POV Aryo
Sekujur tubuhku rasanya remuk, kepalaku masih pusing. Untuk bergerak saja sakitnya sampai menusuk tulang, ini benar-benar sakit. Baru kali ini aku merasakan dihajar habis-habisan seperti ini.“Mas ....”Sepertinya ini mimpi. Suara Amina mengalun lembut di telingaku, yang kuingat hanya tadi ayah mertua dan juga kakak iparku menghajarku habis-habisan dan ... mendengar Refal memanggil.Mataku sontak terbuka. Menangkap wajah Amina yang duduk di dekatku yang masih berbaring.“Pelan-pelan, Mas.” Amina membantuku untuk duduk.“Ba–gaimana?” Leherku seperti tercekat, keberanianku hilang untuk menanyakan soal keluarga Amina yang tadi datang.Aku yakin semua itu bukan mimpi karena tubuh dan wajahku saja rasanya sangat sakit.“Makan dulu, setelah itu minum obat untuk meredakan rasa sakitnya.”Hatiku berdesir dengan perlakuannya, kenapa dia masih sebaik ini setelah apa yang sudah kulakukan. Rasa bersalah malah semakin menggerogoti hatiku.“Ayo, kenapa melamun?”Suara Amina mengejutkanku. “Eh, i–ya. Sshh.” Tanganku rasanya sangat sakit saat diangkat, mungkin efek Bang Adit yang memelintir tanganku tadi.“Biar aku saja yang suapi.”Saat akan membuka mulut untuk menerima suapan dari Amina, rasa perih langsung terasa. Kedua sudut bibirku sepertinya terluka.“Pelan-pelan, Mas. Ini sendok kecil yang kupakai jadi makannya bisa sedikit-sedikit. Yang penting ada makanan masuk, kamu harus minum obat.”Tanpa bisa kutahan, air mata langsung menyeruak. Perlakuan Amina membuatku semakin merasa jika aku ini lelaki yang sangat kejam, aku menduakan Amina tapi aku juga tidak ingin kehilangannya. Harapanku hilang untuk mempertahankan rumah tangga ini karena keluarga Amina sudah pasti tidak akan membiarkan Amina tetap bersamaku.“Maaf.” Aku bergumam lirih dan menunduk tidak berani menatap sorot matanya yang begitu polos itu.“Kenapa, Mas? Mana yang sakit?”“Cukup, Amina. Jangan membuatku semakin merasa berdosa, kamu membalas kejahatanku dengan kebaikan seperti ini membuatku merasa seperti menjadi manusia paling kejam di dunia.”“Kita lanjut bicara setelah kamu minum obat, bisa?”Aku mengangguk. Perlakuan Amina kali ini berbeda dari sebelumnya, dia bersikap seperti Aminaku yang dulu, begitu lembut dan penuh kasih sayang tutur katanya pun begitu indah menyapa telinga.Untuk kali ini bahkan aku tidak memikirkan dimana keberadaan Sarah, aku yakin keluarga Amina tidak akan menyakiti Sarah, mereka bukan orang seperti itu apalagi pada wanita, kecuali pada lelaki sepertiku. Aku sampai seperti ini karena emosi mereka yang meledak-ledak.Dengan telaten Amina menyuapi bahkan sesekali menyeka bubur yang tidak bisa masuk sepenuhnya ke dalam mulutku karena rasa perih ini. Sudah lama aku tidak melihat Amina sedekat ini, memperhatikannya dengan lekat. Istriku ini memang cantik sebenarnya hanya saja kurang merawat dirinya.Tante Atika memang benar, aku membiarkan Amina mengurus semuanya seorang diri dan membuat Amina sampai tidak memperhatikan penampilannya sendiri.“Tunggu.” Aku menahan Amina yang akan pergi.Senyum tersungging di bibirnya. “Aku hanya ingin menyimpan ini di dapur, aku akan kembali.”Amina pergi membawa nampan berisi mangkuk dan juga gelas yang sudah kosong. Tidak lama dia kembali.“Jadi, mau bicara sekarang?” Dia memulai pembicaraan.