, ia tak bisa b
Keputusan Nirmala sudah tak bisa ditawar lagi, kali ini dia benar-benar telah mantap berpisah dari Heru, lelaki itu memang sudah tak bisa dipegang omongannya dan selalu merasa benar tanpa sedikit pun merasa menyesal dengan apa yang sudah ia lakukan dan apa yang sudah ia terima.Kedatangan Heru kembali membawa harapan untuk Nirmala akan memperbaiki ikatan pernikahannya namun kadas kembali karena nyatanya Heru masih saja mengingat perempuan itu, ia sama sekali belum berubah maka hilang sudah keinginan untuk memperbaiki semuamya karena Nirmala merasa percuma.Heru dan keluarganya pamit dengan membawa rasa kecewa atas penolakan berdamainya dari Nirmala. Mama Ratih adalah orang yang paling bersedih, selama ini dia berusaha untuk tidak membuat mereka berpisah nyatanya gagal, kecewa ternyata pada akhirnya usahanya akan sia-sia."Lagian mama gak habis pikir ngapain sih kamu masih mikir
Mama Ratih berhasil menemukan Nirmala, segera ia menghampiri Nirmala yang terduduk lemas di taman rumah sakit."Nirmala, kamu di sini."Mama Ratih datang dengan tergopoh-gopoh, nafas nya tak beraturan, Nirmala sama sekali tak ingin tersenyum kali ini entahlah Nirmala merasa kecewa dengan mertuanya itu."Nirmala, maaf kan mama."Nirmala masih tak bergeming, pandangannya nanar ke depan, tatapan matanya kosong, ia tak memperdulikan kehadiran mertuanya. Hatinya sudah semakin terluka, pertama kalinya Nirmala mengacuhkan mertuanya itu."Nirmala maaf mama, nak. Mama mengerti jika kamu marah sama mama, tapi mama pun sungguh sangat kecewa dan marah terhadap sikap Heru tadi."Suara parau Mama Ratih, membuat Nirmala menghela nafas. Nirmala tahu, Mama Ratih pun pasti kecewa tapi rasa kecewanya tak sebanding de
Heru tak akan memaafkan mama jika terjadi sesuatu pada Sarah." ucap Heru terbata.Mama Ratih terdiam, ia terduduk mematung. Mama Ratih menghela nafasnya, ia bangkit dari duduknya mencoba tenang dan menghampiri anaknya."Jika terjadi apa-apa dengan Sarah kamu tak akan memaafkan mama, iya?" tanya Mama Ratih menekan Heru."Iya, mama sudah keterlaluan. Sarah mencari Heru, dia bersusah payah untuk itu setelah ke sini mama malah menyerangnya, tidak bisa kah mama tenang dan bertanya dengan baik maksudnya apa?" tutur Heru.Mama mendelik ke arah Heru dan menyunggingkan bibirnya, anak dan ibu itu tengah bersitegang."Mama gak pernah peduli apa maksud dia, sekalipun dia berniat baik bagi mama dia tetap salah, paham kamu?""Ma, jangan egois. Aku...""Egois? Mama kamu bilang egois? Heru,
Akhirnya pengadilan mengabulkan permintaan gugatan cerai Nirmala terhadap Heru, tak ada alasan apapun yang memberatkan Nirmala agar tak dikabulkan permohonannya itu. Dari semua bukti yang ada dan beberapa saksi yang dihadirkan akhirnya membuatkan pak jaksa mengabulkan permintaan Nirmala.Kini Nirmala sudah terbebas dari Heru, dia akan menata hidupnya dengan baik tanpa kehadiran lelaki itu. Hanya kurang dari lima tahun perjalanan rumah tangganya berakhir, kapal telah karam karena nahkoda berpindah kapal, Nirmala tak sanggup jika harus berjalan tertatih mengendarai kapal sementara majloda pun sudah tak mau mengendarai kapalnya lagi."Selamat, permohonanmu dikabulkan. Meski kita sudah bukan suami istri tapi kita tetap orang tua untuk Kania."Heru menerima semua keputusan itu dengan baik, ia menghampiri perempuan yang telah resmi jadi mantan istrinya."Tidak perlu khawatir Kan
“Kamu yakin bisa membuat Nirmala kembali lagi sama kamu? Kok mama ragu,” ucap Mama Ratih.“Yakin ma, percaya sama Heru. Nirmala itu cinta banget sama Heru, dia pasti bisa melihat perjuangan Heru buat kembali lagi sama dia.”“Ya kalau mama sih seneng kamu bisa kembali lagi sama Nirmala.”“Doakan Heru selalu, Heru akan kembali bawa Nirmala di tengah-tengah keluarga kita.”Heru terlihat begitu yakin jika dirinya bisa membuat Nirmala kembali padanya, Heru pamit pada mamanya. Hari ini dia nampak bahagia, dia akan menghabiskan hati ini bersama Nirmala dan Kania, putri kesayangannya.Rasa tak sabar memenuhi ruang hati Heru, dia melajukan kendaraan dikecapatan normal kadang kecepatan tinggi jika jalanan sepi. Tak lupa ia mampir ke toko manan untuk membeli beberapa mainan untuk Kania, hati Heru berbunga-bunga ia nampak sangat bahagia. Perceraiannya kemarin seakan tak ia hiraukan.
