Keesokan harinya,
Setelah pulang kerja, Keen segera membawa mobilnya menuju rumah sakit.
"Mas, kalau kamu sedang sibuk, aku bisa ke rumah sakit sendiri kok," ujar Shassy yang tahu kalau malam itu Keen mempunyai jadwal untuk berkunjung ke beberapa toko yang ada di Jakarta.
"Kenapa kamu baru mengatakan hal itu sekarang?" ujar Keen dengan nada datar yang menjengkelkan.
"Ya … Itu kan karena kamu tidak bilang kalau mau mengantarku pergi ke rumah sakit," protes Shassy.
Keen mengerutkan dahinya. "Harusnya, sebagai asisten pribadi kamu itu tanggap."
"Aku itu asisten, bukan malaikat! Mana bisa aku membaca pikiran Anda, Tuan Keenan," ujar Shassy dengan penekanan di setiap katanya.
Setelah berdebat panjang lebar, Shassy akhirnya mengerti maksud perkataan Keen. Tapi ia terus berpura-pura tak mengerti, karena merasa malu jika harus menyetujui permintaan Keen tersebut."Huff," Keen menghela napas, "aku sudah tidak tahu lagi, kamu taruh di mana otakmu saat ini. Yang jelas, jika kamu macam-macam akan aku patahkan kakimu. mengerti!" teriak Keen di akhir kalimatnya.Shassy lalu mencebik ke arah Keen, tanpa menjawab perkataan Keen lagi."Kam … mu!" geram Keen.Tok! Tok! Tok! Sebuah ketukan di pintu ruangan itu, membuat mereka berdua langsung menatap ke arah pintu dan menatap orang yang baru masuk ke dalam ruangan itu.Tatapan tajam dari mereka berdua, membuat OB yang baru masuk ke dalam ruangan itu gemetaran saat meletakkan kopi di atas m
Shassy dan Keen segera pergi meninggalkan sekolahan Dira. Sedangkan masalah Dira tersebut kini diserahkan pada pengacara keluarga Keen."Ayo Mas cepat," ujar Shassy yang yang baru saja masuk ke dalam mobil tersebut bersama dengan Keen.Keen lalu membawa mobil tersebut secepat mungkin menuju rumah sakit. Setelah setengah jam, akhirnya mereka pun sampai di rumah sakit tempat tuan Sutomo dirawat saat ini. Mereka segera berlari hingga sampai di depan ruang IGD."Apa yang sebenarnya terjadi?"tanya Shassy pada pelayan yang menemani tuan Sutomo ke rumah sakit. Pelayan itu adalah pelayan kepercayaan Shassy, dia memang khusus ditugaskan untuk menjaga papanya."Itu Nona, tadi saat Anda menelepon saya seda
"Iya Nona, kami sudah memberikan uang mukanya," ujar salah satu dari orang-orang tersebut.Shassy mengerutkan dahinya. "Apa maksud kalian dengan semua itu, aku tidak pernah menjual rumah ini," tegas Shassy.Orang yang berbicara tadi lalu mengambil tas yang ada di meja. "Tunggu Nona, tapi kami sudah mendapat fotokopi sertifikat dan surat keterangannya."Orang itu lalu menunjukkan surat keterangan dan fotokopi sertifikat rumah tersebut. "Ini, silahkan dilihat."Shassy menggenggam erat bukti tersebut. "Siapa yang memberikan benda ini pada kalian?" geram Shassy."Bu Kartika dan pak Sutomo sendiri yang memberikan semua ini. Dan ini juga ada tanda tangan dari Pak Sutomo," ucap orang tersebut sambil menunjukkan tanda tangan yang dimaksud. 