“A–yah, tadi ayah ke sini ‘kan?” Hanya ingin memastikan jika semua ini hanya halusinasi saja, berharap jika luka yang kudapatkan ini bukan karena pukulan dari ayah mertua dan kakak iparku.“Iya. Tapi ayah sudah pulang lagi bersama dengan anak-anak dan juga Asti.”Jantungku seperti berhenti berdetak mendengar itu. Perkataan Amina seolah tanda jika dia akan pergi.Amina terkekeh. “Kenapa serius sekali wajah kamu, Mas? Apa yang kamu pikirkan?”Sentuhan ibu jari Amina di dahiku membuat darah ini berdesir.“Lalu kamu ....”“Hanya tujuh hari, Mas. Anak-anak sudah lama tidak bertemu dengan kakek dan neneknya. Maaf karena aku tidak izin dulu padamu.”“A–pa ayah marah?”Sebelah alis Amina terangkat. “Marah karena apa?”“Karena apa yang sudah aku lakukan padamu?”“Memang apa yang sudah kamu lakukan sampai harus membuat ayah marah?”Amina membuatku heran, kenapa dia melayangkan pertanyaan yang dia sendiri sebenarnya tahu. Apa maksud semua ini, sekarang aku sama sekali tidak berani mengatakan semua yang ada di pikiranku. Takut, salah sedikit saja akan membuat semuanya menjadi fatal. Aku berharap jika memang ada jalan damai, berharap keluarga Amina memaafkanku meski sebenarnya itu memang terdengar mustahil.“Mas ....”“Ya.”“Boleh aku minta satu permintaan.”Dahiku berkerut karena mendengar Amina meminta sebuah permintaan. “Apapun itu selama kamu tetap disisiku, aku akan lakukan.”“Tolong jangan berhubungan dengan Sarah, selama seminggu ini. Hanya seminggu saja, Mas. Kamu tidak boleh menghubunginya lewat telepon, pesan apalagi datang ke tempatnya.”“Ka–mu tahu Sarah tidak tinggal disini lagi?”Amina mengangguk. “Dia sendiri yang mengatakannya padaku. Jadi bagaimana? Sanggup? Hanya untuk seminggu, tidak lebih tidak kurang. Satu minggu ini hanya milik kita berdua, aku dan kamu. Apa kamu masih sudi berdekatan dengan istrimu yang dekil dan bau ini? Atau ....”“Ya, aku akan lakukan apa yang kamu mau.”Amina tersenyum lebar, tangannya terangkat mengusap rambutku. Apa maksudnya ini? Apa Amina benar-benar akan berdamai. Aku sangat yakin dia masih sangat mencintaiku, Amina tidak akan bisa jika berpisah dariku. Sepertinya dia bisa meyakinkan orang tuanya untuk memaafkan semua kesalahanku.Meski ada banyak pertanyaan yang bersarang di kepalaku saat ini namun yang terpenting Amina tetap berada di sini.Bersambung ....Bab 7POV AryoDi hari pertama ini, bahkan dari kemarin malam aku sudah bisa melihat perubahan Amina. Dia sama persis seperti dulu saat kami awal menikah. Dia bahkan menyiapkan sarapan seperti biasanya dan merawatku dengan baik tapi tetap saja ada yang mengganjal di dalam hati mengenai mertua dan juga iparku.“Mas, jangan sering melamun begitu. Pamali!” tegurnya.“Aku tidak melamun, aku hanya senang melihatmu seperti dulu,” jawabku.“Aku pun senang bisa berduaan lagi seperti ini denganmu.” Senyumnya tidak berubah meski bisa terlihat kerutan halus di bawah matanya saat bibirnya tertarik membentuk senyum.Perkataan Amina berhasil menyentilku, memang semenjak ada Sarah, aku hampir tidak pernah meluangkan waktu untuk Amina hanya ada waktu untuk bermain dengan anak-anak itu pun tidak lama.Padahal aku sendiri yang mengatakan akan adil tapi ternyata aku belum bisa adil. Bagaimanapun harus belajar adil agar bisa hidup rukun dengan kedua istriku. Tidak bisa jika harus melepas salah satunya, A
