Shassy dan Keen yang baru membuka pintu pun terdiam, mereka menatap ke arah Danur yang sedang berdebat dengan seorang anak kecil di depan pintu rumah itu.
"Maaf Tuan," ucap Danur ketika sadar kalau Keen dan Shassy sedang menatap dirinya.
"Ya tidak apa-apa," sahut Keen dengan cepat.
"Siapa anak ini?" tanya Shassy sambil maju beberapa langkah dan mengusap pipi mungil anak laki-laki di depannya itu.
"Namaku Miko," sahut anak yang berusia tiga tahunan itu dengan lantang.
"Maaf Nyonya dia adalah keponakanku, dia tadi membuat keributan," sahut Danur dengan cepat.
Shassy lalu menatap Danur dan mulai tersenyum hangat. "Tak apa, dia kan hanya anak kecil," sahutnya.
15 menit kemudian. Shassy yang baru selesai membersihkan diri pun segera keluar dari kamar mandi."Gila, dia itu manusia apa boneka," gumam Shassy sambil memegangi pinggangnya yang terasa seperti mau patah.Shassy pun segera menatap sebuah pakaian di atas meja rias yang ada di kamar itu."Dia sudah dapat pakaian,"—Shassy lalu mengangkat kain berbentuk segitiga—"Bahkan pakaian dalam juga," ucapnya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya menatap pakaian dalam tersebut.Shassy pun segera memakai pakaian itu dan keluar dari kamar setelahnya."Mas," panggil Shassy yang belum tahu letak ruang makan di dalam vila itu.
Setelah menolong wanita itu, kemudian Keen mengajak Shassy masuk ke dalam restoran dan memesan makanan.Mereka berdua duduk di bagian paling pinggir di lantai dua restoran, tempat yang Shassy pilih agar puas menikmati suasana pegunungan di daerah itu.Saat menunggu pesanan mereka datang ..."Kamu kenal dengan wanita itu?" tanya Shassy pada Keen yang baru saja selesai menelepon kliennya."Wanita mana?" taya Keen."Wanita yang tadi ditendang oleh suaminya," sahut Shassy sambil mengarahkan pandangannya pada langit cerah siang itu."Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Keen yang masih menatap layar ponselnya."Ya, sepertinya
"Siapa Mas??" tanya Shassy yang kini mengikuti Keen keluar melewati pintu tersebut."Dia sudah pergi," sahut Keen yang terlihat ada di ujung taman.Shassy pun segera menatap ke arah Keen dan melihat Keen menatap ke arah pinggiran taman itu. "Ada apa?" tanya Shassy yang berjalan ke arah Keen."Tak apa, hanya saja aku tak sadar kalau ada jalan di sini," ucap Keen dengan tenang."Jalan?" tanya Shassy dan mempercepat langkahnya lalu menatap ke arah jalan yang dimaksud Keen."Aku tidak sadar jika ada celah kecil di sini," imbuh Keen."Nanti suruh Danur mencari orang tuk perbaiki saja," ujar Shassy sambil terus menatap ke arah jalan tersebut.Keen pun menyahut, "Kenapa harus Danur?"
"Am-ampun Tuan, saya hanya disuruh oleh Nyonya Tiara," jawab orang itu yang masih berlutut."Apa yang dia inginkan?" tanya Keen sambil menatap tajam ke arah orang itu.Orang Itu pun segera mengambil sesuatu dari dalam sakunya. Ia lalu memberikan ponselnya pada Keen."Berikan mereka lebih banyak kesempatan, dan—" Keen tak meneruskan kalimatnya saat membaca surat itu karena ada beberapa kalimat yang tak bisa ia ucapkan.Keen lalu menghela napas dalam. "Baiklah, siapa nama kamu kemarin?" tanya Keen karena lupa, padahal Shassy sudah sering menyebut nama orang itu."Danur, Tuan," jawab orang itu."Baiklah, kalau begitu apa kamu bekerja sama dengan orang lain?" tanya Keen dengan lebih tenang karena tahu jika Danu
Setelah perintah itu, Keen membantu Shassy membersihkan diri dan membawanya ke ruang tamu.Satu jam berlalu, tak lama kemudian para anak buah Keen pun berkumpul kembali dari berbagai arah ke hadapan Keen dan Shassy."Bagaimana?" tanya Keen sambil menatap ke arah para anak buahnya."Tuan, kami menemukan beberapa benda mencurigakan di salah satu ruangan," ucap anak buahnya itu.Lalu anak buah Keen yang lainnya membawa benda-benda itu ke hadapan Keen."Kurang ajar!" teriak Keen setelah melihat benda-benda yang ada di atas meja tersebut. "Periksa CCTV! Cari, apakah ada sambungan ke perangkat lain!" peritahnya.Para anak buah Keen pun segera pergi dari ruangan itu, mereka melakukan apa yan
Sosok itu pun berkali-kali menghujamkan pisau ke arah ranjang. Iya menarget gundukan yang ada dirancang tersebut."Apa sudah mati," gumam sosok tersebut.Lalu …Klak! Lampu pun menyala. BRAKK! Shassy dengan cepat menendang sosok tersebut, hingga membuat sosok itu terjungkal dan menabrak meja yang ada di sampingnya."Hantu sialan!" Teriak Shassy yang sangat kesal.Sosok itu pun berbalik dengan topeng yang masih menempel di wajahnya.Sosok itu pun mengangkat pisaunya lagi, tapi dengan cepat Shassy menendang tangan sosok tersebut hingga pisau tersebut terlempar."Sialan!" teriak sosok tersebut lalu mengambil sebuah vas bunga y
Saat mendengar suara kendaraan tersebut, para anak buah Keen pun langsung bergerak.Tapi dengan cepat Gilsa menghentikan orang-orangnya."Jangan kejar, bawa orang-orang ini dengan cepat! Bersihkan semuanya!" perintah Keen.Anak buah Keen pun berhenti, dan dengan cepat melakukan apa yang di perintah oleh Keen."Kenapa tidak dikejar Mas?" tanya Shassy yang penasaran dengan perintah Keen tersebut."Kamu tenanglah, aku punya pemikiran lain," jawab Keen dengan tenang."Ya baiklah," sahut Shassy sambil menatap ke arah Danur yang tergeletak dengan darah yang membasahi bagian dadanya. "Apa dia mati?" tanya Shassy."Mungkin. Kamu jangan melihatnya jika takut
Shassy yang tersentak karena bentakan Keen pun langsung menyahut. "Itu waktu di Bali, aku kan jadi model," ujar Shassy dengan santai.Keen mengerutkan dahinya. "Model apa?" tanyanya."Ya model biasalah … majalah atau sejenisnya, aku juga gak begitu tahu," sahut Shassy dengan santai.Keen lalu melepaskan cengkeramannya, ia menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Kamu difoto tapi tidak tahu akan di bawa ke mana foto itu.""Ya, tapi aku yakin dia tidak akan sembarangan karena dia itu teman sekolahku dulu," tukas Shassy dengan santai."Teman sekolah?" ucap Keen yang berubah menjadi penasaran."Iya. Dia itu sahabat aku saat sekolah, seperti tidak terpisahkan waktu itu," ujar Shassy sambil te
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.