Keen pun segera keluar dari kamarnya, menatap dengan kesal ke arah anak buahnya yang masih menunggu di depan kamarnya itu.
"Katakan, siapa?" tanya Keen dengan nada dingin.
Anak buah Keen lalu membisikkan sesuatu ke telinga Keen.
"Apa benar itu?" tanya Keen yang terkejut mendengar apa yang di katakan oleh anak buahnya.
"Benar Tuan," sahut anak buah Keen dengan cepat.
Keen lalu mengusap-ngusap wajahnya. "Kamu bawa yang lainnya ke taman!" perintah Keen.
"Baik Tuan."
"Dan satu lagi, aku mau semuanya siap dalam satu jam. Kerahkan semua orang untuk membantu tapi jangan sampai membuat dia curiga, mengerti," ujar Keen dengan wajah serius.
<Shasssy pun terdiam, suasana pun menjadi hening beberapa saat."I-ini," gumam Shassy cukup lama.Keen mengerutkan dahinya, sedangkan Raka masih terus tersenyum hangat menatap Shassy.Shassy lalu menghadap Raka dan di saat itu juga Keen langsung berbalik melangkah pergi."Mas, terima kasih kamu sudah datang kemari tapi maaf aku tidak bisa menerima hadiah kamu ini," ujar Shassy dengan sebuah senyum ramah.Mendengar hal itu, Keen langsung berhenti."Tapi kenapa?" tanya Raka."Aku sangat menghargai dan menghormati kamu, sangat tidak pantas kamu datang kemari membawa bunga seperti ini untuk wanita yang sudah bersuami. Apa lagi kamu adalah tunangan a
Shassy terkejut karena di depannya terlihat seseorang yang sedang dengan santainya minum es jeruk, dan juga ada seseorang yang tengah menambahkan sesuatu ke kepala orang yang tengah minum es jeruk itu."Jangan lupa kejang-kejang, ngerti," ujar orang yang tengah meneteskan cairan berwarna merah ke kepala orang tersebut."Kalian sedang apa?" tanya Shassy dengan suara agak tinggi, hingga membuat orang-orang yang ada di sekitarnya menatap ke arahnya."Hei, siapa ini!" teriak orang yang sedang minum jus jeruk tersebut menatap ke arah lain.Shassy lalu menatap ke orang di sampingnya."Ini sedang syuting, kamu ngapain di sini kalau gak syuting," tukas orang di samping Shassy tersebut.
"Ayo Mas masuk," ucap Shassy yang mengajak Keen masuk ke dalam sebuah warteg yang terlihat ramai pengunjung.Keen menghela napas dalam-dalam sebelum masuk ke dalam warung tersebut. Setelah itu Keen segera mengikuti langkah Shassy yang sudah lebih dulu masuk ke dalam warung tersebut."Mak, dua porsi lengkap ya," ujar Shassy dengan santainya.Keen pun segera duduk di dekat Shassy sambil melirik raut wajah Shassy yang terlihat sangat bahagia.'Sudah jelas dia berusaha mengerjaiku," batin Keen dengan sebuah senyum tipis tersungging di wajahnya."Mas, aku sudah memesankan kamu makanan, kamu tenang saja," ujar Shassy dengan santai.Keen pun menyahut dengan tenang, "Iya, terima kasih kamu perhatian padaku ternyata."
Keesokan paginya …"Mas, hari ini aku tidak masuk kerja," ucap Shassy sambil memasukkan ponsel dan beberapa benda ke dalam ponselnya."Kamu mau kemana?" tanya Keen yang tengah membetulkan dasinya di depa cermin."Pagi ini aku akan mengantar Nenek angkat ke Terminal, mereka ingin pulang ke Tulungagung," ujar Shassy dengan santai."Terminal?" tanya Keen."Iya, mereka bilang mereka sudah membeli tiketnya." jawab Shassy dengan santai sambil mengangkat tasnya."Tidak, mereka akan di antar oleh orang-orangku. Kasian Nenek Marmi jika harus berdesak-desakan," sahut Keen. "Dan apa kamu sudah menyiapkan semuanya?" tanya Keen sambil menatap Shassy dengan hangat.
Malam harinya di ruang tamu rumah keluarga Keen, terlihat Dira dan Keen yang sedang duduk bersama di ruang tamu.Keen saat itu sedang menunggu Shassy yang masih bersiap untuk ke pesta bersama Keen, sedangkan Dira yang baru selesai belajar langsung pergi ke ruang tamu dan dusduk di samping Keen."Sudah selesai belajarnya?" tanya Keen sambil menatap ponsel yang ada di tangannya."Sudah Kak," jawab Dira sambil menatap Keen yang tengah serius."Ke Milan ya," gumam Keen sambil terus menatap ponselnya."Kak," panggil Dira."Iya," sahut Keen dengan cepat tapi tak memperhatikan Dira.Dira pun langsung memeluk Keen dari samping. "Terima kasih ya Kak," ucapanya.
Shassy lalu diam dan melihat semua pertunjukkan berjalan, ia terus memperhatikan setiap gerak-gerik Sherin dan bekas Mama tirinya itu.'Bagaimana bisa mereka berdua menikah dengan orang yang sama saat ini,' batin Shassy yang merasa risih ketika memikirkan hal itu."Kenapa kamu terus menatap mereka?" tanya Keen dengan berbisik di telinga Shassy."Bisa-bisanya Mas mereka menikah dengan satu orang, bukankah itu sesuatu yang tidak wajar?" jawab Shassy dengan ikut berbisik juga.Keen lalu tersenyum kemudian memeluk pinggang Shassy. "Kenapa? Kamu kasihan pada mereka?" tanya Keen."Aku tidak mungkin kasihan pada mereka, hanya saja agak mual membayangkan saat mereka melakukan—" Shassy langsung menghentikan kalimatnya yang hampir saja keceplos
Setelah mengendarai mobil selama setengah jam, akhirnya mereka sampai di tempat yang sudah di tentukan.Keen dan Shassy pun masuk dengan santai ke dalam tempat yang mirip dengan club malam tersebut."Mas, aku belum pernah mendengar tempat ini sebelumnya. Ini tempat apa?" tanya Shassy, berbisik sambil terus memperhatikan sekitarnya.Keen pun dengan cepat memeluk pinggang Shassy hingga membuat Shassy tersentak dan dengan cepat berbalik menatap Keen dengan mata yang membulat karena Shassy merasa ini sedang berada di tempat umum."Kenapa kamu memelototiku seperti itu? Coba kamu lihat yang lain," bisik Keen sambil melirik ke Salah satu sisi tempat tersebut.Shassy pun ikut melihat ke arah yang ditunjuk oleh Keen, dan sesaat kemudian Shassy
Setelah sekilas Keen mendengar keterangan dari anak buahnya Keen dengan cepat membawa mobil itu kembali ke rumah.Sesampainya di rumah."Mas," panggil Shassy."Kamu temani Dira, aku mau sendiri dulu," ucap Keen tanpa menatap ke arah Shassy. Setelah mengatakan hal itu Keen dengan cepat berjalan meninggalkan Shassy dan masuk ke dalam ruang baca yang ada di dalam sebuah bangunan di samping rumah.Setelah masuk ke dalam ruangan itu, Keen dengan cepat mematikan lampu ruangan tersebut. Ia menyalakan sebuah lilin yang ada di ruangan itu lalu membuka tirai jendela, membiarkan sinar bulan masuk ke dalam ruangan yang cukup besar itu.Setelah membuka tirai, Keen
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.