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 8POV AminaIstrimu ini buka tidak bisa cantik, Mas. Hanya peranmu yang kurang, aku bahkan tidak menuntut karena tahu bagaimana beban pekerjaanmu yang menumpuk apalagi dengan kondisi usaha yang sedang tidak stabil bahkan bisa dibilang berada di ujung tanduk.Bukan aku bicara buruk, tapi memang benar adanya jika beda istri beda rezeki. Setelah kamu memutuskan menikah lagi malah usahamu menjadi merosot, mungkin memang rezeki Sarah menemanimu lagi dari bawah seperti apa yang pernah kulakukan dulu. Sarah tidak akan bisa menikmati harta Mas Aryo karena memang jika diperkirakan saat usahanya benar-benar ditutup, Mas Aryo akan menutupi kerugian dengan uang pribadinya. Aku bahkan sudah memperhitungkan itu semua. Di sini aku bicara logika bukan mendoakan usahanya bangkrut. Mungkin jika fokusnya pekerjaan dari awal, bisa saja ini tidak terjadi. Tapi apa gunanya berandai-andai, semua tidak akan bisa berubah seperti sebelumnya. Cermin retak bisa direkat galah pat
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 9POV AryoRasanya tidak tega pergi meninggalkan Amina sendirian di rumah. Entah apa yang terjadi padaku saat ini, untuk berjauhan dengan Amina saja enggan tidak seperti sebelumnya selalu menghindar bahkan lebih memilih lama berada di tempat kerja daripada di rumah karena tidak ingin melihat Amina.Memang kini Amina terlihat berbeda, apa iya karena memang dia tidak ada waktu untuk mengurus diri sendiri?Sepertinya untuk merias wajah dan berpenampilan seperti tadi tidak akan menguras waktunya. Dia bisa melakukan saat aku belum bangun dan juga sepulang kerja agar berangkat pun aku senang dan pulang rasa lelahku langsung hiang.Bukannya disuguhi dengan penampilan dekil dan bau ompol. Rasanya lelahku semakin bertambah dan aku tidak berselera untuk menyentuhnya. Berharap Amina tidak akan lagi berpenampilan seperti itu, ingin rasanya dia terus tampil cantik dan wangi agar aku bisa betah berada di rumah."Pak, saat istirahat jam makan siang anda bisa bicara p
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 10POV Author“Tadi pagi kita masih baik-baik saja, sayang. Kenapa … kenapa kamu malah bicara cerai? A–pa aku membuat kesalahan?”Senyum Amina tersungging, ia menggelengkan kepalanya membuat Aryo semakin heran.“Keputusanku memang tepat. Kamu bahkan masih belum menyadari kesalahanmu sendiri, Mas.”“Kesalahan yang mana? Bicara yang jelas, apa yang sudah aku lakukan?” Amina terdiam sejenak. “Apa mengkhianatiku itu bukan sebuah kesalahan?”Aryo menghela nafas berat. “Bukankah kita sudah tidak lagi mempermasalahkan itu? Kamu sudah menerima Sarah bukan? Siapa yang sudah mempengaruhi kamu hingga berpikir untuk berpisah dariku? Dengarkan aku baik-baik, sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu! Seminggu ini juga kamu sudah berubah, hubungan kita baik-baik saja, tidak akan ada kata pisah diantara kita."“Jangan egois, Mas! Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri, kebahagiaanmu sendiri. Dengan apa yang kamu lakukan ini, tidak hanya aku yang menjadi korban. Deng
