Mendengar kata itu Safira langsung melihat jam tangannya sudah menunjukkan jam enam sore. Dia baru sadar ternyata sudah cukup lama dia duduk di restoran itu.
“Aku yang bodohnya memilih untuk tetap di sini menghabiskan waktuku dan dia menganggap aku menunggunya” kata Safira dalam hatinya sambil melihat Daren.
“Kamu tidak perlu merasa tidak nyaman atau merasa bersalah. Kakak iparku sudah mengatakan tadi aku pulang saja, tapi aku yang memilih tetap di sini dulu. Benar, tadi sudah disampaikan kalau pertemuan kita hari ini sudah dibatalkan. Jadi, kamu tidak perlu harus ada di sini lagi. Kamu juga pulang sa
"Kenapa…? Apakah kamu tidak suka jika aku mengharapankan sesuatu dari pertemuan kita ini...?""Bukan begitu. Saya hanya berpikir kalau kamu tidak akan melanjutkan perjodohan ini. Karena aku yakin sebelum kamu memutuskan datang ke sini, kamu pasti sudah mencari tahu tentang diriku dan keluargaku. Dan kamu tidak akan mendapatkan keuntungan apa-apa dari perjodohan ini" kata Safira dengan perasaan tidak nyaman dan malu.Karena dia tahu perjodohan ini dilakukan untuk mendapatkan dungkungan dan kerjasama dari Adiwijaya Group terhadap perusahaan ayah tirinya yang membutuhkan modal besar dan mendapat dukungan dari salah
"Petemuan kita kali ini adalah yang pertama bagiku yang sepertinya agak berjalan dengan mulus" kata Safira. Entah apa tujuannya mengatakan hal itu dia juga pun tak tahu. Karena mengingat pertemuannya dengan laki-laki yang dijodohkan dengannya yang sudah-sudah pasti berakhir dengan cara yang tidak baik."Benarkah…? Aku jadi merasa ingin mempertangungjawabkan pertemuan kita hari ini. Karena kata orang, yang pertama itu adalah yang lebih penting dan berkesan. Aku sudah merusak jadwal pertemuan kita hari ini.""Tidak apa-apa, begini saja sudah cukup. Kamu tidak perlu repot-repot untuk mempertanggungjawabkannya. Kare
Besoknya di tempat kerja Safira"Dasar ya… keluarga apaan sih keluargamu itu...? Apa maksud mereka memaksamu untuk ikut perjodohan itu. Sekarangkan bukan jamannya Situ Nurbaya lagi. Kita para wanita sudah punya hak kebebasan untuk mecari pasangan hidup kita, orang lain sudah sampai ke mana, sementara pikiran keluargamu masih mudur ke zaman bahala" kata Sua teman kantor Safira. Dia sangan kesal mendengar temannya itu dijodohkan lagi dan lagi."Pasti mereka hanya memikirkan keuntungan buat diri mereka sendirikan ? Dasaar licik" timpal Sua yang masih heran dizaman sekarang masih ada orang yang suka menjodoh-jodohkan anak demi kepentingan pribadi."Jadi, bagaimana akhirnya dari perjodohan mu kali ini ?" tanya Sua."Entahlaah...""Iiiihhh... kok jawabnya seperti itu sih ? Jangan bilang orang yang dijodohkan samamu itu om-om yang umurnya sudah tua jauh diatas umurmu iya kan, iya kan…?""Dia bukan seperti yang kamu pikirkan kok. Dia m
Karena sebelum dijodohkan dengan Daren, Safira sudah pernah dijodohkan tetapi dibatalkan juga."Jika perjodohan kali ini juga tidak berhasil, apakah aku akan dijodohkan lagi dan lagi. Begitu seterusnya?" tanya Safira yang sudah sangat bosan dijodohkan dengan lelaki yang tidak dia kenal."Bukan begitu Fira, ini juga demi kamu. Tolong pikirkanlah posisi ayah dan kakak kamu" kata ibunya sambil memegang lengan Safira."Karena ini perjodohan yang beliau atur sendiri, baiklah. Kalau ini juga memang kemauan ibu aku hanya bisa menurut saja" jawab Safira sambil melepaskan ibunya dari lengannya dan dia pergi dari hadapa
"Minta tolong aja kamu bisa. Tapi ngurus diri sendiri nggak bisa. Ini sudah jam berapa kamu belum mandi apa lagi ganti pakaian."Daren tidak ambil pusing dengan ocehan kakaknya itu karena dia tahu itu adalah salah satu bentuk perhatian kakaknya kepada dirinya."Ada apa lagi dengan wajahmu itu? Sudah seperti kamu aja yang menanggung beban penderitaan di dunia ini?" tanya Arlen ketika melihat wajah murung saudaranya itu."Mulai lagi deeeh…" kata Daren berbisik men
"Kakak tidak tahu kali ini kamu sangat tertarik dengan wanita itu atau memang ini bentuk kesombonganmu saja. Tapi karena kamu meminta tolong sampai memangil kakak ke sini, kakak rasa kamu sangat menyukai gadis itu dan kakak akan coba lagi membatumu supaya bisa bertemu dengan gadis itu lagi" kata Arlen.Mendengar hal itu, Daren sangat senang. Dia memeluk Arlen sambil mengucapkan terima kasih kepada kakaknya itu.Beberapa hari kemudian di kantor, Siska sekretarisnya mengomelin Daren karena bagian manager pengembangan proyek perusahaan mereka sudah menelepon sampai tiga kali mempertanyakan bahwa ada perubahan dalam pemban
Di OZ Café, Safira sedang duduk berhadapan dengan seorang laki-laki. Mungkin itulaki-laki yang diceritakan ibunya terakhir kali mereka berbicara meminta dia meluangkan waktu untuk makan bersama karena ayah dan kakaknya mau membicarakan kembali acara perjodohan dengan laki-laki lain lagi.Dan di sinilah dia duduk terjebak bagaikan di ruang penjara. Dia berpikir sampai kapan lagi dia akan melakukan dan mengikuti kemauan dari ayah dan kakak tirinya itu."Ternyata kamu lebih cantik dilihat langsung daripada yang ada di foto ya? Sepertinya aku tidak salah memilih?" kata laki-laki itu sambil tersenyum ke arah Sa
Braaaakkkkk…….Belum selesai laki-laki itu ngomong tiba-tiba dikagetkan dengan suara gebrakan meja tepat di hadapannya."Kamu benar-benar sangat jujur dengan perkataanmu ya...!!! Jelas-jelas kamu sudah tahu kalau paras, pesona dan levelnya Safira sangat berbeda" kata Daren sambil tersenyum kecut kearah laki-laki itu.Dari tadi Daren sudah ingin menggebuki laki-laki yang sudah di depannya itu. Bagaimana bisa seorang laki-laki tega merendahkan dan menyinggu