"Diam kamu!" bentak Keen pada Arnold yang baru saja berteriak minta tolong itu.
"Baiklah santai … aku tidak akan mengganggu kalian bertengkar lagi, tapi tolong dipercepat sedikit bertengkarnya soalnya istriku sudah menunggu di rumah," ujar Arnold lalu duduk di kursi taman yang ada di dekat Keen.
Dan dari arah lain …
Ada apa ini Nona?" tanya seorang laki-laki yang berjalan mendekat ke arah Keen dan Shassy.
Shassy pun menatap ke arah laki-laki itu dan ingin membuka mulutnya, tapi ia di dahului oleh Keen.
"Apa kamu sudah menikah?" tanya Keen pada laki-laki itu.
"Ya, itu istriku," ucap laki-laki itu menunjuk ke arah seorang wanita yang berjalan ke arah mereka sambil menggendong bayi kecil.
&
"Itu ... akan aku panggilkan teman-teman kamu, biar mereka memegangi kamu," ujar gadis itu dengan santai.Pemuda itu pun menghela napas dalam."Kenapa kamu menghela napas seperti itu, apa ada yang salah?""Tidak Nona, tapi kalau Tuan tahu Anda di sini, saya dan Anda pasti akan terkena masalah," ujar pemuda itu dengan sopan."Kenapa terkena masalah? Aku kan hanya menjenguk kamu, memangnya salah aku menjenguk orang sakit?" tanya Dira dengan sok polos."Bukan begitu, tapi—""Sudah jangan banyak bicara, kamu cepatlah makan," ucap Dira yang masih kekeh ingin menyuapi Tristan.Dan akhirnya Tristan pun membuka mulutnya karena sudah tidak tahan mendengar bujukan Dira yang tak ad
'KLAK!' Gagang pintu kamar itu di gerakan oleh Dira hingga terbuka sedikit.Dan …"STOPP!" teriak Shassy yang membuat Dira menghentikan tangannya yang mulai membuka pintu itu."Ada apa Kak?" tanya Dira yang terdengar khawatir."Itu … tutup kembali pintunya, aku sedang ganti baju," ucap Shassy dengan cepat."Oh baiklah, kalau begitu aku tunggu Kakak di taman ya," ujar Dira selanjutnya."Oke, oke tunggu aku di taman, aku akan segera ke sana," sahut Shassy.Lalu Dira pun menutup pintu itu lagi."Huft," Shassy menghela napas lega. Tapi helaan itu berubah menjadi pekikakan lagi, saat Keen menyentak dari bawah.
Tapi Shassy tak kunjung bangun."Tolong! Tolong!" teriak Dira yang membuat semua orang yang ada di kapal tersebut langsung menatap ke arahnya.Hingga beberapa anak buah Keen pun datang mendekat ke arah Dira dan membawa Shassy masuk ke dalam sebuah kamar istirahat di dalam kapal tersebut.Dira pun terus mengikuti para anak buah Keen tersebut dan menjaga Shassy di dalam kamar itu."Kak, kamu kenapa sih …" ujar Dira yang khawatir melihat keadaan Shassy. Tak lama kemudian Nyonya Tiara, Keen dan Arnold pun masuk ke dalam kamar itu."Ada apa dengan Shassy?" tanya Keen yang terlihat sangat khawatir dan segera mendekat ke ranjang.
Setelah membaca dengan cepat berita yang beredar di sosial media itu, Keen lalu menggenggam erat ponsel tersebut."Apa Barack sudah bergerak?" tanya Keen pada anak buahnya sambil mengembalikan ponsel tersebut."Sudah Tuan, tapi saya mendengar dia sedikit kesulitan untuk masalah ini," ujar Anak buah Keen sambil mengikuti langkah kaki Keen."Hubungi dia," perintah Keen dengan suara dinginnya."Baik Tuan." Anak buah Keen pun segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuannya.Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya panggilan itu pun di angkat."Halo," sapa Barack—sekretaris Keen.Anak buah Keen pun memberikan ponselnya pada Keen kembali.&
Semua orang yang ada di ruangan itu pun menatap ke arah wanita yang baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut.Wanita dengan dua laki-laki di belakangnya itu pun segera berjalan dengan arogan ke arah Keen dan Shassy.'Kenapa wanita itu ke sini,' batin Keen yang menatap ke arah wanita itu dengan tajamSedangkan para wartawan pun segera menyorot ke arah wanita yang berpakaian cukup terbuka dengan tubuh tinggi semampai itu."Dasar wanita tidak tahu diri!" teriak wanita itu sekali lagi saat sudah berada tepat di depan Shassy sambil mengangkat tangannya dan dengan cepat mengarahkan tangan itu pada wajah Shassy.Tapi Keen tak kalah cepat, ia dengan sigap menangkap tangan wanita itu hingga tak sampai menyentuh wajah Shassy.
Lagi-lagi terdengar benda pecah saat Manila ingin bicara. Namun kali ini benda itu bukan menyasar ke samping Manila tapi tepat menghantam meja kaca yang ada di hadapan Manila. Dan benar saja meja itu pecah berantakan, hingga membuat Manila yang tadinya berdiri tegap kini terduduk di kursi yang ada di belakangnya karena syok."Mas," lirih Shassy sambil menggenggam tangan Keen agar Keen menghentikan perbuatannya itu.Keen pun menatap Shassy dengan kesal. "Kenapa, apa kamu ingin membela dia?" tanyanya.Shassy lalu menghela napas panjang. "Membela apanya. Aku menghentikan kamu karena menghitung benda-benda yang pecah barusan," jawab Shassy dengan santai sambil memandangi meja kaca yang baru saja pecah itu."Shass, kamu itu—" Kalimat Keen terhenti saat melihat sen
"Dia …" Keen terdiam sesaat sambil memperhatikan layar tersebut."Iya, kasian sekali laki-laki ganteng tiba-tiba mati dibunuh oleh istrinya. Dasar wanita kejam," ujar Shassy sambil terisak.Keen menghela napas dalam. "Itukan hanya film Shass," ujarnya."Tapikan dia mati." Shassy mulai terisak lagi.Keen pun segera mengusap-usap punggung Shassy. "Sudah-sudah, jangan menangis lagi. Hari ini aku ingin mengajak kamu pergi jalan-jalan, mau kan?" tanyanya dengan santai.Shassy lalu melepaskan pelukannya pada Keen dan menyahut, "Mau.""Baiklah, sekarang kamu bersiap," ucap Keen dengan sabar."Iya," ucap Shassy lalu kembali masuk ke kamar mandi lagi.
"Astaga, kenapa ini?" tanya Shassy yang syok melihat istri Arnold sedang terduduk di lantai dengan sedikit darah tercecer."Apa dia sedang sakit?" tanya Keen sambil menatap istri Arnold yang sedang meringis kesakitan."Saya tidak tahu Tuan, ibu tadi pagi baik-baik saja," jawab asisten rumah tangga tersebut."Apa jangan-jangan Mbak Naina sedang hami?" tanya Shassy pada wanita paruh baya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga tersebut."Saya tidak tahu Nona, ibu tidak cerita pada saya," sahut asisten rumah tangga itu.Lalu Keen segera memberikan anak kecil yang ada di tangannya pada Shassy. "Kamu jaga dia, aku akan membawa Naina ke rumah sakit," ujar Keen."Baik," sahut Shassy sambil menganggukkan kepala.
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.