Shassy yang tersentak karena bentakan Keen pun langsung menyahut.
"Itu waktu di Bali, aku kan jadi model," ujar Shassy dengan santai.Keen mengerutkan dahinya. "Model apa?" tanyanya.
"Ya model biasalah … majalah atau sejenisnya, aku juga gak begitu tahu," sahut Shassy dengan santai.
Keen lalu melepaskan cengkeramannya, ia menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Kamu difoto tapi tidak tahu akan di bawa ke mana foto itu."
"Ya, tapi aku yakin dia tidak akan sembarangan karena dia itu teman sekolahku dulu," tukas Shassy dengan santai.
"Teman sekolah?" ucap Keen yang berubah menjadi penasaran.
"Iya. Dia itu sahabat aku saat sekolah, seperti tidak terpisahkan waktu itu," ujar Shassy sambil te
Malam harinya … Seperti yang sudah di jadwalkan, Keen pun pergi ke sebuah gedung tempat pameran dan pertunjukan perhiasan diadakan. Ia pun masuk ke dalam gedung bersama dengan Manila, wanita yang ditemuinya di restoran pagi tadi.Semua berjalan lancar, pertunjukan yang memamerkan rancangannya pun berjalan dengan mulus tanpa ada masalah sedikit pun.Tapi saat acara masih berlangsung Keen terlihat tak berkonsentrasi pada pertunjukkan dan berkali-kali mengecek ponselnya."Ada apa Keen?" tanya Manila yang penasaran dengan tingkah Keen, karena baru kali ini ia melihat Keen gelisah seperti itu."Tak apa," sahut Keen yang terdengar kesal."Tap
"Ah, ada apa ini," ujar Keen yang baru sadar."Mas ad—""Nyonya cepat keluar setelah saya," ujar sopir yang juga baru sadar setelah mengalami kecelakaan itu."Tapi—""Cepat, saya sudah memanggil polisi," ujar sopir itu lagi.Tanpa bicara lagi Shassy menggandeng tangan Keen merangkak ke semak-semak yang ada di samping mobil itu, bersamaan dengan sopir yang keluar dari mobilnya dengan tubuh yang terhuyung-huyung."Help me!" teriak sopir tadi meminta tolong pada orang-orang itu seolah tidak tahu kalau mereka adalah komplotan dari mobil yang baru saja menabrak mobilnya.Orang-orang itu pun berpura-pura menolong sopir itu, dan menanyainya tentang Keen dan Shassy.
"Aku …" Ardi tak melanjutkan kalimatnya.Keen pun tersenyum sinis. "Shassy itu istriku, tidak ada yang berhak mengatakan hal seperti itu, apa lagi kamu," tegas Keen.Ardi dengan cepat melepaskan tangannya dari kerah pakaian Keen dan mundur selangkah. "Baik, aku memang tidak berhak mengatakan apapun tentang hubungan kalian.""Bagus kalau kamu menyadarinya," tandas Keen."Tapi bukan berarti dia tidak bisa pergi dari kamu," sahut Ardi dengan santai. "Aku bisa saja mengatakan semuanya pada Shassy tapi aku berharap kamu bisa mengatakan semuanya sendiri. Terlebih lagi dia terlihat tulus pada kamu, aku harap kamu tidak bodoh seperti aku yang pernah mengecewakan dia."Keen terdiam sejenak. 'Berapa banyak laki-laki yang pernah masuk di hatinya,' batin Keen lalu m
"Masih berani kamu muncul di depanku?" geram Keen.Laki-laki itu tersenyum lebar dan berdiri di samping Keen. "Ya mau bagaimana lagi, aku itu kan terpaksa melakukan itu kemarin. Kamu tanya saja pada Tuhan kalau gak percaya," ujarnya lalu menghela napas berat."Jangan membuat drama. Memangnya apa yang bisa mereka lakukan, sampai kamu bilang terpaksa?" tanya Keen dengan tatapan sinis."Kamu tanya saja pada istrimu," jawab laki-laki itu sambil menatap ke arah Shassy.Shassy pun langsung menyahut dengan ringan, "Tolong ya Dokter Arnold yang terhormat, saya itu hanya mengatakan beberapa hal dan Anda langsung setuju.""Iya, kamu memang hanya mengatakan beberapa hal Nyonya Keen tapi kamu mengatakannya pada istriku. Beberapa hal itu jadi banyak setelahnya," ucap Arnold
