Home / Romansa / Salah Jodoh / 2 – Kekasih Palsu

Share

2 – Kekasih Palsu

Author: Ally Jane
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Freesia sudah sampai di base pertama. Saat ini, Freesia, Bramasta, dan pria asing yang mendadak menjadi kekasihnya itu duduk satu meja. Bramasta tampak menatap pria di samping Freesia ini lekat. Jelas dia menghakimi pria ini dari penampilannya.

Omong-omong, Freesia bahkan tidak tahu nama pria yang sekarang menjadi kekasihnya ini. Oh, pria yang malang. Dia tiba-tiba harus menjadi kekasih Freesia dan dihakimi oleh pria sombong yang duduk di depan Freesia ini.

“Jadi … dia adalah kekasihmu?” Bramasta menyelesaikan sesi penghakimannya pada kekasih palsu Freesia dan akhirnya menatap Freesia.

Freesia tersenyum semenyesal mungkin. “Maaf,” Freesia berkata. “Aku benar-benar menyesal karena harus mengacaukan perjodohan kita seperti ini.”

Bramasta menggeleng. “Tidak,” sahutnya. “Sama sekali tidak kacau. Kau hanya punya kekasih. Itu tak mengubah apa pun.”

Freesia berusaha untuk menahan umpatannya. F***ing crazy. Apa yang dipikirkan pria ini?

“Apa … maksudmu?” tanya Freesia hati-hati.

“Kau tahu apa arti perjodohan kita,” ucap Bramasta. “Kerja sama perusahaan. Tidak kurang dan tidak lebih. Jadi, kau bisa memiliki kekasih, begitu pun aku. Kita hanya perlu terikat dalam pernikahan, dan tetap hidup bebas di baliknya.”

Hell, no! Hidup bebas, apanya?! Freesia tidak bodoh!

Dengan nenek Freesia seperti itu, bagaimana Freesia bisa hidup bebas? Freesia bahkan sudah bisa menggambarkan masa depannya jika dia menikah dengan Bramasta Adibrata sialan ini.

Sebagai Nyonya Adibrata, dia akan bertemu dengan para Nyonya lainnya, menghabiskan waktu untuk hal semacam minum teh, arisan mewah, menonton konser musik klasik, pesta ini-itu, ugh … membayangkannya membuat Freesia mual. Dan lagi! Dia tidak akan bisa mengumpat dengan bebas. Lalu, di mana dan bagaimana Freesia bisa meluapkan stresnya?

Freesia bergidik memikirkan itu.

“Kau kedinginan?” tanya Bramasta.

Freesia menggeleng, tapi kemudian, tiba-tiba Freesia merasakan sesuatu tersampir di bahunya. Freesia menunduk untuk mengecek keberadaan sebuah jaket kulit di sana. Freesia menoleh ke samping, ke arah pria yang mendadak menjadi kekasihnya itu.

Pria itu sudah membantu Freesia hingga sejauh ini. Freesia tidak akan menyia-nyiakan bantuannya.

“Kau tahu cara yang lebih romantis untuk menghangatkanku, Sayang,” Freesia berkata, lalu berdiri dan menangkup wajah pria itu, sebelum ia menunduk dan mencium bibir pria itu.

Freesia sudah mendengar banyak cerita ciuman dari teman-temannya. Dasar para tukang pamer itu! Namun, berkat mereka, Freesia jadi punya cukup pengetahuan tentang hal seperti ini.

Seperti, tentang bagaimana ciuman bisa menghangatkan tubuh. Ciuman yang panas. Freesia menyentuh bibir pria itu dengan ujung lidahnya, berharap pria itu tidak akan terlalu terkejut. Namun, pria itu membuka bibirnya dan membalas ciuman hati-hati Freesia dengan ciuman panas.

Tangan Freesia yang tadinya ada di wajah pria itu, berpindah di bahunya untuk berpegangan ketika kakinya terasa lemas karena ciuman pria itu. He’s a f***ing good kisser! Hah! Freesia rasanya ingin memamerkan ciuman pertamanya ini pada para tukang pamer itu.

Namun sebelum itu, bagaimana Freesia akan mengakhiri ciuman ini? Semakin lama, ciuman pria ini semakin … panas. Freesia mulai merasakan kabut di kepalanya. Hingga akhirnya, Freesia kehabisan napas. Freesia baru akan mendorong pria itu, tapi pria itu mengakhiri ciuman mereka.

Freesia terengah kehabisan napas, matanya bertemu dengan mata pria itu. Abu-abu. Matanya berwarna abu-abu.

