“Mbak, mobil yang mengikuti kita kecelakaan di lampu merah.” Sopir itu menghentikan mobilnya.Sontak Desya terkejut dan melihat ke arah Rangga.Mobilnya terbalik, ternyata saat akan melaju kencang mobil Rangga ditabrak oleh truk besar. Desya segera turun dan menghampiri Rangga.“Mas Rangga!” Desya melihat Rangga yang penuh darah dan tak sadarkan diri. Tak lama, ambulance datang dan mengevakuasi Rangga. Desya ikut masuk kedalam mobil itu duduk di sisi Rangga yang terbaring. Hatinya campur aduk, melihat Rangga yang bersimbah darah karena mengejarnya. Membuat Desya merasa bersalah. Tak terasa air matanya menetes, menggenggam erat tangan suaminya yang sudah tak berdaya.:” ini salahku Mas, seharusnya kamu tak mengejarku! seandainya kamu tak berselingkuh Mas, aku adalah orang yang paling menyayangimu selain ibumu.” batin Desya perih.Sampailah mereka di rumah sakit besar yang terdekat. Rangga dibawa masuk ke IGD oleh ora petugas rumah sakit dan Desya tetap mengikutinya.“Mbak, tunggu di l
“Mas, Dilan?” ungkap Desya.Dilan menoleh pada wanita itu kemudian melempar senyum seperti biasa.“Pak Rehan dirawat?”“Iya,”“Boleh aku menjenguknya?”“Mari, ikuti saya.” Dilan berjalan menuju ruangan Pak Rehan, diikuti Desya dibelakangnya.Terbaring sosok lelaki tua yang sudah Desya anggap seperti ayahnya sendiri. Bu Ratna yang mengetahui kedatangan Desya menyambutnya hangat seperti biasa dan memeluk Desya.Desya menangis, melihat kondisi Pak Rehan yang begitu lemah.“Kenapa Bu?” tanya Desya“Bapak hanya mengalami syok,” ungkap Dilan.Desya mendekati Pak Rehan dan seketika Pak Rehan membuka matanya. Menggenggam tangan Desya dan tersenyum tulus pada wanita yang sudah dia anggap sebagai anak perempuannya.“Kamu bagaimana bisa tahu Bapak dirawat disini?” “Sebenarnya, barusan Desya kebetulan bertemu Mas Dilan di kasir Bu.”“Loh, kamu sakit?”“Bukan saya, tapi …. Mas Rangga kecelakaan saat mengejarku pergi.”“Rangga? Lalu bagaimana dengannya?”“Dia sudah membaik, tadi sempat kritis kare
“Hai Chik?” Wanita bernama Chika itu yang menelpon Rangga. Desya tampak canggung dan merasa tidak enak dalam hatinya namun mencoba menahan emosinya yang tak dia pahami itu.“Where are you Dear?” ungkap Chika.:”Dear?, sudah pasti ini pacarnya Mas Dilan. Ternyata dokter aneh ini punya pacar juga,” Desya tersenyum dan melirik ke arah ponsel Dilan yang menampakkan wajah wanita.“Aku di mobil,”“Kapan kamu pulang?”“Tidak tahu,”“I’m so confused without you there Dilan! Please Come back!”Hachimmm!!! Desya bersin dan membuat Chika mendengarnya.“Who’s that?”Dilan menarik Desya ke pelukan Dilan kemudian tampaklah Desya dan Dilan di layar ponsel Chika.“Your sister?”“I’m sorry Chika, she is my girlfriend.”Chika tampak syok dan menutup teleponnya. Desya masih berada diantara lengan Dilan yang melingkar, merasakan hembusan napas Dikan dan mendengar degupan jantungnya yang berdebar begitu kuat. Sontak Desya langsung melepaskan diri dan menghindar dengan tingkah yang konyol.“Eh, kenapa ka
“Aku mau ke ruangan Pak Rehan, kamu tunggu disini ya!” Desya meninggalkan Rangga di depan ruangan.“Desyaaa …” sambut Bu Ratna hangat,“Bagaimana keadaan Pak Rehan?” Desya menaruh parcel buah di meja dan mengelus kaki Pak Rehan.“Lusa kami baru bisa pulang Sya, sebenarnya sudah cukup membaik tapi Dokter harus memantaunya lebih lama.” “Oh begitu, lalu Mas Dilan dimana?”“Dilan sedang ada di rumah, dia ada pekerjaan mendadak.”Mendengar gemuruh pembicaraan Bu Ratna dan Desya, pak Rehan pun membuka matanya dan tersenyum.“Desya, sudah lama kamu disini?”“Desya baru saja sampai Pak,”“Maaf ya Sya, Bapak belum bisa mengurus perceraian kamu dan Rangga.” ungkap Pak Rehan sedih.Rangga yang menguping pembicaraan mereka dari balik pintu sontak terkejut dan mengepalkan tangannya.“Kurang ajar! Desya mau menggugat cerai aku? Tidak bisa dibiarkan! lelaki itu harus musnah,” “Ya sudah, Desya pamit mau pulang dulu ya. Kabari Desya kali Pak Rehan sudah di rumah ya Bu,” Desya pun bersalaman dengan