Kegagalan menjalin hubungan rumah tangga, mempertahankan semuanya membuat Nirmala trauma dan tam mudah untuk kembali menjalin hubungan itu.Saat ini dia hanya ingin membersamai Kania, menjadi temannya, menjalani peran menjadi seorang ibu dan ayah bagi Kania.Kehadiran Anto sungguh membuatnya dilema apalagi Kania sudah sangat begitu akrab."Sudah kalau kakak boleh saran diterima saja kehadiran Anto," ucap Kak Nilam."Betul nak, sudah saatnya kamu membuka hati dan memulai lembaran baru. Apa kamu masih mengharapkam Heru?" tanya ibu.Nirmala terdiam, entahlah apa yang hatiku inginkan. Ini sungguh menyesakan jiwa. Ketakutan akan dikhianati lagi selalu hadir dalam diri Nirmala."Aku hanya takut kak," ucap Nirmala."Kakak paham, tapi kakak yakin sama Anto. Kakak mengenalnya sejak zaman se
Suasana sudah begitu ramai, Bu Wati senang akhirnya Sarah akan segera resmi menikah kembali dengan Heru, perjalanan panjang dan tak mudah sudah dilewati Sarah. Penantian dan kesabaran Sarah akhirnya berbuah manis, sempat ragu tapi akhirnya Sarah mantap kembali menerima Heru dalam hidupnya. Rasanya merasa bersalah telah membuat Heru menunggu padahal mereka bisa segera menikah kembali, tapi perlu waktu untuk Sarah menerima Heru, ketakutan akan masa lalu selalu membayanginya. Bagaimanapun Heru pernah membuatnya kecewa dengan meninggalkan Sarah seorang diri di rumah sakit lalu pergi entah kemana hingga Sarah harus tinggal di panti ini. Kebahagiaan itupun hadir dalam hati Nirmala, perempuan yang dulu pernah disakiti oleh Satah tapi mampu memaafkan dan berbesar hati menerima kehadiran Sarah dalam hidupnya bahkan mereka jadi sangat akrab sejak Sarah berhijrah menjadi lebih baik, tak ada yang tak memuji Nirmala yang bisa menerima mantan madunya bahkan mantan istri simpanan suaminya dulu, ba
"Kenapa harus menepi sejenak?" tanya Heru di ujung sana. "Mas, aku mohon. Aku perlu waktu untuk memikirkan semuanya, aku harus memutuskan semua dengan segala pertimbangan, aku gak mau gegabah soal ini. Ini menyangkut kehidupanku selanjutnya. Aku mohon Mas Heru mengerti." "Berapa lama?" "Tiga hari saja mas, tolong jangan kirim aku pesan atau apapun. Kita nanti akan tahu seberapa rindu hati kita jika tak melakukan itu, jika dalam waktu tiga hari itu aku ternyata tak bisa hidup tanpamu maka aku yang menghubungimu duluan, begitupun sebaliknya."Heru terdengar menghela napas berat, ia tak menyangka sesulit itu kembali pada Sarah padahal ia pikir bisa dengan mudah karena Sarah terlihat sangat mencintainya terbukti dari kebiasaannya mengantar makanan saat di penjara. Tapi itu saja tak cukup membuat Heru yakin akan mudah mendapatkan Sarah, dia harus berusaha lebih keras lagi. "Baiklah, aku turuti." Akhirnya kalimat itu meluncur dari bibir Heru membuat Sarah bernapas lega."Terima kasih