“Jika kau menggodaku seperti ini, aku tidak akan bisa menahan diri, Sayang,” ucap pria itu kemudian.

Eh?

Freesia menunduk merasakan sebuah tangan mengusap pinggangnya. Sejak kapan tangan pria itu melingkar di pinggang Freesia?

Suara deheman dari seberang meja menyadarkan Freesia dan ia segera menarik diri untuk kembali duduk di kursinya. Freesia melirik pria di sebelahnya yang tampak sedikit menunduk, tapi Freesia bisa melihat senyum di ujung bibirnya.

Uh, mendadak Freesia merasa malu. Itu tadi ciuman pertamanya. Dan itu ciuman yang sangat panas. Kenapa Freesia harus kehabisan napas di tengah ciuman itu sementara pria itu tampak baik-baik saja? Padahal, Freesia yang memulai ciuman itu, tapi ia mengakhirinya dengan memalukan.

“Maaf,” ucap pria di sebelah Freesia sembari menatap Bramasta. “Tapi, seperti yang kau lihat, cinta kami begitu panas. Apa pernikahan kalian bahkan bisa  menyembunyikan cinta kami untuk sama lain?”

Pria ini pasti seorang aktor! Namun, karena Freesia bahkan tak bisa mengenalinya, mungkin dia aktor pemula, atau karirnya tidak begitu bagus. Oh, Freesia akan menjadi sponsornya dan memastikan dia menjadi aktor paling bersinar tahun ini!

Namun, tentu saja, Bramasta adalah tokoh villain yang tidak akan membiarkan hidup Freesia dan aktor ini berakhir bahagia. Karena kemudian, pria itu bertanya tajam pada kekasih palsu Freesia,

“Apa kau tahu siapa Freesia?”

“Gadis yang kucintai,” jawab pria di sebelahnya ini.

Freesia nyaris bersorak dan bertepuk tangan saking senangnya dengan jawaban romantis itu.

Namun, Bramasta sang Tokoh Villain, tak tampak begitu senang.

“Lalu, boleh aku tahu, siapa kau dan dari keluarga mana kau hingga kau berani mendekati Freesia Martin?” tanya Bramasta dengan ekspresi persis seperti tokoh jahat di film yang pernah Freesia tonton.

It’s Freesia Natasha Martin,” koreksi Freesia.

Bramasta melirik Freesia kesal, tapi tak mengatakan apa pun.

“Allen Woodz,” kekasih palsu Freesia itu menyebutkan namanya.

Allen Woodz. Allen Woodz. Allen Woodz.

Tak peduli berapa kali pun Freesia menyebutkan nama itu dalam kepalanya, ia tak mendapatkan gambaran satu pun. Sepertinya, dia memang pria biasa. Mungkin, aktor pembantu, mengingat aktingnya yang begitu meyakinkan.

“Woodz?” sebut Bramasta.

Freesia mengamati ekspresi Bramasta. Jangan bilang, pria itu mengenal keluarga kekasih palsu Freesia ini?

“Ya,” jawab Allen Woodz. “Dan karena Freesia sudah menegaskan jawabannya untuk perjodohan ini, kurasa kami bisa pergi, kan?”

Allen menggenggam tangan Freesia, lalu menariknya berdiri bersama pria itu. Freesia menatap Bramasta.

“Katakan pada nenekku, aku tidak akan pulang ke rumahnya,” Freesia berkata. “Tidak, sampai nenekku membatalkan perjodohan kita.”

Ah, Freesia berharap setidaknya ada satu foto ciumannya dengan Allen yang tersebar. Dan Freesia berharap, dengan begitu, neneknya akan menyerah untuk menjodohkan Freesia dengan siapa pun.

***

Allen dan Freesia akhirnya meninggalkan restoran dengan bergandengan tangan dan berdiri di depan pintu lift. Allen menekan tombol lift dan mereka menunggu lift bergerak naik dari lobi. Allen kemudian mendengar helaan lega napas Freesia. Allen menunduk menatap tangan gadis itu yang menggenggam erat tangannya.

Freesia Natasha Martin. Siapa gadis ini sebenarnya?

“Allen.”

Allen mengernyit merasakan sesuatu di dadanya seolah tertarik kuat tatkala namanya terucap dari bibir itu. Bibir yang tadi diciumnya dengan panas. Bahkan hingga saat ini, Allen masih mengingat dengan jelas rasa bibir itu.

Stroberi.

Mengingat itu membuat Allen mendadak ingin tersenyum. Ah … benar-benar aneh. Gadis yang aneh.