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 11“Sudah tidak di sini saja masih jadi sumber keributan. Aku tidak sudi tinggal di sini, nanti akan kuminta Mas Aryo untuk menjual rumah ini dan pindah ke rumah yang lain.” Sarah menjatuhkan tubuhnya di sofa dan berkali-kali menghela nafas kasar.Ia bukan Amina yang akan menunggu suaminya pulang. Sarah lebih memilih untuk tidur di kamar sambil menonton film, ia sama sekali tidak memiliki simpati pada suaminya sendiri.Seharusnya ia mencoba menghubungi Aryo dan membujuk suaminya untuk pulang bukannya membiarkan lelaki itu pergi begitu saja. Sarah selalu berpikir jika Aryo tidak perlu itu semua karena pada akhirnya akan kembali juga padanya.Sepertinya Sarah tidak tahu jika hati dan pikiran seseorang bisa saja berubah sewaktu-waktu, termasuk Aryo.“Besok juga paling Mas Aryo pulang, dia itu tidak akan bisa jauh dariku,” ucap Sarah dengan percaya dirinya. Ia mengambil posisi di ranjang dengan memangku cemilan sambil menyalakan televisi.Ting!Ponselnya b
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 12Aryo tidak menjawab dan memilih masuk ke dalam kamar, ia ingin menghindari perdebatan apapun. Pikiran dan tubuhnya sudah lelah seharian ini. Jika kembali terjadi pertengkaran bisa-bisa Aryo bermalam lagi di mobil.Ia membaringkan tubuhnya tanpa berniat untuk mengganti pakaian, saking lelahnya hanya beberapa menit setelah berbaring matanya langsung terpejam.Aryo meninggalkan Sarah yang kesal karena ucapan lelaki itu, Sarah masih berdiri di depan kamar sambil bersungut-sungut.“Awas saja, akan kubuat kamu menyesal setelah mengatakan itu, Mas!” Sarah mengepalkan tangannya. Menghentakkan kakinya lalu berjalan ke dapur untuk membawa minuman, ia malas untuk ke dapur jika tengah malam terbangun dan ingin minum.“Sepertinya aku harus memakai dulu uang pribadiku.”Sarah memiliki tabungan sendiri, sebelum menikah dengan Aryo tentunya Sarah memiliki pekerjaan. Ia hanya akan menghamburkan uang orang lain bukan uangnya sendiri.“Aku tidak akan mau bicara padan
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 13Baru saja bangun tidur Sarah sudah dibuat kaget dengan pesan yang dikirimkan Aryo, rasa kantuk yang tadi masih melekat kini seolah menguap."A–pa maksudnya ini?" Mas Aryo benar-benar mengusirku?" Sarah menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan isi pikirannya sendiri.Dengan cepat Sarah menelpon Aryo, tersambung tapi tidak diangkat. Beberapa kali dicoba, hasilnya pun sama.Pagi yang sangat buruk untuk Sarah, berharap liburan akan mendapatkan kebahagiaan malah dapat kesulitan seperti ini.“Si*l, bagaimana nasibku jika Mas Aryo serius dengan perkataannya.” Sarah binging sendiri, gelisah dengan nasibnya. Pulang tidak bisa dan bertahan pun tidak akan mampu.Tok! Tok! Tok!Sarah terlonjak kaget saat pintu kamarnya diketuk dari luar, ia bergegas untuk membukakannya.“Kau belum siap-sipa?”Sarah gelagapan. “Hm … sepertinya hari ini aku tidak bisa ikut keluar. Badanku rasanya tidak enak, kau tahu sendiri 'kan kalau aku sedang hamil.”Wanita itu mengedikkan