"Apa?" Heru terkejut mendengar ucapan Sarah, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Terus kamu jawab apa?" Sarah terdiam, Heru menunggu jawaban Sarah dengan hati tak karuan."Aku belum menjawabnya, mas. Aku bercerita tentang semua itu pada Mbak Nirmala, dia memintaku untuk beristikharah. Saat ini jujur aku gamang, aku gak tahu bisa percaya sama kamu sepenuhnya atau nggak, aku ini pernah menjadi istri kedua secara sembunyi-sembunyi, menyakiti perempuan lain bahkan kini perempuan itu seolah tak pernah merasa disakiti olehku, dia sangat baik. Tetap saja justru dengan begitu rasa bersalahku kian besar, aku takut mas." "Apa yang kamu takutkan?" Sarah menatap lelaki itu, keduanya saling menatap penuh arti. "Aku takut kamu mengkhianatiku seperti kamu mengkhianati Mbak Nirmala." Heru menghela napas berat dan mengusap wajahnya kasar. "Sarah, aku rela mengkhianati Nirmala karena apa?" tanya Heru menatap perempuan di depannya. Sarah menunduk, memang ia rasakan semua yang ter
"Mas, aku mau kita sah dulu secara agama dan negara. Tujuh tahun tanpa nafkah batin bukan waktu yang sebentar, aku tak mau melakukan ini dengan gegabah. Mungkin tak pernah ada kata talak darimu tapi saat keluar penjara kamu memilih menghampiri Mbak Nirmala dan mengacuhkanku itu pertanda kamu tak menginginkan aku lagi, mas.""Sudah aku bilang, aku menemui Kania bukan Nirmala. Menemui anakku," sanggah Heru. "Tapi kamu kecewa kan mendengar Mbak Nirmala sudah menikah lagi bahkan hidup bahagia sekarang?" Heru terdiam, Sarah menghela napas. Ia sangat takut, Heru membawanya ke sebuah villa yang cukup sepi, dia meminta untuk melakukan hubungan layaknya suami istri. Tapi Sarah menolak dengan alasan telah hilang haknya untuk itu, karena sepengetahuannya. Enam bulan saja tanpa nafkah batin maupun lahir maka sudah bisa jatuh talak jika istri tak ridho. Ini tujuh tahun selama di penjara, meski selama itu Sarah masih mengunjungi Heru, mereka masih bertemu tapi Sarah tak melihat bias cinta saat it
"Assalamualaikum, mas. Ada apa?""Waalaikumsalam, dimana kamu dek?""Di rumah mbak Nirmala, mas. Kenapa?" "Siapa lelaki itu?" TegSarah terdiam, mendadak wajahnya memerah entah pertanda apa. Nirmala mengamati wajah bingung Sarah. Apa yang dilihat Heru hingga dia marah seperti itu. "Lelaki mana mas?" "Jangan pura-pura, jelas sekali aku melihat kamu dengan seorang lelaki." Sarah menghela nafas, apa yang ditakutkannya terjadi. Sejak dulu, ia tahu sikap Heru yang gampang marah, Heru tak pernah bisa bersikap dingin terlebih jika sudah menyangkut dirinya. Nirmala mencoba menenangkan meski dia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, hanya saja melihat raut wajah Sarah membuat Nirmana merasa mereka sedang tak baik-baik saja. Enggan ikut campur, Nirmala memilih meninggalkan Sarah seorang diri, membiarkan Sarah menyelesaikan semuanya. "Mas, jangan dulu berpikir aneh. Dia temanku, dulu kami pernah satu panti. Lalu terpisah dan kembali dipertemukan." "Teman atau teman?" Lagi, Sarah me
"Maksud kamu?" tanya Sarah.Jaka gelagapan, ia mencari paduan kata yang tepat untuk menutup sikapnya yang mendadak serba salah karena ucapannya tadi."Apakah aku tak perlu menghiraukannya lagi?" tanya Sarah kembali."Eh, tidak. Bukan begitu," ucap Jaka menjeda kalimatnya. "Gini, pernikahan itu untuk membuat kita bahagia ya setidaknya itu yang aku pegang selama ini, aku sampai sekarang belum menikah karena aku gak yakin bisa bahagia dengan perempuan lain. Kebahagiaanku ada pada seseorang yang hadir sejak dulu, seseorang yang setiap malam aku sebut namanya berharap bisa dipertemukan dengannya yang entah dimana. Aku menunggunya, karena aku yakin dia tercipta untukku. Meski nantinya akan terluka setidaknya aku tak menikah hanya karena untuk membohongi hati ini dan menyakiti perempuan lain yang jadi istriku. Jadi, menurutku ambil keputusan sesuai keyakinan hatimu," ucap Jaka.Sarah terdiam, dia seolah merasa perempuan yang ditunggu Jaka adala