“Allen?” Panggilan gadis itu menyadarkan Allen.

Allen berdehem. “Ya?”

“Terima kasih,” ucap gadis itu sembari tersenyum.

“Tidak masalah,” sahut Allen. “Toh, aku tidak akan melakukannya secara gratis.”

Freesia seperti akhirnya sadar tentang apa ini.

“Ah, benar. Aku berutang satu permintaan untukmu,” ucap gadis itu. “Jadi, apa yang kau inginkan?”

“Kau benar-benar akan memberikan apa pun yang kuinginkan?” tanya Allen.

Freesia mengangguk. “Sebenarnya, aku menduga dirimu adalah aktor yang belum cukup bersinar. Well, aku tahu persaingan di industri itu memang sangat ketat. Tapi, aku bisa membantumu. Aku akan menjadi sponsormu dan memastikan kau menjadi aktor terbaik tahun ini.”

Aktor? Allen nyaris tertawa mendengar itu. Namun, gadis ini tidak sepenuhnya salah. Selama ini, Allen selalu berganti peran dalam melakukan pekerjaannya. Pun kali ini, Allen datang ke restoran itu sebagai pengunjung restoran. Hingga perannya berubah karena kemunculan Freesia. Dan tentu saja, rencananya juga berubah.

“Terima kasih untuk tawarannya, tapi bukan itu yang kubutuhkan,” Allen berkata.

Freesia mengerutkan kening. “Bukan itu? Lalu apa?”

Allen menatap wajah gadis itu, mempelajarinya. Wajahnya kecil. Matanya berpendar. Ah, begitu hidup. Hidung kecil dengan proporsi pas dengan wajahnya. Dan … bibir kecil stroberinya yang berwarna pink. Gadis ini mungkin masih remaja. Maksimal, usianya dua puluh tahun.

Mengingat di usia semuda ini sudah terikat perjodohan, Allen bisa membayangkan dia berasal dari keluarga macam apa. Namun, gadis ini sepertinya sudah bertekad untuk meninggalkan keluarga ‘terhormat’-nya itu.

Percakapan mereka terhenti ketika pintu lift terbuka. Allen dan Freesia masuk ke lift dan Allen menekan tombol lobi, membawa lift itu bergerak turun.  

“Omong-omong, kau bilang kau tidak akan pulang ke rumah nenekmu sampai perjodohan itu dibatalkan,” singgung Allen. “Lalu, kau akan tinggal di mana?”

“Aku bisa menginap di hotel atau villa,” jawab gadis itu.

“Kau punya uang untuk itu?” Allen memastikan.

“Tentu saja!” sahut gadis itu bangga. “Aku punya banyak uang.”

“Uangmu sendiri atau uang nenekmu?” tanya Allen.

Gadis itu mengerjap. “Tunggu!”

Gadis itu mengeluarkan ponsel dari tas selempang kecil yang dibawanya. Dari posisinya, Allen bisa melihat gadis itu mengecek saldo rekeningnya. Gadis itu punya beberapa puluh juta di rekeningnya.

“Uang tabunganku sepertinya akan cukup untuk bertahan selama sebulan atau dua bulan, setidaknya,” gumam gadis itu. “Argh! Jika tahu begini, seharusnya aku lebih rajin menabung!”

Gadis itu membuka akun bank-nya yang lain. Ada jumlah yang jauh lebih banyak di sana. Gadis itu berusaha mentransfer uang itu ke rekeningnya, tapi kemudian ada notifikasi jika akun itu sudah diblokir.

Wow. Cepat sekali neneknya bergerak.

“Argh …” Freesia mengerang frustrasi. “Semua kartuku juga pasti sudah diblokir. Sahamku tidak akan bisa kujual karena Nenek pasti sudah melakukan sesuatu dengan itu. Beberapa aset pribadi atas namaku pun adalah pemberian Nenek, jadi dia pasti sudah mengamankannya juga. What the f***ing hell!

Allen terkejut mendengar gadis itu tiba-tiba mengumpat.

“Jika dia pikir, dengan begini dia bisa membuatku menyerah, hell no f***ing way!” Gadis itu terus mengumpat selama beberapa waktu.

Allen berusaha menahan senyum ketika teringat seseorang yang ada di rumahnya. Mereka begitu mirip.

“Lalu, bagaimana kau akan memberikan apa yang kuinginkan?” tagih Allen.