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 14Sarah sibuk menduga-duga, ia selalu menyalahkan Amina saat mendapatkan hal-hal buruk seperti ini.“Aku harus membuat perhitungan pada wanita itu.” Tangan Sarah mengepal hingga membuat buku jarinya memutih.Tidak ada lagi tempat yang bisa didatanginya selain kontrakan yang pernah disewakan oleh Aryo untuknya. Aryo sudah membayar uang sewa untuk satu bulan, sudah pasti masih bisa ditempati meski kunci sudah ada di pemilik kontrakan itu.“Aku menjadi si*l karena Amina! Uangku sudah menipis lagi.” geramnya.Ia memesan ojek online untuk mengantarnya, uang yang dipegang Sarah saat ini hanya lima ratus ribu. Dua atau tiga hari saja pasti sudah habis karena Sarah termasuk orang yang boros, uang tabungan terkuras habis. Sekarang barang berharganya hanya yang dibelinya di luar negeri dan juga barang yang dibelikan oleh Aryo.Ting!Mata Sarah berbinar saat melihat pesan masuk dari Aryo. Dengan cepat ia membukanya, binar di mata wanita itu langsung meredup.[Be
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 22Dua bulan sudah Amina dan Aryo tidak berkomunikasi, Aryo hanya bisa bicara dengan anaknya saja itupun tidak lewat Amina melainkan lewat ibu mertuanya. Bahkan Amina tidak pernah membalas pesan dari Aryo sama sekali membuat lelaki itu semakin pesimis untuk bisa kembali pada Amina. Padahal ia masih berharap bisa kembali dengan Amina dan memulai semuanya dari awal.Mungkin terdengar tidak tahu diri tapi Aryo tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya saat Amina benar-benar tidak bisa menjadi miliknya lagi.Bertemu di kantor pun tidak pernah tegur sapa, lebih tepatnya Amina yang seperti menghindar. Melihat Amina dan bos mereka semakin dekat membuat Aryo ketar-ketir, ia merasa sudah tidak ada harapan apalagi saingannya bukan orang biasa. Lelaki yang memiliki segalanya dan sudah pasti bisa membahagiakan Amina sedangkan Aryo sendiri hanya lelaki kere yang tidak memiliki apapun, gaji saja pas-pasan untuk biaya hidup dan juga untuk menafkahi anak-anak dan Ami
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 21POV Aryo"Apa-apaan kamu, Mas!" Amina sedikit memekik dan mencoba untuk melepaskan tanganku. Sepertinya tidak berani berteriak karena takut membangunkan anak-anak kami."Sebentar saja. Aku sangat merindukanmu," bisikku."Tapi ini tidak benar, Mas! Kamu tidak boleh seperti ini.""Maafkan aku, meski sebenarnya maafku itu tidak berguna. Sungguh, aku … menyesali semuanya. Tidak bisakah kita kembali. Aku akan menebus semua kesalahanku, aku akan membuatmu bahagia."Tangan Amina yang tadinya memaksa melepaskan tanganku kini terjuntai bebas."Semua sudah berlalu dan aku pun sudah memaafkanmu jadi tolong lepaskan." Amina berucap dengan lirih."Kembalilah padaku. Kita bersama-sama lagi.""Mas, ada tamu. Jangan seperti ini!" Amina malah mengalihkan pembicaraan.Akhirnya aku mengalah melepaskan tangan dari pinggangnya lalu mundur membiarkan ia membuat minun untuk laki-laki itu.Sebenarnya aku enggan melihatnya tapi tidak mungkin membiarkan Amina berduaan dengan
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 20POV Aryo"Ayah-"Belum selesai aku bicara mata Refal sudah berkaca-kaca. Tidak tega juga tapi aku pun tidak berhak memutuskan.Kulirik Amina yang hanya terdiam.Seolah mengerti maksudnya, Refal beralih pada ibunya."Bu, ayah bobo di sini 'kan?"Amina pun tidak langsung menjawab namun saat iskan Refal terdengar buru-buru dia langsung menganggukan kepalanya dan memeluk Refal."Iya. Ayah bobo disini."Aku mengulum senyum mendengar itu meski aku tahu Amina juga sebenarnya tidak menginginkan aku berada di sini namun demi anak kami dia langsung mengizinkan. Aku juga tidak akan meninggalkan Amina apalagi tahu Evan akan datang disaat ibu dan ayah tidak ada di rumah.Sepertinya jalannya memang harus seperti ini."Refal main dulu dengan ayah ya. Ibu mau memasak."Refal mengangguk lalu kembali mendekat padaku.Aku masih penasaran dengan Evan. Kenapa dia tidak mencari wanita lain yang jelas-jelas masih sendiri? Kenapa dia malah mendekati Amina yang statusnya ba