Di rumah sakit, Shassy dan Keen sedang menunggu di depan ruang IGD. Keen terlihat sedang mondar-mandir di depan ruangan itu."Duduklah," ujar Shassy dengan suara halus, mencoba menenangkan Keen.Keen pun menurut dan duduk di sebelah Shassy. Shassy lalu mengusap wajah Keen dan menariknya pelan agar bersandar di pundaknya."Tenanglah, dia akan baik-baik saja," ujar Shassy yang terus mencoba menenangkan."Apa sebenarnya yang dilakukan anak itu," ucap Keen dengan suara serak.Shassy terus mengusap-usap wajah Keen tanpa memberikan sahutan.Beberapa saat kemudian,"Dok, bagaimana?" tanya Keen sambil berdiri dengan cepat dan berjal
"Apanya yang canggih?" tanya Keen."Anak buah kamu, mereka canggih sekali langsung tanggap seperti itu," jawab Shassy sambil melangkah dengan cepat bersama Keen masuk ke dalam rumah. Mereka pun terus melangkah hingga sampai di kamar mereka. Sesaat setelah kamar terbuka, Shassy dengan cepat berlari ke ranjang dan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang tersebut."Hah, leganya," ujar Shassy sambil membolak-balik tubuhnya, lalu menghirup wangi selimut yang sedang di pegangnya"Kamu lega kenapa?" tanya Keen sambil melepas pakaiannya dan menaruhnya di sofa dengan santai.Shassy melirik hal itu, dan segera berdiri lalu melangkah ke arah sofa."Kamu tuh ya Mas, selalu saja meletakkan pakaianmu sembarangan,"
Setelah Barack dan orang yang ditemuianya itu pergi dari parkiran, Shassy dan Keen pun segera keluar dari mobil.Keen dengan cepat menelepon anak buahnya, memerintahkan mereka untuk memeriksa CCTV di rumah sakit itu.*Setelah selesai menelepon."Mas, memang semudah itu mendapatkan rekaman CCTV rumah sakit ini? Dan—""Hentikan kalimatmu," sela Keen. "Itu semua memang sudah tugas mereka," imbuhnya."Ya tapi kan gak setengah jam juga," protes Shassy yang mendengar kalau Keen hanya memberikan waktu setengah jam pada anak buahnya untuk mendapatkan rekaman CCTV yang dia inginkan.Keen lalu berjalan menjauh dan menyahut, "Kenapa kamu memikirkan orang lain, lebih baik kamu memikirkan apa yang ada di depanmu."
Keen pun segera keluar dari kamarnya, menatap dengan kesal ke arah anak buahnya yang masih menunggu di depan kamarnya itu."Katakan, siapa?" tanya Keen dengan nada dingin.Anak buah Keen lalu membisikkan sesuatu ke telinga Keen."Apa benar itu?" tanya Keen yang terkejut mendengar apa yang di katakan oleh anak buahnya."Benar Tuan," sahut anak buah Keen dengan cepat.Keen lalu mengusap-ngusap wajahnya. "Kamu bawa yang lainnya ke taman!" perintah Keen."Baik Tuan.""Dan satu lagi, aku mau semuanya siap dalam satu jam. Kerahkan semua orang untuk membantu tapi jangan sampai membuat dia curiga, mengerti," ujar Keen dengan wajah serius.
Shasssy pun terdiam, suasana pun menjadi hening beberapa saat."I-ini," gumam Shassy cukup lama.Keen mengerutkan dahinya, sedangkan Raka masih terus tersenyum hangat menatap Shassy.Shassy lalu menghadap Raka dan di saat itu juga Keen langsung berbalik melangkah pergi."Mas, terima kasih kamu sudah datang kemari tapi maaf aku tidak bisa menerima hadiah kamu ini," ujar Shassy dengan sebuah senyum ramah.Mendengar hal itu, Keen langsung berhenti."Tapi kenapa?" tanya Raka."Aku sangat menghargai dan menghormati kamu, sangat tidak pantas kamu datang kemari membawa bunga seperti ini untuk wanita yang sudah bersuami. Apa lagi kamu adalah tunangan a
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.