“Ah, itu … um … sebelumnya, apa yang kau inginkan? Rumah? Gedung? Uang? Saham?” Freesia meringis. “Aku bisa memberikan uang muka dulu dan kita bisa membuat kontrak tentang itu. Sisanya akan kubayarkan begitu aku mendapatkan semua uangku kembali.”

“Dan bagaimana kau seyakin itu jika semua uangmu akan kembali? Itu bahkan bukan uangmu, tapi uang nenekmu,” sebut Allen.

Freesia kembali mengerang frustrasi.

“Tapi, aku tidak mengatakan jika itu yang kuinginkan,” ucap Allen.

Freesia mengerutkan kening. “Lalu, apa yang kau inginkan?”

Allen tersenyum miring. “Kau.”

***

Related chapters

  • Salah Jodoh   3 – Pay Out

    “Lalu, apa yang kau inginkan?” tanya Freesia.“Kau.”Jawaban Allen itu membuat Freesia melotot marah. “Kau … jangan kau pikir kau bisa merendahkanku hanya karena kau sudah membantuku! Aku tidak sudi …”Kata-kata Freesia terhenti oleh suara denting lift yang sudah tiba di lobi. Pintu lift terbuka dan Freesia melihat orang-orang neneknya menunggu di lobi. Sial!Freesia menekan tombol menutup, membuat pintu lift kembali tertutup. Lalu, Freesia menekan tombol lantai teratas gedung itu. Lift kembali bergerak ke atas dan Freesia bergerak ke belakang hingga punggungnya bersandar di dinding lift. Saat itulah, sesuatu jatuh dari bahunya.Freesia menunduk dan melihat jaket kulit yang tadi disampirkan Allen di bahunya mendarat di lantai. Ketika Allen tiba-tiba membungkuk ke arahnya, Freesia refleks memukul kepala pria itu ketika mendapati wajah pria itu berada tepat di depan pahanya.“Apa yang kau lakukan?! Dasar Mesum!” maki Freesia.Allen tidak lantas berdiri dan berlutut dengan satu kaki di s

  • Salah Jodoh   4 – The Boss

    Freesia tersentak ketika menyadari dirinya tertidur. Ia menatap sekeliling. Gelap. Sekelilingnya gelap. Freesia menoleh ke samping, tapi tak ada orang di sana. Di mana Allen?Jangan bilang … dia meninggalkan Freesia di sini? Tidak. Jangan bilang, ini tempat pertemuan pria itu dengan orang yang akan membeli Freesia? Apa dia benar-benar akan menjual Freesia?Suara ketukan dari kaca jendela depan membuat Freesia menatap ke depan dan ia bisa melihat Allen yang melambaikan tangan sembari tersenyum padanya. Pria itu lantas menunjuk telepon yang menempel di telinganya.Freesia membuka pintu mobil dan turun. Didengarnya Allen berkata,“Ya. Karena ini situasi tak terduga, kalian lanjutkan untuk plan B-nya.”Lalu, Allen menutup telepon dan menghampiri Freesia.“Kenapa kau keluar? Di sini dingin dan kau hanya memakai kaus tipis,” ucap pria itu.“Aku yang seharusnya bertanya,” balas Freesia. “Kenapa kau keluar? Kau bahkan tidak membangunkanku ketika aku tertidur. Apa aku sudah lama tertidur?”“S

  • Salah Jodoh   5 – No Afraid

    Setelah keributan di halaman depan ketika Freesia baru tiba di rumah Allen tadi, ia diantarkan ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Allen, sementara kamar Lily ada di sebelah kamar Allen yang lainnya. Freesia berusaha menenangkan diri dengan berendam air hangat. Ia berpikir panjang sembari berendam.Pertama, Allen mungkin tidak seperti yang ia pikir. Ia tidak sekadar dari keluarga kaya. Mengingat orang-orang yang ia sebut karyawannya tadi tidak tampak seperti bodyguard yang biasanya mengawal Freesia.Meski, pria itu tinggal di rumah yang besar dan mewah ini, dengan banyak pelayan, sama seperti di rumah nenek Freesia, tapi Freesia merasa … rumah ini berbeda. Ada aura yang berbeda di sini. Neneknya juga mengerikan dan selalu bersikap tegas pada semua pelayan. Namun, aura di tempat ini berbeda.Semua orang tampak takut pada Allen, tapi juga menghormatinya. Rasanya seolah semua orang di rumah ini siap untuk berlutut di depan Allen. Tak ada yang berani menatap mata Allen. Tempat ini