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 19POV AryoPulang kerja baru aku bisa menitipkan surat-surat pada Amina, sekalian aku juga ingin bertemu dengan anak-anak. Sudah lama sekali tidak bertemu dengan mereka.Bicara soal hari ini. Evan akan makan malam di rumah Amina. Rasanya sungguh tidak rela, tidak sepantasnya dia melakukan itu apalagi Amina masih istriku karena kami belum resmi bercerai. Amina juga seharusnya tidak terlalu terbuka meskipun lelaki itu temannya.Kini aku memiliki giliran berada di pintu masuk gedung, sudah pasti akan bertemu dengan Amina. Kemarin Amina datang lebih awal daripada karyawan lain, hari ini pun pasti sama. Amina itu orangnya sangat disiplin, pekerjaan rumah saja cekatan ia selesaikan apalagi pekerjaan kantor seperti ini.“Eh, Yo. Jangan melamun.”“I-ya. Maaf.” Karena terlalu memikirkan Amina aku ditegur oleh Pak Dandi yang berjalan masuk ke dalam gedung, beliau adalah security senior meskipun menegur tapi tidak memarahi.Jantungku berdebar saat melihat sosok
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 18“Tidak bisa seperti itu, Bang. Sarah bukan istri saya lagi.”“Kami tidak mau tahu, pokoknya kau yang harus menanggung karena kau dijadikan jaminan.”Tubuh Aryo rasanya lemas, ia menatap kedua orang itu yang kini sudah pergi.Kedatangan Sarah memang membawa dampak buruk dalam kehidupan Aryo, sudah ia ditinggal Amina dan anak-anak, sekarang hartanya pun terkuras habis.Ia memang tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Sarah tapi setidaknya jika ia dulu tidak menikah dengan Sarah, hidupnya tidak akan sengsara seperti ini.Penyesalan memang tidak pernah ada gunanya. Daripada dirinya menjadi semakin rugi karena ulah Sarah, lebih baik Aryo tidak tinggal dulu di rumahnya. Semua surat-surat penting dibawa olehnya, ia tidak ingin sampai ada orang yang memaksa menerobos masuk dan mengambil semua surat itu lalu menjual rumah. Meski terkesan seperti drama namun Aryo tetap harus waspada.Ia memilih untuk mencari kontrakan yang murah di dekat tempat kerjanya, kebetulan
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 17“Amina!” Evan memanggil Amina yang sudah berada di luar gedung.Amina menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya, ia heran melihat bosnya itu berlari dengan nafas yang memburu.“Apa ada yang penting, Pak? Atau saya lupa sesuatu?” tanya Amina khawatir.Evan masih mengatur nafasnya, ia berlari dari ruangannya tadi hanya untuk menyusul Amina.“Bentar, saya tarik nafas dulu.”Amina dibuat terkekeh dengan tingkah Evan.Dari kejauhan Aryo melihat itu, tangannya mengepal dengan hati yang memanas melihat Amina berinteraksi dengan lelaki lain. Rasanya ingin menarik Amina menjauh dari hadapan lelaki itu.Aryo sebagai lelaki bisa melihat bagaimana tatapan Evan pada Amina yang memang tidak biasa, sudah dipastikan lelaki itu memiliki hati pada Amina.“Santai saja, Pak.Saya tidak akan kabur,” gurau Amina.“Saya mau mengantar kamu pulang."Amina kaget. “Mengantar saya pulang? Tidak perlu, Pak, saya tidak sakit,” tolak Amina.“Saya memaksa, Amina.”“Tapi, Pak