Ponsel Sarah kembali berdering, dia tampak malas melihatnya tapi mendadak sumringah ketika yang menelepon bukan Heru melainkan Jaka, lelaki yang saat ini mengganggu pikirannya sejak pertemuannya tadi.Dengan segera Sarah mengangkat telepon itu."Halo, dengan Ibu Sarah Alea Putri?""Ish, apaan sih. Gak lucu," ucap Sarah seraya tersenyum.Jaka terdengar tertawa di ujung sana, Sarah terlihat malu-malu dan dia tak banyak bicara."Kamu lagi apa?" tanya Sarah."Lagi diem aja," jawab Sarah."Kamu gak nanya aku lagi apa?""Hmm ... Harus ya?""Nggak sih, cuma ya gak adil aja. Aku kan udah nanya masa kamu nggak, tapi sebelum kamu nanya aku jawab duluan deh. Aku lagi mikir mau ngajak kamu makan malam tapi takut ditolak, jadi gimana ya caranya? Kamu tahu gak caranya gimana?"Sarah terdiam, dia kini benar-benar merasakan kegamangan. Kehadiran Jaka membuat dirinya serasa berada di persi
"Tak lama kamu pindah ayahku meninggal karena serangan jantung, aku dan ibu bertahan di kampung itu hingga kami sudah tak punya apapun. Seluruh peninggalan ayah sudah habis terjual, lalu ibu membawaku ke kota ini, dia menitipkanku ke tetangga dan ibu bekerja. Aku gak tahu kerja ibu apa, yang jelas aku lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dan si rumah tetanggaku karena ibu selalu pulang lama pergi pagi. Lalu ...."Sarah menjeda kalimatnya, dadanya seakan terasa sangat sesak bila mengingat semua perjalanan hidupnya yang tak pernah menemukan kebahagian, hanya sekejap ketika bertemu dengan Heru tapi itu pun tak lama.Jaka mencoba menenangkan Sarah dengan mendekatinya dan mengusap punggung Sarah, tapi Sarah menjauh dan menolak. Jaka terkejut, tapi ia pun kemudian maklum kini mereka sudah bukan anak kecil lagi, bahkan dari pakaiannya Sarah pasti sangat menjaga diri dari lelaki yang bukan mahramnya."Ibu pun meninggal sesaat setelah aku menikah, berun
Perlahan Sarah melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, dari luar sudah terdengar riuh orang ngobrol tapi tak terdengar suara Heru, Sarah semakin penasaran, ia kembali ke halaman rumah lalu mengamati setiap kendaraan benar saja dari tiga mobil dan dua motor yang terparkir bukan milik Heru.Dia segera lewat pintu belakang, Sarah berpikir itu donatur yang sengaja datang menemui panti untuk memberikan langsung dananya atau untuk melihat langsung panti ini. Ya, memang suka ada donatur yang sengaja berkunjung secara langsung untuk memberikan bantuan pada panti itu."Siapa bu?" tanya Sarah begitu sampai di dalam."Biasa, dari perusahan Jaya Corp. Mereka lagi mau bikin event di panti ini, acaranya minggu depan. Itu pemimpin perusahaan sama event organizernya, coba kamu temui mereka. Ada Lina juga di sana sudah gabung, soalnya dari tadi ibu nunggu kamu.""Oh, baiklah bu."Tanpa banyak berkomentar, Sarah segera menemui mereka. Kehadiran Sarah cukup men