  • Salah Jodoh   6 – Good Morning

    Freesia terbangun karena ciuman di pipinya. Freesia panik selama sesaat, tapi suasana hatinya langsung membaik ketika menyadari siapa yang barusan mencium pipinya. Lily dengan senyum cerianya menyambut pagi Freesia bagai sinar mentari yang begitu hangat.“It’s fleaking molning, Fleesia. Waktunya bangun dan belmain!” seru Lily riang.“Selamat pagi, Lily,” sapa Freesia. “Itu yang harus kau ucapkan ketika bangun di pagi hari.”“Kenapa?” tanya Lily.“Karena mendengar orang menyapamu setiap pagi tentu terasa menyenangkan,” jawab Freesia.“Begitukah?” Mata Lily berbinar. “Baiklah. Selamat pagi, Fleesia.” Lily tersenyum lebar.“Good girl,” puji Freesia sembari menepuk lembut kepala Lily.“Fleesia, ayo mandi belsama. Aku ingin belendam denganmu,” ucap Lily.Freesia mengangguk. “Baiklah. Aku akan menyiapkan air hangatnya.”Lily bersorak dan berusaha turun dari tempat tidur. Freesia membantunya.“Aku akan memanggil Allen untuk mandi belsama kita,” ucap Lily sembari berlari ke pintu.Fressia sek

  • Salah Jodoh   7 – Calon Ibu Tiri

    Freesia tidak tahu bagaimana akhirnya dia bisa mandi sendiri di kamar mandi kamarnya, tanpa Lily maupun Allen, untungnya. Ia tidak tahu apa yang dikatakan Allen untuk membujuk putri kecilnya itu hingga dia tidak lagi memaksa mereka bertiga mandi bersama.Namun, ketika Freesia dipanggil dan disuruh turun untuk sarapan, dia melihat sebuntal … tidak, sesosok lebah, yang tampak begitu bulat, terutama bagian pantatnya. Freesia tak bisa menahan tawa ketika akhirnya melihat wajah Lily yang tampak begitu bulat karena rambutnya terbuntel kepala lebah.Meski begitu, Freesia segera menghentikan tawa karena setidaknya ada belasan pria berjas hitam bertubuh besar yang menatapnya tajam, sementara Lily tampak merengut. Allen yang sudah duduk di kursinya dan menikmati sarapannya tak sedikit pun tampak peduli.Freesia berdehem dan mendekati Lily. “Kenapa kau tiba-tiba menjadi lebah?” tanya Freesia penasaran.“Cause Allen so f***ing stupid idiot!” maki Lily kesal.Seperti tadi, Allen tak bereaksi dan d

  • Salah Jodoh   8 – Don’t Touch Her!

    Freesia tak tahu apa yang membuat Lily begitu takut berenang karena ketika dia masuk ke kolam renang bersama Freesia, dia tampak baik-baik saja, meski tangan kecilnya sejak tadi terus berpegangan di kaus Freesia. Allen memang menepati kata-katanya bahwa pagi ini dia sudah menyiapkan pakaian ganti untuk Freesia, tapi tidak ada baju renang di sana. Jadi, Freesia mengenakan kaus dan celana pendek untuk menemani Lily berenang. Yang membuat Freesia heran, tidak ada bagian kolam untuk tinggi anak kecil seperti Lily di kolam renang itu. Bagian kolam paling rendah adalah sepinggang Freesia. Tentu saja, itu masih lebih tinggi dari Lily. Karena itu juga, Freesia masih menggendong Lily sejak mereka turun ke kolam itu tadi. Freesia lalu memperhatikan jika tidak ada pelampung untuk Lily. Freesia menoleh pada Allen yang duduk dengan santainya di kursi santai di tepi kolam renang, di bawah naungan payung besar di samping kursi itu. “Apa kau tidak punya pelampung untuk Lily?” tanya Freesia. “Tid

  • Salah Jodoh   9 – I’ll Keep You Safe

    Allen memperhatikan bagaimana Lily tertawa dan tampak bersenang-senang ketika belajar berenang dengan Freesia. Meski, Allen tidak tahu butuh waktu berapa lama dia bisa berenang nantinya. Masih banyak hal yang harus dia pelajari. Namun, setidaknya untuk saat ini, melihat Lily tampak bersenang-senang, itu sudah cukup. Namun, Allen lebih terkejut melihat bagaimana reaksi Freesia tadi. Bahkan di bawah belasan senjata api, dia masih bisa dengan berani melawan Allen. Apa yang gadis itu pikirkan? Tadinya, Allen tak berencana menunjukkan hal-hal berbahaya di depan gadis itu karena tak ingin membuatnya kabur ketakutan. Ia sudah menyelidiki latar belakang keluarga gadis itu dan menyadari jika dirinya menemukan harta karunnya. Tidak. Atau … bisakah ia menyebutnya kotak Pandora? Gadis itu mungkin tak tahu apa pun, tapi … itu tidaklah penting. Karena Allen tahu segalanya. Dan sekarang ia punya alasan untuk menahan gadis itu di sampingnya. Karena … bukankah itu sudah tradisi keluarga mereka ber