“Bu Desya, bagaimana kabarmu?”“Lebih baik, tumben kamu menelpon saya? Kenapa tidak telepon Mas Rangga saja?”“Maaf Bu, sebenarnya saya hanya mau konfirmasi ada pengeluaran transfer ke rekening Pk Rangga sebesar lima ratus juta.”“Apa? Sebanyak itu ke rekening pribadinya untuk apa?”“Kalau itu saya kurang tahu Bu, saya hanya menjalankan SOP perusahaan jika ada transaksi lebih dari seratus juta harus ada konfirmasi ke Bu Desya, saya pikir Bu Desya mengetahui soal ini?”“Tidak. Oke, besok saya datang ke kantor. Oh ya, jika suami saya meminta dicairkan uang lagi tolong jangan diberi ya, hubungi saya.”Telepon tertutup, Desya tampak lemas dan lesu, mendengar cash yang cukup banyak untuk pribadi Rangga.“Kurang ajar! Lelaki itu sudah tak bisa dipercaya untuk memegang perusahaan. Lalu untuk apa uang sebanyak itu? Atau jangan-jangan….”Lamunan Desya berhenti setelah mendengar Rangga dan Irma yang sedang ngobrol di ruang tamu.“Aku akan sering menjengukmu Irma, hati-hati ya … aku kirim ke pons
“Dimana aku?” ucap Desya seraya memegang tengkuknya yang masih terasa sakit.Desya melihat sekeliling ruangan yang nampak tak asing baginya, melihat ke arah pintu yang tertutup. Karena dia mendengar seseorang akan membukanya.“Kau sudah sadar Desya?” ucap seorang wanita paruh baya itu dengan lembut.“Bu Ratna ? Bagaimana Desya bisa ada disini Bu?”“Dilan yang membawamu kesini,”“Tapi, bagaimana caranya?”Dilan yang mendengar suara dari kamar itu langsung masuk dan menghampiri Desya. Dia memperlihatkan sebuah earphone wireless.“Maksudnya apa Mas Dilan?”“Aku sengaja menaruh ini di bawah meja ruang tamu di rumahmu, aku merasa suatu saat kau membutuhkan pertolonganku. Jadi maaf sebelumnya aku telah menyadap suara di ruang tamu.”:”Ohh, jadi itu maksud Mas Dilan memaksa masuk ke rumahku, ternyata selain baik orang ini begitu cerdas.” batin Desya.“Tak apa Mas, justru aku sangat berterima kasih denganmu. Aku tak tahu sudah jadi apa kalau tak kau bawa kesini.”Dilan tersenyum dan menganggu
“Siapa Irma?!”“Kenapa kamu ingin sekali mengetahuinya Mas? Peduli sekali kami dengan Desya?”Irma cemburu karena Rangga terlalu ingin tahu siapa yang membawa Desya pergi.“Bisa-bisanya kamu cemburu dalam kondisi seperti ini Irma! Apa kamu tidak tahu selangkah lagi saat Desya sudah ku pasung dia akan tandatangani semua surat peralihan itu!”“Kenapa kamu marah denganku !”“Ya karena kamu tidak tahu apa-apa kamu malah bicara seperti itu, sedangkan aku sangat butuh informasi ini! Cepat bilang padaku siapa pelakunya?” Rangga benar-benar marah dengan Irma yang dianggapnya begitu bodoh. Rangga benar-benar murka dan hendak melemparkan kepalannya ke wajah Irma yang selalu dia puji - puji itu. :”Bahkan Desya kurasa tak sebodoh ini, wanita ini benar-benar …. Kalau tak sedang mengandung anakku mungkin aku sudah meninggalkannya!” umpat Rangga dalam hati dengan mata yang menatap tajam selingkuhannya itu.“Ya sudah diamlah Mas, kau benar-benar ingin tahu?”“IYA IRMA!!!”“Beri aku sepuluh juta,”Ra
“Oh, Maaf, aku hanya merasa bersyukur kau baik-baik saja.” ucap Desya lalu berlari ke kamarnya.Dilan tampak tersipu, dirinya dipeluk oleh Desya di depan ibunya.“Tak apa Dilan, dia kan memang adikmu,”Bu Ratna tersenyum lalu menepuk bahu Dilan dan kemudian pergi.“Bodoh sekali kau Desya, untuk apa melakukan hal konyol sepeti itu. Kamu ini masih bersuami, lagipula meskipun kamu menganggapnya kakak, belum tentu dia berpikir seperti itu.”Desya memukul kepalanya sendiri. Mencoba menyadarkan dirinya yang begitu bodoh. Sebuah buku harian, yang tergeletak begitu saja di kamar tamu yang sedang Desya tempati. Masih di posisi yang sama. Desya tersita pada buku itu dan kemudian mengambilnya. Membuka lembaran-demi lembaran yang membuatnya menangis. Apalagi kalau bukan hari-harinya bersama Rangga?“Rasanya ingin ku buang dan ku bakar saja buku ini. Tak ada gunanya!” Desya membawa buku itu pergi, keluar dari kamarnya dan menuju ke halaman belakang rumah Pak Rehan.“Korek, aku butuh korek api,”