Keen pun masuk dari pintu lain dengan tenang. Ia terus berjalan dengan santai seperti layaknya pengunjung restoran lainnya.Ia terus berjalan sambil mengedarkan pandangannya ke segala arah, hingga …"Tuan, apa ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang pelayan restoran yang baru saja meletakkan makanan di salah satu meja pelanggan.Keen pun menjawab, "Oh iya, saya sedang mencari seseorang. Dia laki-laki dengan tinggi yang hampir sama dengan saya, menggunakan sweater berwarna coklat dan masuk ke sini bersama dengan pemuda yang menggunakan kemeja biru," ucapnya memberitahukan pakaian Arnold dengan sopirnya."Tunggu sebentar Tuan," sahut pelayan itu, lalu pergi ke salah satu temannya.'Jangan-jangan mereka sudah menemukan Arn
Setelah mendengar bentakan Keen, Arnold pun membuka matanya."Lah, kok nggak mati?" celetuk Arnold.Keen menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengarkan ucapan Arnold tersebut. "Kamu pengen mati?" tanya Keen."Ya bukan begitu juga," jawab Arnold lalu membalik tubuhnya dan melihat ke arah anak buah tuan Bastomi.Sesaat kemudian."Nah, hajar itu … hajar!" teriak Arnold yang begitu senang karena melihat anak buah Keen yang sedang menghajar anak buah tuan Bastomi."Ar, kamu masih dokter kan?" ujar Keen dengan santai.Arnold yang mendengar ucapan Keen pun langsung merubah sikapnya. "Ehem, benar. Maaf aku kelepasan," ucap Arnold.
"Diam kamu!" bentak Keen pada Arnold yang baru saja berteriak minta tolong itu."Baiklah santai … aku tidak akan mengganggu kalian bertengkar lagi, tapi tolong dipercepat sedikit bertengkarnya soalnya istriku sudah menunggu di rumah," ujar Arnold lalu duduk di kursi taman yang ada di dekat Keen.Dan dari arah lain …Ada apa ini Nona?" tanya seorang laki-laki yang berjalan mendekat ke arah Keen dan Shassy.Shassy pun menatap ke arah laki-laki itu dan ingin membuka mulutnya, tapi ia di dahului oleh Keen."Apa kamu sudah menikah?" tanya Keen pada laki-laki itu."Ya, itu istriku," ucap laki-laki itu menunjuk ke arah seorang wanita yang berjalan ke arah mereka sambil menggendong bayi kecil.&
"Itu ... akan aku panggilkan teman-teman kamu, biar mereka memegangi kamu," ujar gadis itu dengan santai.Pemuda itu pun menghela napas dalam."Kenapa kamu menghela napas seperti itu, apa ada yang salah?""Tidak Nona, tapi kalau Tuan tahu Anda di sini, saya dan Anda pasti akan terkena masalah," ujar pemuda itu dengan sopan."Kenapa terkena masalah? Aku kan hanya menjenguk kamu, memangnya salah aku menjenguk orang sakit?" tanya Dira dengan sok polos."Bukan begitu, tapi—""Sudah jangan banyak bicara, kamu cepatlah makan," ucap Dira yang masih kekeh ingin menyuapi Tristan.Dan akhirnya Tristan pun membuka mulutnya karena sudah tidak tahan mendengar bujukan Dira yang tak ad
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.