  • Salah Jodoh   10 – Dear, Daughter

    Freesia tersentak bangun dan langsung memanggil satu nama, “Lily …” “Fleesia!” Seruan itu datang dari samping Freesia. Freesia menoleh ke sana dan melihat Lily ada di sana. Tidak hanya Lily, tampak Allen yang sepertinya tadi tidur dalam posisi telungkup di tempat tidur di sebelahnya, kini membuka matanya. “Lily, jangan melompat ke arahnya, jangan menyentuhnya, dan jangan berteriak-teriak,” Allen memperingatkan Lily. “Turun dari tempat tidur tanpa melompat, lalu panggil Val.” Lily mengangguk patuh, lalu turun dari tempat tidur dengan cara memerosotkan tubuhnya yang menghadap tempat tidur. Lalu, gadis itu berlari ke pintu kamar dan berjinjit-jinjit, mencoba membuka pintu. Dia baru berhasil membuka pintu berkat seseorang yang membukakan pintu dari luar. Beberapa pengawal dan pelayan tampak sudah menunggu di luar pintu. “Aku akan pelgi memanggil Doktel Val,” Lily mengumumkan. “Fleesia sudah bangun. Aku tidak boleh menyentuhnya sampai dia diperiksa Doktel Val.” Pintu kamar itu kemba

Latest chapter

  • Salah Jodoh   100 – Beautiful Days (End)

    Beberapa minggu kemudian …“Mama!” Lily berlari masuk ke rumah dengan membawa selembar kertas di tangannya.Freesia yang menunggu di ruang tamu seperti biasanya, meski kali ini tanpa Leon yang masih tidur, tersenyum menyambut kepulangan putrinya itu.“Bagaimana sekolahmu tadi, Kakak Lily?” tanya Freesia ketika Lily mencium pipinya.“Mama, lihat ini!” Lily mengangkat selembar kertas yang dibawanya tadi dan Freesia bisa melihat gambar di sana.Freesia ternganga takjub melihat gambar dirinya di sana. Freesia yang duduk di kursi santai di tepi kolam renang rumah Allen. Dan itu adalah gambar Freesia yang sedang tertawa. Dari semua fiture Freesia di gambar itu, ekspresi Freesia tampak begitu jelas. Kebahagiaan yang dirasakan Freesia tergambar dengan baik di sana.“Aku dan Reyn menggambar ini bersama-sama,” Lily berkata.Ah … jadi ini ekspresi yang disukai anak-anak ini dari Freesia? Freesia memeluk Lily.“Terima kasih, Sayang,” ucap Freesia sungguh-sungguh.Lily terkekeh bangga. “Reyn bilan

  • Salah Jodoh   99 – Holiday

    “You’re impressive,” Brand berkomentar sembari mengawasi Lily dan anak-anak panti asuhan Alia bermain di kolam renang dari balkon lantai dua. Ah, ada satu lagi, anak yang menjadi sumber keresahan Allen saat ini. Anak seusia Lily yang bernama Reyn.“Yeah, indeed,” timpal Val. “Aku takjub Freesia masih menerimamu sebagai suaminya.”“Huh! Kalian belum merasakan saja jika kalian punya anak perempuan,” cibir Allen. “Anak itu bahkan sudah berani menggandeng tangan Lily …”“Kudengar, Lily yang menggandeng tangannya dulu. Jangan memutarbalikkan fakta dan membuat anak orang lain menjadi kriminal,” tegur Brand.“Jika Lily menggandeng tangannya lebih dulu, bukankah seharusnya dia melepaskan tangan Lily jika dia memang seorang gentleman?” balas Allen.“Freesia benar,” tukas Val. “Kau tak masuk akal. He’s a baby, Dude! A freaking baby!” Val terdengar frustasi.“Allen, jika kau terus bersikap seperti itu, kau akan merepotkan Freesia.”Brand, Allen, dan Val menoleh ke sumber suara yang berada di pin