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 16Selesai tadi di interview, Aryo langsung bisa bekerja hari itu juga.“Apa kata Amina kalau melihatku seperti ini sekarang, dia pasti belum tahu jika sekarang aku sudah bangkrut.” Aryo rasanya lemas saat mengingat kembali kenyataan yang saat ini sedang dijalani olehnya.Namun jika terlalu fokus dan memikirkan keterpurukan itu sama saja Aryo membuat dirinya sendiri semakin tenggelam. Ia memiliki tanggung jawab pada anak-anaknya, seterpuruk apapun kondisinya, Aryo harus tetap berjuang untuk bisa memberikan hak anak-anaknya, belum lagi Asti.Aryo tidak akan mungkin terus membebankan Asti pada Amina apalagi tahu Amina sekarang sudah sibuk dan bekerja. Masih ada waktu untuk Aryo agar bisa kembali merebut hati Amina.“Pak, malah bengong. Ini bajunya, ganti dulu.”Aryo tersadar dari lamunannya. “Eh, iya. Terima kasih.”Ia bergegas untuk mengganti pakaiannya. Aryo berharap tidak berpapasan dengan Amina saat kondisinya seperti ini, malu sudah pasti karena seb
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 15Amina terkekeh. “Bagaimana mungkin aku lupa pada teman super menyebalkan sepertimu.”Wanita itu kaget sendiri dengan apa yang dikatakannya. “Eh, maaf, Pak. Saya tidak bermaksud.” Baru sadar dimana sekarang dirinya berada.Evan tertawa dengan sebelah alis terangkat. “Dunia memang begitu sempit. Silahkan duduk, Mbak Amina.”“Terima kasih.”“Oke, kita mulai.”Amina melakukan wawancara seperti pada umumnya, menjawab setiap pertanyaan yang dilayangkan oleh Evan. Setelah beberapa menit mereka berada dalam perbincangan serius, wawancara itu selesai.“Besok anda bisa mulai bekerja.”Mata Amina membeliak saking kagetnya. “Be-sok?”“Iya. Kenapa, mau menunggu satu minggu dulu baru dipanggil lagi?”Amina menggelengkan kepalanya. “Tidak, bukan begitu. Tolong jangan terima aku hanya karena kita teman lama.”Evan mengibaskan tangannya. “Tidak akan mungkin aku melakukan itu, Amina. Aku profesional, semua yang aku butuhkan ada pada dirimu.”Dahi Amina berkerut mende
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 14Sarah sibuk menduga-duga, ia selalu menyalahkan Amina saat mendapatkan hal-hal buruk seperti ini.“Aku harus membuat perhitungan pada wanita itu.” Tangan Sarah mengepal hingga membuat buku jarinya memutih.Tidak ada lagi tempat yang bisa didatanginya selain kontrakan yang pernah disewakan oleh Aryo untuknya. Aryo sudah membayar uang sewa untuk satu bulan, sudah pasti masih bisa ditempati meski kunci sudah ada di pemilik kontrakan itu.“Aku menjadi si*l karena Amina! Uangku sudah menipis lagi.” geramnya.Ia memesan ojek online untuk mengantarnya, uang yang dipegang Sarah saat ini hanya lima ratus ribu. Dua atau tiga hari saja pasti sudah habis karena Sarah termasuk orang yang boros, uang tabungan terkuras habis. Sekarang barang berharganya hanya yang dibelinya di luar negeri dan juga barang yang dibelikan oleh Aryo.Ting!Mata Sarah berbinar saat melihat pesan masuk dari Aryo. Dengan cepat ia membukanya, binar di mata wanita itu langsung meredup.[Be