  • Salah Jodoh   98 – Guardian Angel

    Sejak dia bangun tadi, Lily tampak sangat bahagia. Tidak, lebih tepatnya, sejak Allen mengatakan jika dia akan mengajak Freesia dan Leon mengantarkan Lily ke sekolah. Allen sudah memberitahukan Freesia tentang situasi Reyn dan dia ingin Freesia menemui Reyn agar anak itu tidak terlalu waspada pada orang dewasa.Mungkin karena perlakuan orang-orang panti asuhan, anak itu terlalu waspada pada orang dewasa. Karena itu, dia selalu menolak bantuan guru-guru sekolahnya. Dia pertama kali membuka diri pada Lily yang berkeras menemaninya seharian kemarin.Ketika mereka tiba di sekolah Lily, Leon tertidur. Kepala sekolah Lily yang sudah dihubungi Allen dan menyambut mereka di gerbang, mengantarkan Freesia ke ruang kesehatan agar Leon bisa tidur dengan nyenyak di sana. Freesia memercayakan Leon pada dua pengasuh dan dua pengawal sebelum dia pergi ke tempat Lily dan Reyn berada. Sementara, Allen pergi ke ruang kepala sekolah untuk membicarakan masalah panti asuhan Reyn dengan pihak sekolah.Salah

  • Salah Jodoh   97 – School

    Lily baru masuk ke ruang kelasnya ketika melihat salah satu teman sekelasnya didorong temannya yang lain hingga jatuh terjengkang ke belakang.“Jangan dekat-dekat! Bajumu jelek!” hardik Lucy yang mendorong teman sekelas Lily yang lainnya tadi.Lily bergegas menghampiri Reyn, anak laki-laki yang didorong Lucy hingga jatuh tadi. Reyn adalah anak yang baru masuk beberapa hari terakhir ini. Dia adalah anak dari panti asuhan. Dia masuk ke sekolah ini sebagai murid beasiswa. Lily dengar, salah satu guru kesenian di sekolahnya melihat kemampuan menggambar Reyn dan menawarkan beasiswa untuk Reyn.“Kenapa kalian jahat sekali pada Reyn?!” tegur Lily.“Lily, kau jangan dekat-dekat dengan dia! Kau tidak lihat bajunya? Jelek dan kotor. Bajumu bisa ikut kotor!” Lucy heboh.Memang yang dikatakan Lucy tidak salah tentang baju seragam Reyn yang jelek karena warnanya pudar dan kotor karena noda yang tidak hilang meski telah dicuci. Sepertinya itu seragam bekas. Namun, dia tidak harus mengatakannya deng

  • Salah Jodoh   96 – Kehidupan Normal

    Beberapa bulan kemudian …Pintu kamar tidur Allen dan Freesia terbuka lebar dan Lily yang sudah memakai seragam sekolah, menghambur masuk sembari berseru,“Selamat pagi, Mama, Papa, Leon!”“Selamat pagi, Kakak Lily,” Freesia yang duduk bersandar di kepala tempat tidur sembari menyusui putranya, Leon, membalas sembari tersenyum.“Lily, jangan ganggu adikmu,” Allen mengingatkan Lily.“Papa, kapan aku mengganggu Leon?” protes Lily sembari melepas sepatu sekolahnya dan naik ke tempat tidur.Bahkan setelah dia memprotes peringatan Allen, dia langsung menciumi pipi Leon yang sedang menyusu. Akhirnya, seperti biasa, Leon mulai risih dan merengek.“Lihat itu, kau mengganggunya!” tuding Allen.“Aku hanya memberinya ciuman selamat pagi,” Lily beralasan sembari mundur.Freesia hanya tersenyum geli sembari menenangkan Leon. “Leon sepertinya masih mengantuk. Nanti setelah dia tidur, kita sarapan bersama, ya, Kakak Lily?”“Ya, Mama,” jawab Lily riang.Setelah Leon tertidur, Allen memindahkan Leon k

  • Salah Jodoh   95 – New Home

    “Mama masih sedih?” tanya Lily dengan nada sedih.Freesia tersenyum dan menggeleng. “Maaf, Mama membuatmu khawatir,” sesalnya.Lily menggeleng. “Mama jangan sedih lagi. Kan, Mama sudah bilang sendili, aku bisa belmain ke lumah itu lagi kapan pun aku ingin. Itu belalti, Mama juga bisa pelgi ke sana kapan pun Mama ingin.”Freesia tersenyum sendu dan mengangguk. Padahal ia yang mengatakan itu pada Lily, tapi justru Freesia yang bereaksi seperti ini. Lily bahkan tak menangis ketika berpisah dengan orang-orang rumah Allen tadi. Namun, justru Freesia yang menangis. Val bahkan menertawakan Freesia hingga Lily mengomelinya dan mereka berdebat sampai detik terakhir perpisahan mereka tadi.“Lily benar, Freesia,” ucap Allen sembari merangkul Freesia. Pria itu duduk di sebelah kanan Freesia. “Aku tak tahu apa yang membuatmu sesedih itu ketika rumah itu penuh dengan aturan yang tak bisa memberi kau atau Lily kebebasan.”“Tapi, itu adalah rumahmu, Allen,” Freesia berkata. “Aku tahu, kau punya banya

  • Salah Jodoh   94 – Preparation

    “Aku akan mendukung rencana kalian mengambil alih perusahaan keluarga Martin,” Brand berkata. “Dan kurasa, Mary juga pasti tidak akan keberatan dengan itu. Well, jika itu untuk cucunya, dia akan memberikan apa pun.”“Kau … mengenal nenekku?” Freesia tampak terkejut.Brand tersenyum. “Aku banyak belajar dari Mary tentang bisnis.”“Oh …”“Dia juga pernah memintaku untuk membantu cucunya jika suatu saat dia tertarik dengan bisnis keluarganya,” lanjut Brand.Freesia tersenyum sendu. “Aku benar-benar … sudah tidak adil pada nenekku,” ucapnya. “Aku selama ini selalu berpikir jika dia hanya memaksaku melakukan hal yang tak kuinginkan. Tapi, aku sekarang sadar, dia melakukan semua itu benar-benar untukku. Karena seandainya orang tuaku masih ada … dia hanya ingin aku melakukan apa yang kuinginkan.”Brand mengangguk. “Nenekmu punya impian untuk menghabiskan waktu tuanya bermain denganmu,” Brand berkata.Freesia mengernyit dan tampak akan menangis.“Aku tahu kau sudah salah paham tentang nenekmu

  • Salah Jodoh   93 – Forward

    Ketika Lily tidur setelah makan siang, Allen mengajak Freesia ke ruang kerjanya karena Brand ingin bicara dengan mereka. Freesia tidak tahu banyak tentang Brand selain jika dia adalah kakak sulung Allen dan dia adalah bos di rumah ini sebelum Allen.Tunggu. Bagaimana jika Brand tak menyetujui hubungan Freesia dengan Allen? Dia mungkin akan memberi Freesia uang untuk meninggalkan Allen. Tidak, tidak. Dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Freesia juga sedang hamil anak Allen.Jika bukan itu … apa dia akan memarahi Freesia? Itu masuk akal. Mengingat bagaimana tadi pagi mereka semua berjemur di tepi kolam renang sambil mendengarkan lagu anak-anak. Meski ayah Allen sepertinya tak keberatan dan menikmati waktu bersantai mereka tadi, tapi Freesia tak tahu bagaimana reaksi Brand. Pria itu juga tak banyak bicara sepanjang pagi tadi.“Um … Allen,” panggil Freesia dalam perjalanan ke ruang kerja pria itu.“Kenapa, Freesia?” tanya pria itu.“Kakakmu itu … dia orang yang bagaimana?” tanya F

  • Salah Jodoh   92 – Family

    Freesia terkejut ketika melihat seorang pria yang tak dikenalinya ada di ruang makan saat ia masuk ke sana bersama Allen dan Lily untuk sarapan. Pria itu memakai topeng setengah wajah yang menutupi bagian mata kanan hingga pipinya. Lily yang juga tampaknya terkejut, menarik-narik ujung baju Freesia.Freesia menoleh dan mendapat Lily sudah bersembunyi di belakangnya. Reaksinya nyaris sama dengan saat ia bertemu ayah Allen. Freesia sudah akan menggendong Lily, tapi lagi-lagi Allen bergerak cepat dan menggendong anak itu lebih dulu.“Itu Brand,” Allen menyebutkan.Brand? Brand, kakak Allen? Namun, bukankah dia sudah …?“Bland?” tanya Lily.“Ya,” jawab Allen. “Dia kakakku. Jadi, dia adalah ommu.”“Om?” Lily mengerutkan kening. “Apa dia … kelualgaku?”Allen tersenyum kecil. “Ya. Dia keluargamu.”“Whoaaa …” Lily ternganga takjub. “Kelualgaku beltambah lagi. Setelah nenek, kakek, sekalang aku punya om!” Lily terkekeh.Freesia memperhatikan ekspresi sendu Brand yang tertuju pada Lily. Jadi …

DMCA.com Protection Status